“Ih Abang mah gitu, apa Abang tidak sayang dengan Adiknya.” Allisya segera melepaskan pelukannya, ia merasa kesal dengan abangnya. Mengapa abangnya itu tidak mau di peluk oleh adiknya sendiri.
“Sayang dong, Sya. Tapi jangan peluk-peluk seperti itu.” Sahut Abian, jika dirinya ini memang sangat menyayangi adik perempuannya.
“Iya deh, maaf.” Pasrah Allisya hanya menganggukkan kepalanya saja.
“Kata Ayah, kamu kerja di tempat lain yah?” tegur Abian, ingin tahu apakah yang diucapkan oleh ayahnya itu benar ataukah tidak.
“Iya, Bang.” Ucap Allisya.
“Kenapa tidak bekerja di tempat perusahaan milik ayah saja sih.” Saran Abian, ia menyarankan adik perempuannya untuk bekerja di tempat perusahaan milik ayahnya saja.
“Maaf, Abang. Aku hanya ingin mandiri saja.” Kata Allisya, ia mempunyai alasan hanya ingin mandiri saja. Tidak mau bergantungan dengan kedua orang tuanya sendiri.
“Iya deh, terserah kamu saja Sya.” Ucap Abian.
“Apa Abang tidak ada kerjaan lain lagi, sampai Pulang ke rumah segala.” Tegur Allisya, bertanya pada Abangnya. Apa mungkin abangnya itu sudah tidak ada kerjaan lagi.
“Abang masih banyak kerjaan, tapi abang hanya ingin pulang ke rumah bertemu dengan keluarga saja. Apa itu tidak boleh, Sya?” Sahut Abian, ia memang masih banyak kerjaan. Tapi ia hanya ingin bertemu dengan keluarganya terlebih dahulu.
“Boleh sih, tapi…” Allisya belum sempat berbicara, tapi ucapannya itu sudah dipotong oleh Daddy-nya.
“Sudah lah, kita lanjut makan sekarang saja. Ayah sudah lapar, ingin sarapan pagi nih.” Kata Daddy-nya, sudah ingin sarapan pagi saja.
“Iya, Ayah.” Ujar Allisya.
Saat kami sekeluarga ingin makan bersama, tiba-tiba saja ada seorang pembantu yang menghampiri kami. Untuk memberitahukan kepada anak dari majikannya.
“Maaf, Nona Allisya.” Kata Pembantunya.
“Iya kenapa, Bibi?” Tanya Allisya, bertanya pada pembantu rumahnya. Mengapa dia memanggil dirinya.
“Di luar ada tamu, katanya dia tamunya nona Allisya.” Jawab Pembantunya, jika di luar rumah ada seorang tamu yang datang ke rumah majikannya.
“Tamu? Siapa namanya, Bibi?” Allisya menaikkan kedua alisnya, menatap pembantunya dengan heran.
“Tadi dia bilang, namanya Pak Aditya.” Sahut pembantu rumahnya.
“Pak Adit!! Untuk apa dia datang ke rumah ini.” Allisya melototkan kedua matanya, masih tidak percaya jika bosnya datang ke rumah ini.
“Maaf, Nona. Saya permisi dulu.” Kata pembantunya, ingin segera kembali ke dapurnya lagi.
“iya, Bibi.” Ucap Allisya, hanya menganggukkan kepalanya saja.
“Kamu kenal, siapa laki-laki itu?” tanya Daddy-nya, bertanya pada anaknya. Apakah dia mengenali lelaki itu.
“Mungkin kekasihnya Allisya, Dad.” Ejek Abian, sudah biasa dirinya meledek adiknya sendiri.
“Enak aja, laki-laki itu bukan kekasih aku yah.” Protes Allisya, tak terima dengan perkataan dari abangnya itu.
“Lalu siapa? Kalau laki-laki itu bukan kekasih kamu.” Tegur Mommynya, ingin tahu siapa laki-laki itu datang ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris & CEO
RomanceAllisya tipe perempuan cuek, tak ada satupun lelaki yang berani mendekati dirinya. Dia hanya ingin fokus dengan kariernya saja. Adit terus berjuang untuk mendapatkan hati Allisya sepenuhnya. Walaupun lelaki itu selalu mendekati Allisya. Apa yang a...