Deeptalk

20 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Beberapa penghuni villa sudah bangun, mereka berniat untuk menikmati pemandangan pagi yang tak bisa mereka dapatkan dengan bebas di kota.

Sayang sekali pagi ini kabut tebal menyelimuti desa. Rasanya seperti hidup di atas awan. Jalanan sama sekali tidak terlihat karena kabut pagi ini cukup pekat. Mungkin efek hujan semalam.

Mulai merasa kedinginan, mereka memilih untuk kembali masuk ke dalam villa. Mengingat tidak ada untungnya juga tetap di luar sana karena pandangan mereka terbatas akibat kabut.

"Laper njir." Runtuk Arga langsung melangkah menuju dapur.

"Sekalian dong ga!" Pekik Jojo dengan santainya.

"Bikin sendiri." Jawabnya santai. Jojo menghela napas dan ikut ke dapur.

Aroma mie instan memang tak pernah mengecewakan. Bisa dilihat dari beberapa penghuni villa yang langsung bangun dibuatnya. Mereka menatap mie instan milik Arga dan Jojo dengan penuh arti.

"Sengaja ya Lo berdua bikin mie jam segini?" Sindir Adis.

"Sengaja banget biar seisi villa bangun." Kekeh Bara.

"Sialan." Runtuk Ona sembari menatap Arga dan Jojo yang sibuk sendiri.

Mereka berkumpul di ruang tengah sembari menonton tv. Hari makin siang namun kabut belum juga pergi. Jelas hal itu membuat mereka bosan karena tak bisa keluar. Padahal mereka punya banyak rencana.

"Gue boleh ngomong sesuatu ga?" Tanya Jojo dengan senyum manis. Entah mengapa mereka merasa ada hal penting yang ingin Jojo sampaikan.

"Ngomong aja kali, kayak sama siapa aja Lo." Celetuk Kala disambut anggukan yang lain. Jojo tersenyum hangat saat mendapat respon yang baik.

"Jujur kejadian belakangan ini bikin gue khawatir. Masa depan sama sekali ga bisa di tebak. Tapi gue berharap apapun hasilnya nanti kita masih bisa sama-sama kayak gini."

"Setuju. Berhasil atau enggaknya, gue pengen hubungan kita tetep kayak gini. Ga ada yang berubah." Timpal Arga sembari menatap yang lainnya.

"Gue harap juga gitu." Gumam Nay khawatir semua tidak sesuatu dengan harapan mereka. Meski begitu dia mencoba untuk positif thinking.

"Sebelumnya gue mau makasih sama kalian yang terus ada di samping gue. Jujur tanpa kalian mungkin gue ga bisa lewatin semua ini." Ujar Adis.

"Apa sih!" Runtuk Ona mulai berkaca-kaca. Suasana berubah menjadi haru. "Justru kita yang terima kasih karena lo mau bertahan sampai saat ini."

"Sedih deh jadi pengen peluk." Ujar Bara berusaha mencairkan suasana. Nay langsung mendorongnya menjauh mengundang kekehan yang lain.

"Kita perlu lebih terbuka lagi, kalo ada kesulitan diomongin bareng biar bisa kita bantu cari solusi." Timpal Kala disambut anggukan yang lain.

"Kalian berbagi cerita bukan berarti lemah." Timpal Jojo membuat yang lain tersadar bahwa selama ini mereka terlalu takut dianggap lemah.

Selama mengenal satu sama lain mereka hanya berbagi kebahagiaan, tanpa memikirkan bahwa hidup bukan hanya tentang bahagia dan berbagi tawa.

Mereka lupa bahwa sesekali kita perlu merasakan kesedihan agar memahami arti hidup yang sebenarnya. Sekarang mereka sadar bahwa hidup dewasa bukan hal mudah.

Meski begitu mereka yakin bisa melewati semua selama masih bersama. Semua akan tetap berada di tempatnya meski suatu hari nanti akan banyak hal yang berubah.

End.











Terima kasih buat reader yang setia baca cerita ini. Maaf jarang update dll. Maaf kalau ending ga sesuai sama ekspektasi karena ceritanya udah molor banget dan stuck. Sekali lagi terima kasih. Have a nice day 💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang