PART 10: CLASS MEETING

50 8 0
                                    

Happy reading♡

° ° ° ° °

Pertandingan sepak bola sudah di mulai sejak beberapa menit lalu. Anggota OSIS mulai melaksanakan tugas mereka masing-masing. Begitu juga dengan Airin.

Sekarang gadis itu tengah berdiri di belakang gawang sekitar 1 meteran bersama dengan anggota OSIS yang juga bertugas sama dengannya.

Pandangan mata Airin sedari tadi tidak lepas dari anggota OSIS yang bertugas memunguti sampah di tepi lapangan. Bukan sampah yang menjadi fokusnya, melainkan seseorang yang bertugas di bagian pemungut sampah tersebut.

Saat mata indah berwarna cokelat itu terus menatap ke arah seseorang yang di tatap, seseorang tersebut menatapnya balik dengan memberi senyum tipis.

Deg

"Airin?!" pekik Ririn yang berada samping Airin.

"Ada apa, Rin?" tanya Airin.

"Bang Argi natap gue dong!" girangnya.

Airin melongo. Jadi, yang di tatap itu Ririn ya? kirain dia.

"Bukannya bang Argi natap gue, ya?" Mulut Airin bertanya dengan ragu.

Ririn tampak berfikir, "eum~ ... iya kali," jawabnya.

"Duh, malu banget. Mana gue udah pe-de lagi." Ririn meringis malu.

"Nah kan. Apa kata gue."

"Iya deh, Airin paling benar."

Airin lalu memfokuskan pandangan mata ke arah lelaki di sebrang sana, Argi.

Menggigit bibir bawahnya menahan gemes. Airin membatin, 'ganteng banget.'

***

Mata Argi tidak sengaja menatap dua pasang mata yang menatapnya. Dia kenal siapa mereka, yaitu Airin.

Memberikan senyum tipisnya, Argi malah di buat bingung oleh tingkah kedua perempuan itu. Di lihat dari arah Argi, mereka lebih terlihat seperti perempuan gila yang tertawa-tawa tak jelas.

Dengan acuh tak acuh terhadap dua perempuan itu, Argi terus melanjutkan memunguti sampah bersama yang lain.

"Istirahat dulu, yok."

"Di mana?"

"Noh, di Sono." tunjuknya ke arah gawang.

Mereka lalu menghampiri anggota OSIS yang sedang menjadi anak gawang.

Argi mendudukkan dirinya di rumput-rumput. "Gila capek banget, njir," katanya.

Airin yang mendengar suara itu menolehkan kepalanya kesana-kemari untuk mencari asal suara. Saat dia menoleh ke belakang, betapa kagetnya dia saat tau suara itu milik dari lelaki tampan yang dia sukai.

"AKHH!!" pekik Airin.

Ririn menoleh ke arah Airin, lalu berkata, "lo kenapa, njir?"

Airin tersadar lalu mukanya memerah. "Ahh ... enggak."

"Enggak gimana, njir. Orang lo tadi teriak-teriak," ujar Ririn.

Sedangkan yang lain hanya menatap mereka berdua yang berdebat.

Ririn memperhatikan wajah Airin. Ada yang aneh. "Tuh, juga muka, kenapa merah?"tanyanya.

"Aduh ... anu, eumm ... gue kebelet pipis, nih," jawab Airin.

Saat sadar dengan yang di ucapkannya itu, Airin jadi bertambah malu. 'Gini amat saltingnya. Ini juga mulut kenapa malu-maluin, sih,'  batin Airin.

"Oh, yaudah, sana ke toilet. Mau di temenin?"

Airin menggeleng cepat, lalu berkata, "gak perlu, Rin."

"Oke."

Airin lalu berlalu dari lapangan. Tak lupa dengan mata yang terus melirik Argi yang juga menatapnya dengan tatapan aneh.

'Aduh, pasti Argi mikirnya gue ini gak tau malu,' batinnya.

Sedangkan Argi berkata dalam hatinya, 'aneh banget nih cewek.'

***

Berjalan menuju toilet, Airin tak henti-hentinya menggerutu mulutnya sendiri.

"Anjing, babi, bangsat, setan. Arghh ..." umpat Airin.

"Istighfar woi bukannya malah ngumpat."

Airin terlonjak kaget mendengar suara seorang perempuan. Dia menoleh ke arah suara dan menemukan Rana--temannya.

"Lo ngagetin, anjing!" gerutu Airin.

"Lo tuh, mau masuk toilet malah ngumpat, bukannya baca doa," ujar Rana.

"Heh-"

"Mau manggil setan lo, jadi ngumpat begitu!?" pungkas Rana.

"Gue lagi kesal."

Rana menaikan alisnya bingung, lalu bertanya, "siapa?"

"Siapa apanya?"

Rana berdecak, "ck, maksud gue siapa yang bikin lo kesal?"

"Mulut gue."

Rana terbahak, "lah, njir kok gitu?"

"Tadi gue asal ceplas-ceplos depan my crushh," jawab Airin.

Rana yang sudah menghentikan tawanya seketika tertawa lagi, "njir, bisa-bisanya. By the way, siapa crushhmu?" tanyanya.

Airin tersadar atas ucapannya tadi, lalu berkata, "gak ada kok, hehe~"

Rana mengangguk-angguk seolah percaya. "Percaya, deh gue," katanya.

Airin nyengir.

° ° ° ° °

Airin dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang