ruangan sekretarisnya

517 16 0
                                    

"Ok, saya pergi. Permisi, Pak." Allisya menghela nafasnya menganggukkan kepalanya menuruti keinginan bosnya. Berjalan menuju tempat ruangan kerja dirinya, sedangkan Adit segera pergi ke tempat ruangannya juga.

Saat Adit sudah masuk ke dalam ruangannya, ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesaran milik dirinya. Ia membuka laptop, baru saja ingin memulai aktivitas pekerjaannya. Tiba-tiba ada seorang perempuan datang menemui dirinya yang sedang sibuk bekerja.

"Selamat pagi Pak," sapa salah satu karyawan yang sudah masuk ke dalam ruangan atasannya itu.

"Iya ada apa?" tanya Adit, bertanya pada karyawannya untuk apa datang ke dalam ruangannya ini.

"Ini Pak, ada surat yang harus di tandatangani." Ratu meletakkan sebuah dokumen surat di atas meja atasannya. Meminta kepada bosnya untuk menandatangani surat yang ada di dalam dokumen itu.

"Loh, bukannya yang bertugas mengantarkan surat itu sekretaris. Lalu kemana Allisya?" tegur Adit, bertanya-tanya kepada karyawannya. Membuat dirinya sangat bingung, mengapa yang mengantarkan surat dokumen itu tidak sekretarisnya saja. Kenapa malah karyawannya yang mengantarkan surat dokumen itu kepada dirinya.

"Allisya yang menyuruh saya untuk mengantarkan surat ke Bapak. Katanya dia lagi tidak enak badan, jadi saya yang mengantarkan suratnya deh." Ratu di perintahkan oleh temannya untuk mengantarkan surat dokumen ini kepada bosnya. Karena Allisya sedang tidak enak badan, jadi ia membantu memberikan dokumen itu.

"Sakit! Sejak kapan sakit?" tanya Adit, ia sangat terkejut sekali. Sejak kapan, gadis itu sakit. Bukankah saat tadi gadis itu baik-baik saja, lalu mengapa Allisya mengatakan seperti itu dengan karyawannya.

"Saya kurang tahu Pak," jawab Ratu, bahwa dirinya pun tidak tahu apa-apa.

"Ok, kamu boleh keluar dari ruangan saya. Untuk surat ini, nanti saya yang akan mengantarkan ke dia." Adit menyuruh karyawannya untuk keluar dari dalam ruangan dirinya saja. Untuk surat yang di berikan oleh karyawannya itu akan mengantarkannya kepada sekretaris, yang sudah memerintahkan karyawannya untuk mengantarkan surat ini kepada atasannya.

"Baik Pak, saya permisi dulu." Ratu pun hanya menganggukkan kepalanya, sambil membukukkan tubuhnya lalu pergi keluar dari dalam ruangan bosnya itu.

Sedangkan Adit segera beranjak berdiri, ia ingin pergi ke tempat ruangan sekretarisnya hanya untuk menanyakan tentang surat dokumen itu. Mengapa bisa ada di tangan karyawannya.

Semua karyawan memerhatikan bosnya yang sedang berjalan menuju ruangan sekretarisnya itu. Semua berbisik-bisik menghibahkan atasannya, baru kali ini bosnya itu masuk ke dalam ruangan sekretarisnya sendiri.

"Ada apa yah, Pak Adit masuk ke dalam ruangannya sih Allisya?" tanya Tina, kepada teman-teman karyawannya itu.

"Iya yah, gue juga bingung nih." Bunga pun juga ikut bingung, mengapa bosnya itu tiba-tiba masuk ke dalam ruangan sekretarisnya.

"Kayaknya sih, mau marahin Allisya deh." Raya sempat berpikir, kalau bosnya itu hanya ingin memarahi sekretarisnya saja.

"Lah, kata siapa? Lu tahu dari mana? Jangan asal nuduh Pak Adit loh," tegur Tina, ia hanya tidak ingin temannya itu asal menuduh bosnya tanpa bukti sedikit pun juga.

"Gue tahu dari sih Ratu, dia yang bilang ke gue. Katanya dia di suruh sih Allisya nganterin surat ke bosnya. Terus Pak Adit itu wajahnya kayak lagi marah gitu deh," jelas Raya, bahwa dirinya tahu dari temannya. Kalau Allisya sudah menyuruh Ratu untuk mengantarkan surat dokumen kepada bosnya. Sampai bosnya pun seperti sedang marah-marah saja.

"Lagian, sih Allisya ada-ada aja deh," kata Bunga.

"Namanya juga Allisya, kalian kayak nggak tahu orangnya aja," ucap Tina, ia pun sudah tahu silap temannya itu seperti apa. Jadi, sama sekali juga tidak masalah.

"Sudah-sudah lebih baik kembali kerja lagi, takut ketahuan Pak Adit loh."

Raya menegur mereka berdua untuk berhenti menghibahkan bosnya dan juga sekretarisnya itu. Ia hanya takut ketahuan oleh bosnya sendiri.

"Iya deh kita lanjutkan pekerjaan aja," ucap Bunga, kami bertiga melanjutkan pekerjaannya saja. Daripada nanti yang ada dirinya akan di pecat oleh bosnya itu.

"Allisya," panggil Adit dari luar ruangannya, sambil mengetuk pintu tersebut.


lanjut

Sekretaris & CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang