Sesi dokumentasi dimulai hari ini, sebuah cafe di dekat bukit menjadi pilihan mereka. Bukan main-main, kelompok ini mendekor background sedemikian rupa untuk mempercantik suasana. Tak hanya itu, mereka juga mencetak pakaian sama dan juga menyewa sepasang pakaian pengantin agar pernikahan terlihat nyata.
Sudah 15 menit berlalu dengan santainya pemeran pengantin perempuan baru datang. Dia minta maaf kemudian membantu teman-temannya mengerjakan beberapa properti pendukung. Suasana di tempat ini seolah tak nyata karena setiap sore perlahan kabut menutupi tempat ini, sungguh seperti di dunia mimpi.
"Apa'an nih?" Tanya Ona saat Kala melemparkan bunga ke arahnya.
"Udah tau bunga pake nanya." Ona hanya mendengus kesal.
"Gini ya kal, orang gila juga tau kalo ini bunga." Cerocosnya saat Cella datang untuk memberitahu mereka cara membersihkan bunga.
"Ya terus ngapain Lo tanya?" Memang benar, kalau Kala tidak bisa dikalahkan dalam berdebat. Bahkan Ona yang hobi debat saja langsung kicep saat berdebat dengannya.
Wih calon pengantin mojok mulu!
Sampe lupa sama temen sendiri.
"Anjing Lo bedua." Bara selalu tahu bagaimana cara merusak mood Ona. Terlebih sekarang dia gak sendiri melainkan bersama Farhan. "Awas ya Lo!"
"Udah gapapa kok nikmatin aja waktu berdua." Ledek Bara seolah sengaja membuat Ona semakin kesal. Kala hanya menyimak pembicaraan.
"Sini Lo!" Tantang Ona dengan nada kesal. Bara justru meledeknya dengan menjulurkan lidah dan menunjukkan jari tengah.
"Mohon maaf nih, properti terbatas jadi jangan di buang-buang." Cella memberikan teguran pada Ona yang hampir saja melemparkan bunga pada Bara.
"Ck!" Ona mendengus kesal sedangkan Kala hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah Ona dan Bara yang tidak tahu waktu dan tempat.
"Udah nih." Kala menunjukkan beberapa bunga yang sudah dia bersihkan pada Cella. Ona hanya menatap keduanya tanpa ada niat buka suara.
"Kayaknya udah cukup, gue bawa ke Jenna dulu." Kala hanya mengangguk pelan. Ona hanya menatapnya kesal. Sejak tadi dia sudah berharap Cella pergi.
"Dih katanya tadi terbatas." Gerutu Ona membuat Kala langsung mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Nih ambil." Kala melemparkan bunga sisa dengan santai. Bukannya bahagia, Ona justru mendengus kesal.
"Gak modal amat." Sindir Ona.
"Entar kalo udah kaya gue beliin."
"Lama dong njirr."
Client kuy ganti baju semua udah ready!
Meski tadi sempat menggerutu kesal Ona berlalu pergi membawa bunga pemberian Kala. Selang beberapa menit, Kala menyusul untuk ganti pakaian. Beruntung teman-temannya sudah menyiapkan ruang ganti yang nyaman dilengkapi dengan cermin untuk melihat penampilan mereka. Jangan tanya berapa iuran yang mereka keluarkan untuk tugas ini.
Begitu mencoba pakaiannya, Kala tersenyum tipis. Ternyata Jenna sengaja memilihkan sebuah kemeja putih dibawah ukurannya agar bentuk tubuhnya terlihat. Padahal dia tahu ukuran kemeja Kala karena mereka pernah belanja bersama. Namun Kala sama sekali tak masalah dengan itu selama terlihat cocok dengan jasnya. Toh dia bukan pemilih.
Begitu keluar dari ruang ganti, Kala melihat Ona kesulitan dengan resleting gaunnya. Tanpa mengatakan apapun Kala mendekat untuk membantunya. Jelas Ona membeku melihatnya. Dia menatap Kala dari cermin, jujur saja dia terlihat cocok dengan setelan jas yang membuatnya terlihat lebih dewasa. Aura Kala berubah total saat mengenakan setelan jas seperti ini. Ona akui itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH
Hayran Kurgu"Kalo udah tua kita tinggal serumah kayak gini enak kali ya?" Ada saja pertanyaan konyol yang terlintas di pikiran salah satu penghuni penangkaran buaya itu. Namun tidak ada salahnya berharap takdir akan mengabulkannya. Siapa tahu mereka punya kesem...