Crush

278 30 3
                                    

Bara tak bisa melepaskan pandangan dari jam dinding saat melihat Ona belum juga datang, padahal dosen pagi ini dikenal sangat disiplin. Kala sendiri tampak tak peduli dengan itu, dia sibuk mendengar lagu dari earpod sembari memejamkan matanya. Bisa dilihat kalau dia orang paling santai di dunia. Saat temannya tegang bisa-bisanya dia mendengarkan lagu di playlist kesayangannya.

Sudah hampir setengah jam namun belum ada tanda-tanda dosen maupun Ona datang. Pintu masih tertutup dan tidak terdengar suara jejak kaki seseorang mendekat. Terus mendapat desakan dari teman-temannya ketua jurusan langsung ambil tindakan. Dia pergi ke pelayanan kelas untuk menanyakan kemana dosen yang seharusnya pagi ini mengisi kelas mereka.

Tampaknya ini hari keberuntungan Ona, bagaimana tidak? Di saat dia terlambat dosen justru ijin tidak masuk kelas karena ada pertemuan mendadak dengan dekan. Hari ini mereka cukup absen kemudian pulang. Bahkan tidak ada tugas yang diberikan. Wajar kalo semua mahasiswa senang namun disisi lain mereka kesal karena sudah terlanjur bangun pagi namun dosen tidak hadir.

Woi!

Bara dan Kala menengok ke sumber suara. Ona mendekat ke arah mereka dengan wajah sumringah, tentu karena dia datang bersama Harsa. Crush sejak jaman Maba yang membuat Ona tak bisa membuka hati untuk siapapun. Bara menyapa Harsa karena kebetulan mereka berada dalam satu komunitas dance. Sedangkan Kala hanya diam saat melihat Ona datang tanpa rasa bersalah.

"Darimana aja Lo?" Tegur Kala mengundang kekehan Ona. Bisa-bisanya dia tersenyum setelah hampir saja terkena masalah.

"Tadi ban motor Adis bocor, jadi terpaksa gue lari dari double way kampus." Paparnya mengundang decak lidah Kala.

"Gak usah ngarang deh," Balas Bara seolah tak percaya. "Lo aja suruh turun dari kasur ogah-ogahan apalagi lari ke kampus."

"Beneran, tadi dia jalan kaki sendiri. Jadi gue kasih tebengan deh," timpal Harsa membuat Bara menganga.

"Dih najis nyusahin orang aja," omel Bara sembari memukul pelan lengan Ona. Harsa hanya tersenyum tipis.

"Gak nyusahin kok, gue malah seneng bisa bantu." Ona tersenyum manis mendengar respon Harsa.

"Kenapa Lo ga telfon kita?" Tanya Kala membuat Ona memutar bola mata kesal. Sepertinya dia sudah melakukan saran Kala.

"Njing gue telfon Bara memanggil doang. Giliran telfon lo malah ga diangkat." Sindir Ona.

"Gue gak ada paket data." Ona menghela napas mendengar jawaban Bara yang menjengkelkan.

"Lo juga kenapa gak angkat telfonnya?" Tanya Ona mengalihkan pandangannya ke arah Kala.

"Ga denger." Sahut Kala tanpa rasa bersalah sedikitpun. Seperti itulah sosok Kala yang sebenarnya, tidak peduli pada sekitar.

"Hmm." Bara tahu benar pasti Kala sengaja. Mengingat tadi dia mendengarkan lagu mana mungkin bisa melewatkan telfon.

"Alesan," Gerutu Ona memutar bola matanya kesal. "Bilang aja Lo sengaja ga angkat."

"Yaudah lah yang penting Lo udah gue absenin." Sambar Bara berniat menghentikan perdebatan keduanya.

"Widih thankyou, tumben baik Lo? Pasti ada maunya." Tebak Ona dengan tatapan curiga. Bara lantas terkekeh pelan.

"Tau aja Lo." Harsa tertawa mendengar jawaban Bara. Sudah jelas mereka pasti dekat satu sama lain.

"Dih. Apa'an?" Tanya Ona berusaha kalem di depan Harsa. Meski sebenarnya dia ingin sekali memukul Bara.

"Traktir makan siang dong." Bara menaik turunkan alisnya seolah sengaja menguji kesabaran Ona di depan Harsa.

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang