Sudah sejak seminggu lalu Adis kembali ke kos. Sayang sekali dia masih belum bisa mengikuti kuliah. Sedangkan sahabatnya yang lain melanjutkan aktivitas seperti biasa. Untuk sekarang Adis melakukan kuliah secara online termasuk melakukan tugas maupun ujian.
Awalnya itu kurang disetujui oleh dosen khawatir mahasiswa lain menganggap Adis mendapatkan hak istimewa dsb namun setelah konsultasi dan menyerahkan surat rujukan psikolog pribadi, dosen mengiyakan saran itu. Semua semata-mata demi kesembuhan Adis.
Beberapa hari ini mahasiswa disibukkan dengan UAS. Mereka sama sekali tak ambil pusing, justru mereka lebih memikirkan kemana menghabiskan liburan semester nanti. Agak konyol memang namun inilah adanya. Mereka lebih pusing memikirkan kemana menghabiskan waktu liburan daripada hasil UAS nantinya.
UAS hari ini cukup memuaskan, bukannya membicarakan tentang materi yang keluar saat UAS. Begitu keluar kelas, Bara, Ona dan Farhan justru membuat rencana untuk makan bakso. Kala hanya menyimak seperti biasa. Dia memang bagian mengiyakan dalam hal apapun jadi semua teman-temannya tidak kaget.
Baru saja keluar dari kelas, tak sengaja mereka berpapasan dengan Harsa. Saking fokusnya pada handphone, Ona sampai tidak menyadari itu. Biasanya dia akan heboh setiap kali melihat Harsa. Jelas pemandangan itu membuat yang lain bertanya-tanya karena Ona tidak seperti biasanya.
"Guys sorry gue pulang dulu ya. Bar, entar tipsen yak!"
Belum saja Bara mengiyakan, Ona sudah berlari pergi membuat Farhan dan Kala bingung sendiri. Kelakuan Ona hari ini benar-benar tidak bisa ditebak, mulai dari mengabaikan Harsa dan sekarang dia buru-buru pulang. Padahal biasanya dia paling anti pulang ke kost di jam-jam seperti ini.
"Eh anjing, tipsen mulu kelakuan." Pekik Bara namun tak didengar oleh Ona.
"Untung entar cuma tanda tangan kehadiran doang." Gumam Farhan.
"Mau kemana dia?" Tanya Kala penasaran saat melihat Ona buru-buru pergi.
"Mana gue tau." Bara menaikkan bahunya karena memang tak tahu.
"Yaudah yok mending makan bakso." Ajak Farhan dengan semangat.
Bukan tanpa alasan, Ona buru-buru pulang setelah mendapat pesan dari Adis. Dia tak mau terlambat menahan sahabatnya. Ona tahu selama ini semua orang terlalu fokus pada pemulihan Adis hingga lupa Nay juga tersandung masalah yang membuatnya di cap sebagai ketua gagal dan tidak becus.
Jujur Ona juga bingung harus bagaimana membantu Nay karena belakangan ini dia mendadak tertutup. Mungkin bisa dibilang Nay terang-terangan menghindari teman-temannya. Padahal tanpa Nay ketahui semua temannya ingin membantunya menyelesaikan masalah.
Beruntung Ona belum terlambat, dia buru-buru membayar ojol saat melihat Nay mengeluarkan beberapa barangnya. Entah kapan dia mengemas semuanya dengan rapi yang jelas Ona maupun Adis sama sekali tidak menyadari itu. Mengingat belakangan ini mereka juga jarang bertemu.
"Lo mau kemana?" Ona menatap Nay penuh selidik. Yang ditanya hanya tersenyum sembari menatap kopernya sekilas.
"Gue ambil cuti." Adis dan Ona terkejut mendengarnya karena Nay tidak mendiskusikan itu lebih dulu.
"Ha? Bukannya cuti tuh pas semesteran?" Tanya Adis disambut anggukan Nay karena itu memang benar adanya.
"Jangan bilang lo ga ikut UAS?" Ona menatap Nay curiga. Dia hanya diam beberapa saat kemudian menghela napas.
"Ikut kok, udah beres kemarin. Gue juga udah urus cuti." Ini terlalu cepat bagi Adis dan Ona.
"Tapi kenapa?" Jujur saja Ona dan Adis tak tahu apapun karena selama ini Nay hanya diam.
"Papa udah jual mobil buat bayar semua tanggungan. Ruko juga digadein buat biaya pengobatan mama. Jadi ya gitu."
"Nay-" tanpa mengatakan apapun Ona dan Adis langsung memeluk Nay. Air mata mereka menetes begitu saja.
Jika boleh jujur semua masalah yang datang belakangan ini terasa sangat berat untuk mereka, semua bertubi-tubi memasuki kehidupan seolah tidak memberi mereka jeda untuk bernapas. Di balik itu semua mereka tahu Tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan.
"Gue juga ga mau ini terjadi. Tapi gue gak tau harus gimana selain ambil cuti. Buat sementara gue mau cari kerja."
"Coba ke cafe aja dulu, ya walau gajinya ga seberapa sih." Saran Adis. "Kalo Lo mau gue ada kenalan."
"Kalo di sini gak dulu deh, gue harus pulang sekalian jaga mama." Nay melepaskan pelukan dan mengusap air matanya.
"Gue temenin Lo pulang." Ona mengeratkan genggaman tangannya pada Nay. Ona berusaha memberitahu Nay bahwa dia tidak sendiri.
"Ha? Ngapain? Adis gimana?" Ona dan Adis tak habis pikir, Nay masih saja memikirkan orang lain saat dirinya sendiri juga sedang tidak baik-baik saja.
"Dia udah banyak yang jagain, kalo Lo kan gak ada." Adis mengangguk pelan mendengar ucapan Ona karena memang itu kebenarannya.
"Gue gapapa kok serius." Sudah jelas itu sebuah kebohongan. Ona dan Adis bisa melihat kegelisahan dan keputusasaan dalam diri Nay.
"Udah, besok aja berangkatnya sama gue." Ona memasukkan kembali koper dan barang-barang bawaan Nay yang sudah dikeluarkan.
"Bener, mending sekarang kita nonton film." Ajak Adis dengan penuh semangat. Dia tak ingin Nay terlalu berlarut-larut dalam kesedihan.
"Makan dulu kali ya, gue laper." Keluh Ona yang belum sempat makan bakso. Nay terkekeh mendengarnya, Ona dan Adis sedikit lega saat melihatnya.
"Gas lah kita gopud." Tanpa pikir panjang Adis langsung mengeluarkan handphonenya.
"Thankyou ya." Gumam Nay dengan mata berkaca-kaca. Entah mengapa suasana mendadak sendu seperti ini.
"Dih kayak sama siapa aja." Sindir Ona disertai kekehan Nay dan Adis.
Jika boleh jujur, Ona agak keberatan dengan keputusan Nay. Mengingat setahunya Nay cukup berpotensi entah itu dalam akademik maupun organisasi. Hanya saja masalah ini datang dengan tidak tahu diri dan menghancurkan semua rencana yang sudah Nay buat dengan matang.
Dari banyaknya orang mungkin Nay memang terkenal ambis dan mempunyai prinsip namun siapa sangka kalau semua rencana hidupnya hancur karena suatu masalah yang sama sekali tak dia duga. Meski begitu Nay berjanji tidak akan menyerah pada keadaan. Dia akan memperjuangkan mimpinya tak peduli dengan cara apapun.
Mau bagaimana lagi? Sekarang Nay sudah memutuskan untuk mengambil cuti. Tidak ada yang bisa Ona dan Adis lakukan selain mendukung keputusan Nay. Keduanya juga akan membantu jika dibutuhkan. Hanya itu namun mereka harap bisa sedikit meringankan beban Nay.
Halooo gimana puasanya?
Semoga lancar ya 😇
Sengaja banget update buat nemenin ngabuburit yaa walaupun ga sering-sering banget wkwk
Semoga suka yaa chapter yg super singkat padat dan jelas ini 🤩Thankyou buat yang udah mampir apalagi ngasih votement 🤩
Sekian bacotan dari ceweknya Yoongi 👀
Borahae 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH
Fanfiction"Kalo udah tua kita tinggal serumah kayak gini enak kali ya?" Ada saja pertanyaan konyol yang terlintas di pikiran salah satu penghuni penangkaran buaya itu. Namun tidak ada salahnya berharap takdir akan mengabulkannya. Siapa tahu mereka punya kesem...