19. ANCAMAN

19 9 1
                                    

Setelah mengatakan hal tersebut, akhirnya Ayla pun dibantu untuk berdiri oleh Irwan dan Daffa.

"Yasudah lebih baik kita pulang aja, kasian juga sama Ayla kakinya luka tuh." Ajak sang ayah.

Akhirnya mereka pun memutuskan untuk pulang karena tidak memungkinkan juga untuk melanjutkan kegiatan pikniknya.

Dari tadi Ayla menahan diri untuk tidak menangis, Ayla tidak kuat menahan rasa sakit di tubuh nya terutama pada bagian kaki nya. Sepertinya perbuatan Daffa barusan telah membuat kaki Ayla terkilir gara-gara tertimpa oleh sepeda.

Sedangkan Daffa, cowo itu tersenyum miring ketika ia melihat Ayla yang tengah kesakitan. Kemudian pikiran licik pun terlintas di kepalanya, sehingga tiba-tiba saja Daffa memijit dengan kuat kaki Ayla dan itu mengakibatkan Ayla meringis kesakitan.

"Awssss."

"Ehh, kamu kenapa Dek?." Tanya Daffa yang pura-pura khawatir.

"Ada yang sakit? Mana yang sakit biar abang yang pijitin."

"Ka-kaki A-Ayla yang sa-sakit Bang. " Jawab Ayla dengan terbata-bata.

"Oh kaki ya, sini biar abang pijitin." Ucap Daffa sambil tersenyum miring.

Sedangkan Irwan yang melihat interaksi kedua anaknya ini sedikit merasakan senang, ia pikir hubungan keduanya telah membaik dan Daffa sudah tidak membenci Ayla adiknya itu.

Padahal, tanpa ia sadari semua itu hanyalah sandiwara Daffa semata. Daffa ingin membuat ayahnya itu mengira bahwa hubungan ia dan Ayla sudah baik-baik saja.

"Gimna dek, pijitan abang enak kan?." Tanya Daffa yang terus menampilkan senyum miring.

Sedangkan Ayla, matanya sudah berkaca-kaca. Dari tadi ia sangat ingin teriak, tapi ketika ia ingin teriak Daffa selalu mencengkram kuat kaki nya dan itu membuat Ayla semakin kesakitan.

"I-iya enak kok bang."

Tak lama dari itu, akhirnya mereka bertiga pun sampai di halaman rumah mereka.

"Lebih baik kalian ganti baju, habis itu turun untuk makan."

"Ayah akan suruh Bi Inah menyiapkan makanan, ada hal penting juga yang ingin ayah bicarakan sama kalian."

Akhirnya Daffa dan Ayla pun langsung memasuki kamarnya masing-masing, tak lupa Daffa membantu Ayla untuk berjalan karena kakinya yang sakit.

Awalnya Daffa juga tak mau membantu Ayla, namun karena ayahnya yang menyuruh mau tak mau akhirnya Daffa pun mengiyakan perintah ayahnya itu.

"Sampai gue denger lo ngadu sama ayah, mati lo di tangan gue." Ancam Daffa dan langsung pergi memasuki kamarnya yang berada tepat di sebelah kamar Ayla.

Ayla yang mendengar ucapan Daffa pun langsung mengangguk cepat, lagi pula tanpa Daffa ancam pun Ayla pasti akan tutup mulut, ia masih mau hidup aman tentunya tanpa perlakuan kasar dari Daffa abangnya.

Malam pun tiba, akhirnya Daffa dan Ayla turun dari kamarnya masing-masing untuk makan malam. Tentunya sudah ada Irwan ayah mereka yang tengah duduk di meja makan menunggu kedatangan dua anaknya.

"Ehh anak-anak ayah, sini duduk."

Ayla dan Daffa pun langsung mendudukkan bokong mereka di kursi meja makan, Daffa dan Ayla langsung saja menyantap makanan mereka dengan khidmat.

"Ayah mau bicara sama kalian berdua, terutama kamu Daffa." Ucap Irwan dengan nada seriusnya.

Akhirnya Daffa dan Ayla langsung menyelesaikan acara makan mereka, lalu beralih menatap ayahnya dengan raut penasaran.

"Besok pagi Ayah akan berangkat ke swiss untuk mengurus cabang perusahaan disana."

"Ayah harap hubungan kalian tetap baik-baik saja seperti sekarang, Ayah gak mau lihat anak-anak ayah bermusuhan."

Daffa yang mendengar Irwan akan berangkat pun sangat merasa senang, karena ia tak perlu bersandiwara dan berdekatan lagi dengan Ayla yang menurutnya gadis pembawa sial.

Sedangkan Ayla, ia merasakan panik yang berlebih bahkan tangannya yang berada di bawah meja makan pun bergetar dengan hebat. Ia sangat takut jika ayahnya pergi Daffa akan menyiksanya lagi, ia sangat takut jika Daffa akan membuatnya mati dan masih banyak pikiran negatif yang berada di kepala Ayla.

"Untuk kamu Daffa, Ayah harap kamu mau menjaga Ayla dengan baik. Bagaimana pun Ayla tetap adik kamu."

"Mulai sekarang kamu harus coba menerima kenyataan Daffa, menerima Ayla sebagai adikmu kembali dan melupakan masa lalu kelam itu, semua yang kamu dengar itu salah faham. "

"Iya Ayah, Daffa akan menjaga Ayla semampu Daffa."

"Tapi apa Daffa boleh tau, kenapa bunda bisa meninggal?. "

"Huftt.. Untuk itu maaf, Ayah belum bisa beritahu kamu. Ayah belum siap melihat kalian hancur seperti Ayah. "

"Intinya bunda kalian meninggal bukan karena Ayla, memang waktu kejadian Ayla kecelakaan bunda kalian memang ada di situ. Tapi, bunda kalian bukan meninggal karena menyelematkan Ayla, tapi karena suatu hal yang lain. "

Penjelasan Irwan tersebut membuat Ayla dan Daffa berpikiran heran, lalu jika bunda mereka tidak meninggal setelah menyelamatkan Ayla, lantas kenapa bunda mereka bisa meninggal?.

Tapi Daffa tetaplah Daffa, ia yang berwatak keras kepala tidak akan pernah percaya jika tidak ada penjelasan yang logis mengenai meninggalnya Zidny bundanya. Ia akan tetap membenci Ayla dan menyakiti gadis tersebut secara mental maupun fisik.

Happy Reading!!
Maaf masih banyak typo, jangan lupa follow, vote dan komen yang banyak ya!!

See you😚❤

AYNA [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang