Bookstore

109 21 3
                                    

Hari Senin mungkin bisa dikatakan sebagai hari yang paling dibenci oleh semua orang namun ada pengecualian untuk si calon Presma. Siapa lagi kalau bukan Josep. Dia selalu bersemangat pergi ke kampus bahkan di hari libur sekalipun. Wajar kalau teman-temannya menyebut Josep sebagai orang paling sibuk karena memang itulah adanya. Dia bahkan lebih sibuk dari para dosen.

Sepulang dari rapat hima, jam menunjukkan pukul setengah 8 malam. Bukannya pulang, Josep justru pergi ke mall untuk membeli beberapa buku bacaan. Sekedar mengingatkan, seminggu yang lalu dia membeli 4 buku belum lagi ditambah dengan buku yang dia pinjam di perpus. Tapi tampaknya itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Jadilah malam ini dia pergi membeli buku.

Begitu sampai, Josep langsung berkeliling untuk melihat buku keluaran terbaru. Dia mendapat sapaan hangat dari para pegawai yang melihat kedatangan, jangan kaget bahkan Josep akrab dengan para pegawai karena terlalu sering berkunjung. Josep memicingkan mata untuk melihat seseorang di kejauhan yang terlihat tak asing untuknya. Penasaran, dia mendekat untuk memastikan.

Ngapain Lo disini?

"Anjing, bisa ga sih Lo salam dulu." Bukannya merasa bersalah Josep justru terkekeh pelan. "Ketawa Lo."

"Sorry, gue ulangin lagi. Assalamu'alaikum ya ahli kubur." Gadis itu refleks memukul dada Josep. "Ahh-"

"Ye ga sopan banget Lo ngedesah." Josep hanya bisa menggeleng pelan.

"Udah buru jawab, ngapain Lo disini? Sendirian lagi."

"Lagi liatin mas-mas gramet." Lantas Josep menatap Ona penuh intimidasi.

"Cabul banget. Gue aduin tau rasa Lo." Ona balik menatap Josep kesal.

"Dih cepu. Pikiran Lo tuh yang cabul. Orang lagi di toko buku pake nanya ngapain."

"Ya kan aneh aja Lo disini." Memang benar adanya, Ona sendiri juga tak tahu kenapa bisa sampai sini.

"Dih." Dia berlalu begitu saja meninggalkan Josep. Dengan jail, Josep mengekor dibelakang Ona yang melihat-lihat novel.

"Kalo mau cari novel 18+ mending Lo pulang aja. Di sini kagak ada." Ona menghentikan langkah dan berbalik menatap Josep.

"Su'udzon mulu. Liat nih gue mau beli ini." Dia menunjukkan buku yang sudah sejak tadi ada dalam genggamannya.

"Wih sejak kapan Lo baca buku self improvement?" Jujur saja Josep agak kaget melihatnya.

"Sejak idup gue berantakan. Puas Lo?" Josep menganga mendengar jawaban yang cukup mencengangkan.

"Kayaknya idupnya beneran berantakan." Gumam Josep melihat tingkah Ona yang selalu random.

Josep hanya menatap punggung Ona yang perlahan menjauh. Dia bahkan langsung membayarnya. Josep jadi merasa bersalah karena membuat Ona tidak nyaman seperti tadi. Pasti sebenarnya Ona masih ingin berkeliling mencari buku lagi. Sepertinya dia sedang tidak baik-baik saja, itulah yang pertama kali terlintas dalam benak Josep setelah mendengar jawaban blak-blakan Ona.

Jo!

Lamunan Josep buyar saat mengetahui seseorang yang dia tunggu sejak tadi akhirnya datang juga. Siapa lagi kalau bukan Cella. Josep memang sudah pdkt sejak lama hanya saja sampai sekarang belum ada kejelasan di antara hubungan keduanya. Mereka kompak membiarkan hubungan ini mengalir begitu saja. Itu cukup menyenangkan karena tak membatasi pergaulan masing-masing.

"Udah lama?" Tanya Cella dengan senyuman manisnya. Dia menepati janjinya datang dengan pakaian senada.

Agak menggelikan memang, namun hal kecil itu mampu menghangatkan hati Josep. Dia puas hanya dengan melihat mereka kompak mengenakan pakaian senada seperti ini. Rasanya seperti benar-benar sudah resmi menjadi pasangan. Melihat Josep kembali melamun, Cella lantas menegurnya. Apalagi ini bukan pertama kali Josep tertegun saat pertama kali melihat kedatangannya. Jadi Cella agak tidak nyaman.

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang