“Sebentar, Pak. Hanya mencuci piringnya saja,” Paksa Allisya, ia tetap kekeh ingin membersihkan tempat bekas makanannya juga.
“Ya sudah, terserah kamu saja. Saya mahu istirahat dulu,” pasrah Pak Adit, ia beranjak berdiri berjalan ke tempat sofa. Lalu merebahkan tubuhnya dengan pelan, mencoba memejamkan kedua matanya untuk tidur sebentar saja.
“Apa Bapak tidak melanjutkan pekerjaan nya lagi,” tegur Allisya, ia bertanya pada bosnya. Membuat bosnya berbicara sambil kedua matanya ikut tertutup juga.
“Sudah, ada kamu. Jadi, untuk apa saya harus mengerjakan pekerjaan nya lagi," sahut Adit, ia tidak ingin melanjutkan pekerjaan nya lagi. Karena sudah ada karyawan nya, jadi ia tidak perlu lagi kembali bekerja.
“Emang yah, jadi boss itu enak banget," sindir Allisya, melihat bosnya sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa.
“Hem, tidak. Menurut saya itu sangat melelahkan," kata Pak Adit, menurut dirinya menjadi bos itu sangatlah melelahkan sekali. Allisya belum tahu saja, bagaimana rasanya menjadi bos. Harus bagi-bagi waktu kerjanya dan juga waktu untuk keluarga nya.
“Ya, sudah. Bapak tidur dulu aja.” Ucap Allisya, meminta pada bosnya untuk segera tidur saja.
“Iya,” ujar Pak Adit, sudah kembali ke alam mimpinya lagi.
Beberapa jam kemudian, akhirnya Allisya sudah selesai mengerjakan tugasnya. Malam ini, sudah pukul 23.00 masih berada di dalam ruangan bosnya ini.
“Capek, sekali. Sudah jam 23.00 malam lagi, kenapa Pak Adit belum bangun juga yah. Tuh orang, beneran lagi tidur apa pingsan. Lama banget, tidurnya.” Gumam Allisya, melihat bosnya masih saja tertidur. Apa mungkin bosnya itu sangat kelelahan, jadi belum bangun dari tidurnya juga.
Allisya segera beranjak berdiri dari kursinya, berjalan mendekati bosnya yang masih tertidur di atas sofa. Ia berniat membangunkan bosnya dengan menyentuh bahunya.
“Pak, bangun. Sudah malam, waktunya pulang.” Allisya menggoyang goyangkan bahu milik bosnya, tetap saja dia tidak mau bangun dari tidurnya.
“Sebentar, jangan pulang dulu Ran.” Sahut Pak Adit, tiba-tiba saja menyebutkan nama seorang perempuan.
“Ran? Saya ini Allisya, Pak. Nama saya bukan Ran.” Tegur Allisya, sejak kapan nama dirinya berubah menjadi Ran.
“Ran, saya merindukan kamu. Jangan pergi lagi, please.” Pak Adit memeluk tubuh Allisya, sampai membuat wanita itu jatuh di atas tubuh bosnya.
“Tolong lepaskan pelukannya, Pak.” Pinta Allisya, ia meminta pada bosnya untuk melepaskan pelukannya ini.
“Biarkan seperti ini dulu, Ran.” Kata Pak Adit, tak mau melepaskan pelukannya.
“Bangun, Pak. Ini sudah malam, saya harus segera pulang.” Allisya tidak tahu harus melakukan bagaimana lagi, agar bosnya iu segera bangun dari tidurnya.
Sepertinya, Allisya mempunyai idea. bagaimana caranya, agar bosnya itu bangun dari tidurnya. Tiba saja, ia segera mencubit pinggang milik bosnya saja. Membuat bosnya, langsung terbangun dari tidurnya. Kesempatan Allisya untuk segera kembali berdiri, saat bosnya itu sudah mulai sadar.
“Awhh, sakit.” Rintihan Pak Adit, merasakan begitu sakit di bagian pinggangnya itu.
“Lagian, siapa suruh tidak mau bangung coba?” celetuk Allisya.
“Kamu kenapa nyubit saya sih, sakit tahu cubitannya.” Tegur Pak Adit, bertanya kepada karyawannya. Mengapa dia malah mencubit pinggang dirinya begitu saja.
“Bapak yang sudah memeluk saya, jadi saya cubit saja.” Sahut Allisya, tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris & CEO
RomanceAllisya tipe perempuan cuek, tak ada satupun lelaki yang berani mendekati dirinya. Dia hanya ingin fokus dengan kariernya saja. Adit terus berjuang untuk mendapatkan hati Allisya sepenuhnya. Walaupun lelaki itu selalu mendekati Allisya. Apa yang a...