punya kekasih?

456 19 0
                                    

“Baik, Pak.” Ucap Allisya, menuruti perintah dari bosnya untuk masuk ke dalam mobilnya.

“Ahem,” sahut Pak Adit, ingin mengajak karyawannya untuk mengobrol berdua.

“Kenapa, Pak?” tegur Allisya, menatap wajah bosnya dengan penuh heran.

“Kamu sudah punya kekasih?” tanya Pak Adit, ia hanya ingin tahu apakah karyawannya ini sudah memiliki kekasih ataukah belum. 

“Kenapa Bapak tanya saya seperti itu.” Allisya merasa heran dengan bosnya, mengapa bosnya bicara seperti itu.

“Hem, saya hanya tanya saja. Memangnya, tidak boleh?” Kata Pak Adit, apa dirinya ini tidak boleh bertanya dengan karyawannya sendiri.

“Boleh kok, Pak. Saya masih single, sama sekali juga belum pernah sempat pacaran.” Ucap Allisya, menjelaskan kepada bosnya. Jika dirinya ini masih belum pernah berpacaran, ia masih single.

“Kenapa, kamu tidak mau pacaran. Seperti wanita lainnya gitu?” tegur Pak Adit, mengapa karyawannya ini malah tidak mahu berpacaran. Padahal banyak sekali wanita cantik yang sudah memiliki kekasihnya.

“Tidak apa apa, Pak. Hanya saja, saya sedang tidak ingin pacaran. Karena saya ingin suami saya kelak, akan bangga memiliki saya.” Jelas Allisya, ia tidak ingin berpacaran. Agar suatu saat suaminya itu akan bangga dengan dirinya, sama sekali pun belum pernah disentuh oleh lelaki lain.

“Oh,” ujar Pak Adit.

“Apa Bapak sudah mempunyai kekasih juga?” tanya Allisya, giliran dirinya yang bertanya pada bosnya. Apakah dia sudah memiliki kekasih juga, tidak mungkin bosnya ini tidak mempunyai kekasihnya.

“Hem, setiap saya berdekatan dengan wanita lain. Pasti, mereka semua hanya memanfaatkan harta saya saja.” Sahut Pak Adit, ia sudah pernah berdekatan dengan wanita lain. Tapi, mereka semua hanya memanfaatkan harta miliknya saja.

“Tidak semua wanita seperti itu, mungkin memang benar sih. Wanita itu matre juga sangat wajar, apalagi kebutuhan nya itu banyak sekali. Tapi, tidak sampai menguras uang lelaki juga.” Jelas Allisya, menurut dirinya tidak semua sifat wanita seperti itu. Yang terpenting bosnya harus memilih wanita yang baik saja.

“Iya, benar. Tapi, saya belum menemukan wanita yang menerima saya apa adanya. Tidak memandang harta saja.” Kata Pak Adit, ia masih belum menemukan perempuan seperti karyawannya ini. 

“Nanti juga akan ada wanita baik, Pak.” Allisya hanya ingin menasehati bosnya saja, agar dia tidak berfikir negatif dengan semua perempuan.

“Rumah kamu di mana?” tanya Pak Adit, di mana rumah karyawannya itu.

“Di Jl. Suryajaya, Pak.” Jawab Allisya.

Akhirnya, Pak Adit sudah sampai di depan rumah karyawannya. Rumahnya begitu mewah sekali, apa mungkin wanita ini anak orang kaya juga. Lalu untuk apa, Allisya mencari pekerjaan lagi.

“Ok, sudah sampai.” Kata Pak Adit, sudah memarkirkan mobil miliknya di depan rumah Allisya.

“Terima kasih, Pak.” Ucap Allisya, ia mengucapkan terima kasih kepada bosnya. Karena sudah mengantarkan dirinya sampai di depan rumahnya.

“Iya, saya pamit pulang dulu.” Pak Adit berpamitan untuk segera pulang ke rumahnya saja.

“Hati-hati di jalan yah, Pak.” Kata Allisya dengan tersenyum manis.

“Iya,” ucap Pak Adit, segera menjalankan mobilnya keluar dari lingkungan itu.

“Dari mana aja, Sya. Malam seperti ini, baru pulang.” Tegur Mamahnya, bertanya kepada anaknya. Mengapa malam Seperti ini, anaknya baru pulang ke rumah.

“Tadi, aku sudah menemukan pekerjaan. Aku di suruh bos, untuk kerja sekarang juga.” Sahut Allisya, ia hanya tidak ingin membuat mamanya khawatir saja.

“Syukur deh, kalo kamu sudah mulai masuk kerja.” Kata Mamanya, sudah merasa lebih tenang lagi. Saat anaknya sudah pulang ke rumahnya.

“Apa kamu yakin, Sya. Tidak ingin bekerja di tempat Ayah saja?” Tegur Ayahnya, apakah anaknya itu benar-benar yakin. Ingin bekerja di tempat perusahaan lain saja, dibandingkan bekerja di tempat perusahaan milik ayahnya sendiri.

Sekretaris & CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang