EPILOG

40 4 0
                                    

Happy reading

÷÷÷÷÷

"Bertemunya aku dan kamu lagi."--Argi Mahardika

÷÷÷÷÷

Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Tak terasa lima tahun berlalu dengan sangat berat untuk seorang Argi. Setelah ditinggal oleh kekasihnya lima tahun lalu karena kesalah pahaman, Argi pindah ke rumah neneknya dari pihak ayah yang ada di Yogyakarta.

"Nenek, lusa Argi sama teman-teman mau liburan ke daerah di Belitung," ujar Argi.

Raut wajah sang nenek terlihat khawatir. "Apa tidak terlalu jauh?" ujar Nenek. "Apalagi sampai keluar pulau Jawa," sambungnya.

Argi menggeleng. "Tidak, Nek. Itu nggak jauh. Argi izin ya, Nek?" Argi menatap neneknya penuh harap.

"Nenek khawatir, Gi." Beliau menyampaikan perasaan yang penuh khawatir itu.

Argi tersenyum memaklumi. "Gapapa, Nek. Nenek nggak izinin ya? ya udah Argi nggak bakalan pergi," ujarnya.

Nenek menggeleng. "Nenek, izinin kamu. Tapi di sana jaga kesehatan ya juga selalu jaga sopan santun!" perintah beliau.

Argi mengangguk pasti. "Argi bakalan ingat pesan nenek," jawab Argi.

Nenek mengangguk sebagai jawaban.

"Terima kasih ya, Nek," tutur Argi.

Nenek tersenyum lebar. "Sama-sama, cucuku."

÷÷÷÷÷

Hari ini adalah hari keberangkatan Argi. Dia dan beberapa teman semasa SMA-nya diantarkan oleh paman Argi.

Barang-barang mereka telah dikeluarkan dari bagasi mobil. Karena dirasa tugasnya sudah selesai paman Argi berpamitan.

"Makasih, paman," ujar Argi yang hanya di jawab dengan anggukkan.

Mobil paman melesat meninggalkan mereka yang ada di depan bandara.

"Kuy lah, masuk." Laki-laki yang rambutnya ikal berseru. Namanya Raden.

"Ayo-ayo." Laki-laki yang paling pendek menjawab. Namanya Rizki orang yang paling mengetahui kisah Argi dan masa lalunya.

Mereka lalu berjalan memasuki bandara. Setelah melakukan beberapa hal untuk keberangkatan mereka hari ini, mereka akhirnya bisa pergi ke negeri Laskar Pelangi.

÷÷÷÷÷

"Gila! capek banget gue di dalam pesawat," seru Rizki.

"Lo, mah apa-apa capek," sahut laki-laki yang kulitnya paling putih diantara mereka, Ardi.

"Bener nih." Argi ikut menyahuti.

Raden yang melihat Rizki disudutkan merangkul bahu Rizki. "Wah parah lo semua. Tenang Riz, yang dikatakan mereka itu bener," cemoohnya.

Rizki yang mesem-mesem akan dibela kembali terbantai oleh kalimat menyudutkan. "Tai, Lo pada," gerutunya.

Mereka semua tak acuh kepada Rizki dan memilih memasuki mobil yang sudah dipersiapkan sebelum mereka datang ke negeri Laskar Pelangi.

÷÷÷÷÷

"Nyampe juga, euy," ujar Raden.

Saat ini mereka semua sudah ada di hotel yang di depannya terdapat tempat pariwisata.

Argi mengangguk, lelaki itu menatap jam yang selalu melekat di tangannya. "Dah jam 2, euy. Istirahat dululah nanti jam 4 kita mulai perjalanan," ujarnya.

Mereka semua mengangguk setuju dan mulai keluar dari kamar hotel milik Argi menuju kamar mereka masing-masing.

÷÷÷÷÷

"Nggak ada yang ketinggalankan?" tanya Argi.

"Kayaknya, sih, enggak ada," jawab Ardi.

"Ya udah. Yuk jalan," ajak Raden.

Dengan wajah cengonya Rizki berkata, "maksudnya kita jalan kaki?"

"Iyalah. Lo kira kita naik mobil?" celetuk Ardi.

Dengan cepat Rizki mengangguk. "Ya kan siapa tau," ujarnya.

Argi menggeleng. "Pantainya di depan, nih, hotel. Masa mau naik mobil," jawabnya.

"Ya udah, deh."

Keempat laki-laki tampan itu lalu berjalan santai dengan sesekali memotret menggunakan kamera yang tergantung di leher mereka.

"Beuh, indah cuy." Rizki tak henti-hentinya memuji pantai yang memang bener-benar indah di depannya itu.

Ketiga temannya mengangguk menyetujui.

"Asli dah, nggak nyesel milih liburan di sini," ujar Ardi yang membuat teman-temannya mengangguk.

Mereka lalu fokus dengan kegiatan masing-masing. Argi dengan kamera di lehernya sibuk memotret keindahan pantai juga sesekali memotret pengunjung yang datang.

Saat kameranya menyorot ke arah seorang yang tak asing, Argi terdiam sejenak.

"Ini kan." Argi bergumam dengan memilih melihat ke arah seseorang yang seperti dia kenali.

Saat ingat akan sesuatu, Argi lalu berlari mendekat ke arah orang yang tampak tak asing itu. Teman-temannya tak ada yang menyadari karena memang terlalu sibuk dengan kegiatan memotret masing-masing.

Di rasa jaraknya dekat dengan seseorang itu, Argi berseru memanggil, "Rin!" panggilnya.

Seseorang yang dipanggil itu terkejut saat mendapati orang dari masa lalunya menyapanya. Batinnya bertanya-tanya mengapa seseorang itu ada di sini, di Desa yang Ia tinggali.

"Bang Argi!"

÷÷÷÷÷

Ngehehehee sudah selesai juga cerita Airin dan Kisahnya.

Aku sangat-sangat berterima kasih kepada semuanya yang sudah membaca kisah ini dari awal hingga akhir ini. Jujur sedikit gak nyangka bahwa Airin dan Kisahnya bener-benar selesai. Semoga kisah ini dapat memberi sedikit kenangan kepada kalian semua.

Jangan lupa menjaga kesehatan kalian ya. See you!

Oh iya, aku juga sudah membuat kisah baru dulunya 'Antara kita'. Jika berkenan untuk membaca silakan cek profil aku.

Thank you and see you💗💗

Airin dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang