Kehidupan mahasiswa sepertinya tidak bisa jauh dari kata nongkrong, alih-alih mengerjakan tugas kebanyakan dari mereka justru sibuk cuci mata di cafe. Itu sudah menjadi rutinitas setiap kali datang ke sebuah cafe atau angkringan. Laptop dan beberapa lembar kertas hanya properti untuk menarik perhatian lawan jenis.
Sama seperti empat pemuda yang duduk di sudut cafe. Mereka mulai melancarkan aksinya, mencari target baru yang bisa diajak jalan saat malam Minggu. Tak lupa dengan standar yang bisa dipamerkan pada semua orang. Entah itu dari kecantikan maupun prestasi, mereka memang agak pemilih kalau dalam urusan pasangan.
Selamat malam para pendosa!
Kedua gadis tangguh yang berhasil bertahan dalam circle para buaya itu akhirnya datang juga. Mereka disebut tangguh mengingat banyak yang memilih mundur karena sering di roasting. Apalagi kalau sudah berurusan dengan Kala dan Arga. Meski sebenarnya bukan hal asing lagi, bahkan beberapa lelaki sering bercanda hingga menjatuhkan mental seseorang. Tapi sebenarnya itu sama sekali bukan gaya mereka.
"Dih gak ngaca." Sindir Bara dengan nada kesal setiap kali gadis itu datang dengan jargon andalannya.
"Sorry ya gue orang suci. Minggir Lo." Arga hanya bisa menggeleng pelan mendengar ucapan Ona.
"Wangi banget lu udah kayak kuburan baru." Ledek gadis berkacamata, siapa lagi kalau bukan Adis. Bisa-bisanya dia menggunakan kaca mata hitam saat malam. Tapi itu bukan hal mengejutkan lagi.
"Wah parah jokes Lo." Arga pura-pura tersinggung, padahal niatnya mau pamer parfum barunya. Namun Adis justru lebih dulu mengomentarinya.
"Kebanyakan temenan sama si Ona gini jadinya." Timpal Josep melirik sekilas ke arah keduanya yang kompak menatapnya kesal.
"Baperan skip." Ledek Ona dengan santainya. Dia terlihat tak peduli dengan segala macam sindiran. Dia memang cocok berada dalam circle ini.
"Khem!" Deham Bara memberi kode pada keduanya. Ona memutar bola mata seolah mengerti apa yang Bara maksud.
"Oh iya kenalin dia sahabat gue, Nay. Cewek polos sedunia." Ona memperkenalkan sahabatnya pada yang lain.
"Nay." Gadis cantik itu memperkenalkan diri pada semua orang. Lantas mereka langsung berebut untuk berkenalan.
Tampaknya mereka tertarik pada Nay. Bagaimana tidak? Nay terlihat cantik sekaligus menggemaskan. Dia punya senyum yang menarik. Belum lagi dengan penampilannya yang girlfriend material. Bahkan semenjak masuk ke cafe dia sudah menjadi pusat perhatian.
"Dasar para buaya! Kayak ga pernah liat cewek aja." Adis menggeleng pelan saat melihat respon teman-temannya yang sangat antusias.
"Liat cewek tiap hari, kalo yang modelan shining shimmering Splendid gini mah jarang." Arga mengatakan itu dengan gamblang.
"Lebay banget." Ona bergidik geli mendengar ucapan Arga saat dalam mode buaya.
"Hi manis!" Sapa mereka dengan kompak setelah Ona menjauhkan sahabatnya supaya tak menerima jabatan tangan mereka.
"Budek lu pada? Nay bukan manis." Ona kesal karena teman-temannya terus menggoda Nay.
"Dih, iri Lo?" Ejek Bara yang tak pernah akur dengan Ona. Setiap kali bertemu mereka selalu saja berdebat.
"Ihh siapa juga yang iri. Lagian mana mau gue digodain sama cowo kayak Lo." Balas Ona tak mau kalah.
"Heh lu pada udah diperingatin dari awal jangan nodain dia." Adis menengahi perdebatan di antara teman-temannya.
"Godain ngab." Ona terlihat mulai emosi saat mendengar ucapan sahabatnya.
"Udah sama aja." Balas Adis dengan santai. Dia terlihat tak mau ambil pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH
Fanfiction"Kalo udah tua kita tinggal serumah kayak gini enak kali ya?" Ada saja pertanyaan konyol yang terlintas di pikiran salah satu penghuni penangkaran buaya itu. Namun tidak ada salahnya berharap takdir akan mengabulkannya. Siapa tahu mereka punya kesem...