Hari ini dilaksanakan rapat evaluasi UKM, Ona memang hadir namun Kala dan Arga tidak melihatnya di akhir acara. Terpaksa Kala menyuruh Arga pergi ke rumah sakit lebih dulu untuk menggantikan Bara. Sedangkan Kala pergi mencari Ona.
Dugaan Kala sama sekali tak meleset, Ona berada di rooftop gedung baru yang ingin sekali dia kunjungi. Tanpa pikir panjang, Kala mendekat. Dia merebut rokok ditangan Ona kemudian membuangnya. Jelas Ona kaget melihat Kala memergokinya merokok.
"Sejak kapan?" Kala menanyakan itu karena selama ini yang dia tau hanya Adis yang merokok.
"Udah lama. Kenapa sih?!" Ona mengalihkan pandangan mungkin merasa malu dengan kelakuannya.
"Lo bahkan benci banget sama asap rokok." Ona tahu Kala tidak akan berhenti sebelum mendapatkan jawaban yang dia inginkan.
"Iya tapi bukan berarti gue juga ga boleh ngerokok kan." Kala mengangguk. "Kenapa cuma diem?"
"Gue harus apa? Yang Lo omongin ada benernya." Ona tak menyangka Kala akan menyerah semudah itu.
"Gue cuma ngerokok pas sumpek aja kok." Kala tak merespon. "Berasa ngomong sama angin." Gerutu Ona kesal.
Suasana hening menyapa, entah Kala maupun Ona sibuk berkutat dengan pikiran masing-masing. Meski tidak saling berbicara namun mereka memiliki pikiran yang sama. Ada beberapa hal yang tengah membebani hari dan pikiran mereka.
"Gue bisa bantu biaya perawatan Adis sama bayar kerugian olimpiade Nay." Ona lantas menatap Kala bingung. Dia tak mengerti kemana arah pembicaraan ini.
"Hm? Darimana Lo dapet duit segitu banyaknya? Bahkan nih kalo kita open donasi gak akan cukup Kal buat bantu Nay doang."
"Gue udah bilang kan, gue sanggup bayar semua. Tapi ada syaratnya." Ona terkekeh pelan mendengar ucapan Kala. Entah drama apalagi sekarang.
"Gila! Perhitungan banget Lo sama temen sendiri. Tapi ya emang banyak sih." Ona sibuk bermonolog. "Jadi apa syaratnya?" Tanya Ona penasaran.
Gila. Itulah kata yang terlintas dalam benak Ona setelah mendengar syarat dari Kala. Tanpa mengatakan apapun, Ona berlalu. Dia kaget sekaligus tak percaya. Ona merasa Kala hanya bercanda untuk menghiburnya namun ini sudah kelewatan.
Jujur saja, Ona penasaran apa niat Kala mengatakan itu padahal posisinya dia tahu apa yang sedang teman-temannya alami dan itu tidak pantas untuk dijadikan bahan candaan. Ona sedikit kecewa namun mau bagaimana lagi, apapun yang terjadi Kala tetaplah sahabatnya.
Begitu sampai rumah sakit, Ona diam beberapa saat di depan pintu kamar inap. Suara gelak tawa teman-temannya terdengar hingga luar membuatnya sungkan untuk bergabung. Ona berusaha menenangkan diri sebelum masuk, dia tak ingin moodnya merusak suasana di dalam sana.
Cklek
"Lama banget sih Lo, keliling dunia dulu?" Cerocos Arga yang tengah menyantap es buah.
"Protes mulu." Sindir Adis.
"Ya dia sih lama, Kala mana?" Arga celingukan mencari sosok Kala. Ona menghela napas panjang.
"Mana gue tau."
Adis dan Arga kompak beradu tatap penuh tanda tanya, bagaimana tidak? tidak ada angin tidak ada hujan Ona tiba-tiba badmood. Meski dia tidak mengatakannya secara langsung namun terlihat jelas dari gerak-geriknya.
Tanpa mengatakan apapun, Ona duduk di samping Josep yang tengah merevisi proposal. Arga tambah penasaran saat melihat Ona memilih untuk membaca buku. Jelas sekali ada sesuatu yang tidak beres pada gadis itu.
Ruang inap cukup hening hanya terdengar suara lagu dari speaker milik Arga dan kekehan Adis yang tengah menonton drama. Josep terlihat masih sibuk sendiri, begitu juga dengan Ona. Jangan tanyakan tentang Arga karena dia sudah terlelap di sofa dengan mulut menganga.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH
Fanfiction"Kalo udah tua kita tinggal serumah kayak gini enak kali ya?" Ada saja pertanyaan konyol yang terlintas di pikiran salah satu penghuni penangkaran buaya itu. Namun tidak ada salahnya berharap takdir akan mengabulkannya. Siapa tahu mereka punya kesem...