35. ANEH

43 4 0
                                    

Sama halnya dengan Hanum, Ayla juga masih menatap tak percaya. Ia terus berfikir sejak kapan dia dekat Nathan bahkan dengan mudahnya dia bisa mendapat perlakuan manis Nathan.

"Ay, i-itu Re-Reifa kan?." Tanya Hanum dengan terbata-bata

Ayla pun mengangguk singkat, ia masih berusaha berfikir positif. Ia tidak mau berfikir negatif tentang sahabatnya itu.

"Ay, Reifa gak mungkin kan rebut Nathan dari lo?."

Pertanyaan Hanum berhasil membuat Ayla takut dan gelisah, tidak  itu tidak mungkin. Pikir Ayla.

"Gak mungkinlah Num, lagi pula Reifa kan gak suka sama Nathan setiap ketemu aja mereka berdua selalu adu mulut."

"Tapi kan Ay, perasaan gak ada yang tau bisa aja sahabat yang awalnya dukung lo malah nusuk lo dari belakang."

"Bukan maksud gue mau ngejelekin Reifa, gue tau kalian berdua sahabat gue. Tapi Ay dari cara Nathan memperlakukan Reifa tuh beda banget, terkesan manis dan kaya orang pacaran. Sedangkan lo, mau di perlakuin manis kaya gitu aja susah kan?."

Ayla yang mendengar ucapan Hanum pun langsung diam mematung, yang dikatakan Hanum memang benar. Namun ia tak mau berfikir jelek dulu tentang Reifa, ia akan menanyakannya nanti.

Tak lama dari itu, Nathan dkk beserta Reifa datang menghampiri Hanum dan Ayla.

"Ha-hai A-Ayla, Hanum." Sapa Reifa dengan sedikit terbata-bata.

"Hai morning Rei." Sapa balik Ayla dengan senyum riangnya, sedangkan Hanum ia diam tak menyapa. Ia terus memperhatikan Reifa dan Nathan yang nampak begitu dekat.

"Nathan apa kabar, kok kamu tumben gam ngabarin Ayla?."

"Sibuk." Jawab Nathan dengan singkat.

"Kok kamu cuek banget sih hari ini, gak biasanya deh."

"Males."

"Tapi kan biasanya kalo lagi males atau gak mood biasanya kamu bakal datengin aku, terus manja-manja sama aku minta di elusin kepalanya."

"Berisik, bacot lo."

Ayla sempat tertegun beberapa saat, kenapa sikap Nathan berubah seperti semua kembali? Ia menatap Nathan heran sedangkan yang di tatap hanya menatap malas Ayla.

"Aku ke kelas dulu ya, belajar yang benar." Pamit Nathan dengan nada yang begitu lembut kepada Reifa dan tak lupa mengacak gemas rambut gadis tersebut.

"I-iyaa." Ucap Reifa masih dengan nada terbata-bata.

Perlakuan manis Nathan kepada Reifa tak luput dari penglihatan Ayla dan Hanum, Ayla menatap tak percaya kepada Nathan. Dia akan berlaku manis ketika berhadapan dengan Reifa sedangkan ketika dengan dirinya, Nathan malah bersikap dingin dan datar seperti dulu.

"Lo, lo ada hubungan apa sama Nathan?." Tanya Hanum dengan menatap intens ke arah Reifa.

Sedangkan yang di tanya Hanum hanya diam dan meneguk salivanya dengan kasar.

"Jawab pertanyaan gue, lo ada hubungan apa sama Nathan." Tanya lagi Hanum dengan penuh penekanan.

"Gu-gue gak ada hu-hubungan apa-apa."

"Apa gue bisa percaya sama lo?."

"Lo harus percaya, A-Ayla l-lo harus percaya sama gue. Num gu-gue gak ada hubungan apa-apa sama Nathan."

"Lo harus inget Reifa, gimana perjuangan Ayla buat dapetin Nathan, buat luluhin hatinya Nathan. Gue harap lo gak ngehancurin perjuangan Ayla, gue percaya sama lo meskipun ada sedikit ragu di hati gue tapi gue percaya sama lo, karena lo adalah sahabat gue jadi lo gak mungkin ada hubungan apa-apa sama Nathan."

Sedangkan Reifa, ia hanya bisa diam mematung tak membalas ucapan dari Hanum. Hingga tak lama ada nepukan lembut di pundak nya dan itu membuat dirinya menoleh ke arah orang tersebut.

"Reifa aku percaya kok, kamu gak mungkin rebut Nathan dari aku. Aku tau kamu nentang banget hubungan aku sama Nathan hanya karena takut aku sakit hati."

"Tapi Reifa, aku tau di balik itu semua kamu pasti dukung aku kan? Asalkan aku bahagia kamu juga pasti dukung-dukung aja sama halnya seperti Hanum, aku percaya sama kamu Reifa. Kamu bisa kan jaga kepercayaan aku? Jangan pernah hianatin persahabatan kita Rei, jangan pernah hianatin aku juga, bisa kan Rei?." Lanjut Ayla.

Reifa, ia semakin bingung harus menjawab apa. Ia takut sangat takut jika suatu saat nanti dia tidak bisa menjaga kepercayaan sahabatnya.

"I-iyaa Ay, gue gak bakal hianatin persahabatan kita."

"Yaudah yuk, mending kita masuk kelas bentar lagi juga bel masuk bunyi."

Mereka bertiga pun langsung pergi meninggalkan koridor kemudian masuk ke dalam kelasnya, tak lama dari itu guru pun masuk dan mulai menjelaskan materi yang akan ia berikan.

Tiga jam berlalu, akhir mapel pun telah usai. Semua murid langsung keluar dari kelasnya masing-masing, tujuan mereka adalah kantin. Sama seperti ketiga sahabat yang tengah memasuki pintu kantin SMA Victori.

"Yaudah, Rei lo sama Ayla nyari tempat duduk. Gue mau pesen makanan dulu." Ucap Hanum yang langsung pergi ke salah satu stand makanan yang ada di kantin untuk memesan.

Ayla dan Reifa pun memilih meja yang ada di pojok kantin, karena kebetulan hanya tersisa satu meja saja yang kosong.

"Makanan datang, yuk gais makan cacing di perut gue udah demo nih bahkan udah buat ormas kayaknya."

Ayla dan Reifa hanya terkekeh, mendengar ucapan Hanum yang sangat tidak berfaedah. Sedang menikmati makan, tiba-tiba saja salah satu sahabat Nathan, Aldo dia menghampiri meja Ayla dkk.

"Ekhm, permisi maaf nih gue ganggu acara makan kalian."

"Ehh iya Al gapapa, ada perlu apa emang nya?." Tanya Ayla.

"Eumm gue kesini karena gue di suruh Nathan buat—

Ucapan Aldo terpotong ketika tiba-tiba saja Ayla langsung berucap. "Ohh Nathan, pasti Nathan nyuruh aku buat ke rooftop kan? Yaudah ayo Al."

"E-ehhh bukan lo Ay, tapi Reifa. Nathan nyuruh Reifa buat ke rooftop nemenin dia makan." Jelas Aldo.

Sedangkan Ayla ia hanya diam mematung, sepertinya ia sudah terlalu percaya diri. Tapi ia juga merasa aneh kenapa Nathan terlihat ingin selalu dekat dengan Reifa, biasanya saat sedang istirahat Nathan akan meminta Ayla untuk menemaninya makan di rooftop.

AYNA [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang