Semua mahasiswa akhirnya bisa menghela napas lega saat mata kuliah hukum bisnis diakhiri. 3 SKS yang cukup panjang terlebih mereka harus mempelajari dan menghafal beberapa istilah yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Wajar kalau beberapa mahasiswa mengeluhkan mata kuliah ini, termasuk Bara dan Ona.
"Lo tau ga sih, kayaknya gue ga dapet apa-apa hari ini. Hikmahnya aja ga sama sekali." Giliran Ona mengeluh hari ini.
"Bukan Lo doang anjir ga usah drama. Lagian kenapa sih kita harus belajar hukum juga?" Protes Bara.
"Biar Lo pada ga jadi kriminal." Bara hanya berdecak lidah mendengar jawaban konyol Kala.
"Hubungannya apa dah?" Dia hanya bisa menggelengkan kepala. Agak random memang namun Bara menanggapinya.
"Hukum tuh penting buat bisnis, biar Lo ga jualan aneh-aneh." Kala berusaha menjelaskan apa maksud ucapannya.
"Aneh-aneh? Contohnya bisnis apa'an?" Tanya Ona penasaran dengan maksud ucapan Kala.
"Siapa tau dia punya niatan jadi pengedar, kan abis ikut matkul ini batal karena tau konsekuensinya."
"Bro, semua orang juga tau kalo haram dagang begituan. Gak usah ikut matkul juga udah paham."
"Bukan masalah paham aja, tapi ngerti hukumnya gimana kalo dagang begituan." Kala masih tak mau kalah.
"Adu bacot mulu Lo bedua, mending pulang." Ona memilih untuk berlalu pergi dari kelas disusul Bara.
Sore ini, mereka tak langsung pulang karena kebetulan ini malam Minggu jadi mereka berniat untuk nongkrong di cafe langganan. Mencari penyegaran konsepnya, meski terlalu sering jika dibandingkan dengan belajarnya. Bagaimana lagi? Namanya juga mahasiswa.
Begitu sampai di cafe mereka di sambut oleh Arga, Nay dan juga Josep yang sudah sampai. Ona langsung sumringah saat melihat Nay bergabung bersama mereka. Padahal biasanya dia akan tetap di laboratorium tanpa peduli ini hari libur atau tidak. Terlalu rajin memang hingga dia hampir dikenali semua petugas di fakultasnya. Kini tinggal Adis yang belum datang.
"Muka lu lecek banget dah." Bara menatap Arga bingung, tidak biasanya dia keluar dengan penampilan seperti itu.
"Ga usah banyak komen deh bang, gue ga mood." Tampaknya Arga sedang dalam tekanan.
"Kenapa sih? Duit jajan kebanyakan?" Yang lain kompak tertawa mendengar pertanyaan Kala.
"Bukan bang." Arga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kalau sudah berbincang dengan Kala, Arga seperti anak kecil.
"Lah terus? Menye-menye banget heran." Timpal Josep sembari menyesap kopi favoritnya.
"Bingung gue banyak tugas. Mau meledak rasanya nih kepala." Keluhnya sembari menatap langit malam.
"Deh sok-sokan Lo. Biasanya juga semua di Joki in." Sindir Ona saat mendengar keluhan Arga.
"Nah itu masalahnya, joki andalan gue lagi close akun." Ternyata itu adalah masalah utamanya.
"Nahloh kenapa tuh?" Tanya Josep penasaran.
"Mana gue tau, dia ngilang gitu aja. Bahkan nih ya, wa-nya ceklis satu."
"Ga mungkin diblokir kan Lo?" Tebak Nay mengundang tawa yang lain.
"Jangan-jangan sih, karena keseringan joki." Timpal Bara dengan tawa khasnya.
"Anjir seharusnya kan dia seneng dapet cuan dari gue."
"Iya juga sih. Aneh," Gumam Josep merasa ada yang salah.
"Jangan-jangan dia udah ga butuh duit lagi, jadi close akun."
"Anjirr plotwist banget." Yang lain tertawa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH
Fanfiction"Kalo udah tua kita tinggal serumah kayak gini enak kali ya?" Ada saja pertanyaan konyol yang terlintas di pikiran salah satu penghuni penangkaran buaya itu. Namun tidak ada salahnya berharap takdir akan mengabulkannya. Siapa tahu mereka punya kesem...