Happy reading 💗
÷÷÷÷÷
Setelah menyelesaikan makannya dan bercanda gurau di pantai tadi kini pada pukul 19.30 Wib Airin dan Argi sampai di kediaman Airin.
Airin melepas helmnya lalu memberikannya kepada Argi.
Airin tersenyum lebar. "Terima kasih atas waktunya, Bang," ungkap Airin.
Argi mengangguk dan tersenyum tipis. "Terima kasih kembali perempuan cantikku," jawab Argi.
Airin memalingkan wajahnya ke arah samping. Gadis itu salah tingkah akan ucapan Argi tersebut. Pipinya bahkan sampai memerah karena malu.
Senyuman Argi menjadi lebar membentuk bulan sabit. Lelaki itu tampak begitu senang setiap kali berhasil membuat Airin salah tingkah.
Tangan Argi terangkat untuk memegang dagu Airin. Dengan lembut lelaki itu membuat wajah Airin kembali terfokus terhadapnya. Setelahnya tangan lelaki itu kembali turun.
Argi menoel pipi Airin. "Loh, ini kenapa pipi perempuanku jadi merah begini?" tanya Argi pura-pura tidak tahu.
Airin mengendus, lalu gadis itu tersenyum. "Salting gegara wajah pria di depanku ini ganteng banget," jawab Airin.
"Ya Allah, jantung aku gak kuat, Yang," ungkap Argi.
"Dikuat-kuatin ajalah, Bang," jawab Airin.
Argi berdecak. "Iya-iya."
Terjadi keheningan selama beberapa detik. Tak lama Airin memutuskan untuk memasuki rumah setelah berpamitan dengan Argi.
Saat Airin baru membalikkan badannya, gadis itu melihat mobil yang tampak asing berada di halaman depan rumahnya.
Airin menoleh ke arah Argi yang ada di belakangnya. "Bang, kok malam-malam begini ada tamu ya di rumahku?" tanya Airin.
Argi mengikuti arah pandangan Airin. Saat melihat sebuah mobil lelaki itu bergumam.
"Kok kayak gak asing, ya?" gumamnya.
Airin dengan masih fokus ke arah mobil tersebut menjawab, "kenapa bang?"
"Boleh aku masuk?" tanya Argi.
"Oh, boleh-boleh. Ayo!" ajak Airin.
Argi turun dari motornya. Sepasang kekasih itu lalu berjalan beriringan dengan pandangan yang terus terfokus pada mobil yang berada di halaman depan rumah.
Saat semakin dekat dengan pintu masuk, samar-samar keduanya mendengar keributan dari dalam rumah. Saat bentakan demi bentakan keluar dari mulut ke mulut kedua remaja itu berlari agar segera melihat keributan yang terjadi.
Argi dan Airin memasuki rumah. Saat melihat suasana begitu mencengkeram keduanya berpegangan tangan erat.
"Ada apa ini?" Hanya kalimat itu yang Airin keluarkan setelah melihat di dalam rumah tersebut ada Papa, Mama, Abang, dan seorang Wanita asing.
"Mama?" Argi terlihat kebingungan melihat Mamanya berada di rumah sang kasih.
Airin dan Argi bersitatap. Kedua remaja itu terlihat kebingungan.
"Sebenarnya ada apa ini?" tanya Airin lagi karena melihat mereka semua tidak ada yang menjawab.
Maharini terlihat menghela napas. Wanita berusia 54 tahun itu lalu berkata dengan lirih. "Papamu selingkuh."
Wajah Airin tampak shock. Kenyataan ini membuatnya seperti ingin tenggelam. Napas gadis itu bahkan sampai tercekat. Oksigen seperti berhenti masuk ke dalam tubuhnya. Gadis ini benar-benar tidak tahu harus berkata dan melakukan apa. Yang gadis itu inginkan sekarang hanyalah menangis.
Dengan mata yang hampir mengeluarkan Isak, Airin berkata, "Sejak kapan, Ma?"
"Sejak kamu bahkan belum dilahirkan." Maharini terlihat tenang menjawabnya, padahal hatinya begitu sakit.
Airin tersenyum pedih, kemudian tertawa hambar. "Oh ya? ternyata udah lama ya," ujarnya.
Air mata Airin turun tanpa bisa dicekal. Gadis itu melepas tautan tangannya dengan Argi lalu menghapusnya dengan punggung tangan itu.
Airin melangkah maju mendekati Mamanya, begitu juga dengan Argi yang mendekati Wanita asing itu.
Airin memegang pundak Maharini. Gadis itu lalu menunjuk ke arah Wanita asing itu. "Dengan Dia?" tanya Airin yang langsung di jawab anggukan pelan oleh Maharini.
Melihat Maharini yang mengangguk, Airin langsung memeluk erat Mamanya. Gadis itu mengusap pelan punggung ibunya yang bergetar hebat. Airin tahu, Airin paham bahwa Mama yang selalu tersenyum ceria itu sedang terluka sangat dalam.
Berbeda dengan Airin yang tengah memeluk Maharini, Argi langsung menanyakan pada Mamanya tentang kebenaran yang diucapkan oleh Maharini.
"Ma, yang dikatakan tante Rini benar?" tanya Argi.
Raya---Wanita berusia 40 tahun itu adalah Mama. Beliau mengangguk dengan perasaan bersalahnya.
"Benar, dan dia ..." Raya menunjuk pada Renal. "Ayahmu," sambungnya.
Bagai disambar petir di siang bolong, perasaan Argi tak kalah hancurnya dengan kenyataan baru itu. Batinnya seolah bertanya-tanya mengapa menjadi seperti ini, perasaannya seolah menentang dengan kenyataan itu. Argi tidak terima, Argi tidak siap. Dia tidak siap jika nyatanya dia adalah saudara seayah dengan sang kasih.
Argi tersenyum getir, lelaki itu mengangguk pelan lalu setelahnya berlalu pergi dari sana meninggalkan semua orang yang ada di ruangan.
÷÷÷÷÷
HAII, MAKASIH UNTUK YANG UDAH BACA DARI AWAL PART SAMPAI PART INI.
Omong-omong maaf ya jika feel-nya kurang, karena jujur aku kurang bisa bikin cerita yang sedih.
betewe aku kasian tau sama Reza(abangnya Airin) soalnya dia ga dapat bicara tentang kejadian itu wkwk.
mungkin gitu aja. Makasih banyak dan good night All💗.
draf ku abis euy😔
![](https://img.wattpad.com/cover/294611829-288-k903210.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin dan Kisahnya
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA.] [UNTUK DIBACA, BUKAN DIPLAGIAT.] [HASIL IMAJINASI SENDIRI.] Warning⚠️: terdapat kata-kata kasar yang tidak untuk ditiru. HAPPY READING♡ Airin menyukai salah satu anggota OSIS. Argi namanya. Argi ganteng, baik dan ramah...