wanita itu?

354 14 0
                                    

"Udah Mel, gue gapapa kok. Hanya luka kecil aja, nanti gue obatin sendiri."

Allisya meminta pada Amelia untuk tidak berbicara tentang masalah tadi lagi. Lagi pula, dirinya pun tidak apa-apa hanya saja terluka sedikit di bagian lengannya itu. Tetapi, ia masih bisa mengobatinya dengan sendiri tanpa harus di pertanggung jawabkan oleh lelaki itu.

"Nanti saya ganti rugi, untuk sekarang saya masih ada urusan sama Kakak saya dulu."

Lelaki itu janji akan mengganti rugi atas perlakuan dirinya saat tadi. Mungkin sekarang ini ia tidak bisa membantu gadis itu, karena ia masih ada urusan dengan Abang kandungnya.

Setelah lelaki itu mengatakan seperti itu dengan mereka berdua, langsung saja Adit mengajak Adilnya untuk segera pergi dari tempat ini menuju ruang kerjanya.

"Kakak sama Adik sama-sama nyebelin banget yah Sya," cibir Amelia melihat Adik dan Abangnya itu sama-sama membuat dirinya sangat emosi saja.

"Udah biarin aja lu yang buatin kopi lagi buat Pak Adit yah Mel, gue mau bersihin baju gue yang kotor dulu nih."

Allisya sama sekali pun tidak memikirkan tentang hal itu lagi, ia segera meminta tolong kepada temannya membuatkan kopi untuk bosnya lagi. Sedangkan dirinya ingin membersihkan baju yang di pakainya dulu, karena sudah begitu kotor saat dilihatnya.

"Siap Sya," ucap Amelia sambil tersenyum.

Saat Allisya sedang berada di dalam kamar mandi, Amelia pun membantu dia untuk membuatkan kopi lagi. Tidak berapa lama pun, Allisya sudah keluar dari dalam kamar mandi. Dirinya pun sudah membuat kopi, hanya tinggal mengantarkan kopi itu kepada bosnya saja.

"Sudah selesai buat kopinya Mel?" tegur Allisya melihat temannya masih berada di dalam dapur, sambil mengaduk-aduk kopinya.

"Sudah Sya, ini kopinya maaf yah kalau misalnya rasa kopinya beda." Amelia meminta maaf kepada temannya, jika kopi yang dirinya buat itu tidak enak.

"Gapapa kok Mel, makasih udah bantu gue buatin kopi." Allisya pun tidak masalah, kalau kopi yang dia buat itu tidak enak yang penting dia sudah membuatkan kopi untuk bosnya. Tidak lupa juga, ia mengucapkan terima kasih banyak kepada temannya karena sudah membantu dirinya.

"Sama-sama Sya, tapi gue cuma takut di marahin sama Pak Adit lagi. Kalau kopi buatan gue itu nggak enak rasanya," jelas Amelia, dirinya hanya takut kalau bosnya itu tidak menyukai kopi buatan dirinya ini.

"Santai aja Mel, itu jadi urusan gue. Lu nggak bakal di marahin sama Pak Adit kok, mendingan kita langsung ke ruangan Pak Adit aja yah." Allisya menenangkan temannya, agar dia tidak terlalu takut kepada bosnya itu. Karena ia pun juga akan menanggung masalahnya, jika bosnya itu tidak menyukai kopi buatannya.

"Ok, siap Sya." Amelia hanya menganggukkan kepalanya.

Allisya segera mengambil gelas kopi itu lalu menaruhnya di nampan. Kemudian membawa kopi itu berjalan keluar dari dalam dapur menuju ruangan kerja bosnya untuk mengantarkan kopinya.

"Sya, gue langsung ke meja kerja gue yah. Gue cuma takut di omelin Pak Adit, kalau kopi itu bukan buatan lu." Amelia berpamitan kepada Allisya untuk kembali lagi ke tempat meja kerjanya. Ia hanya takut di marahi oleh bosnya itu, kalau kopi itu adalah buatan dirinya bukan buatan Allisya.

"Ok, gapapa Mel. Makasih yah udah mau anterin gue ke dapur," kata Allisya, ia sama sekali pun tidak masalah. Jika dirinya yang akan kena omel oelh bosnya.

"Iya sama-sama Sya. Gue ke sana dulu yah," ucap Amelia, kembali berjalan menuju tempat meja kerja miliknya.

Di dalam ruangan ada seorang dua lelaki yang sedang berbicara tentang wanita di masa lalunya Adit. Adiknya menceritakan kepada dia, bahwa wanita yang dulu sudah kembali lagi ke Indonesia untuk menemui lelaki pujaan hatinya.

Adiknya Adit bernama Muhammad Arfin, seorang lelaki tampan banyak sekali perempuan yang mengaguminya. Tapi, ia tidak menanggapi perempuan yang ingin menggoda dirinya.

"Gue dengar-dengar, katanya Alena bakal pindah ke Indonesia." Adiknya tidak sengaja mendengar dari seseorang kalau wanita itu akan kembali lagi ke Indonesia.

"Kamu tahu dari mana?" tegur Adit, bertanya kepada Adiknya. Mengapa dia bisa tahu, kalau wanita masa lalunya itu akan pindah lagi ke tempat asalnya.

Sekretaris & CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang