menyukainya

393 19 1
                                    

"Tidak bisa begitu dong, Pah. Aku tidak suka yah, kalo ada orang yang memanggil Papah. Selain aku yang manggil Papah aja."

Allisya protes dengan Papahnya, mengapa dia mengizinkan Adit untuk memanggil Papahnya dengan sebutan kata itu. Ia hanya ingin dirinya saja yang memanggil kata 'Papah'. Allisya tidak akan membiarakan bosnya menyebutkan kata itu.

"Kamu cemburu, Sya?" tegur Abian, ia merasa Adiknya sangat cemburu jika ada orang yang memanggil orang tuanya dengan sebutan kata 'Papah'.

"Aku tidak mau tahu, Pak Adit jangan panggil Daddy dengan sebutan Papah."

Allisya memang sangat keras kepala sekali, keinginannya itu harus di turuti saja. Dengan tegas Allisya berbicara seperti itu kepada keluarganya dan juga bosnya.

"Ok, saya akan memanggil Papah kamu dengan sebutan Om saja. Bagaimana?" pikir Adit, ia akan mencoba memanggil Papahnya Allisya dengan sebutan kata 'Om' saja. Allisya pun merasa tidak apa-apa, jika bosnya mengatakan seperti itu.

"Terserah," ucap Allisya.

"Jangan ambekan mulu, kamu itu sudah dewasa. Malu sama kekasih kamu." Papahnya pun menergur anaknya untuk tidak marah-marah saja, karena itu tidak baik apa lagi ada kekasihnya di hadapannya ini.

"Aku sudah bilang sama Papah, kalo dia itu bukan kekasih aku." Allisya sudah berapa kali bicara dengan Papahnya bahwa lelaki itu bukanlah kekasih asli dirinya.

"Sudah-sudah jangan bertengkar, lebih baik lanjutkan saja makannya." Mamahnya itu menyuruh anaknya dan juga suaminya untuk tidak bertengkar kembali. Lebih baik ia mengajak semuanya untuk segera makan saja. Dari pada ribut-ribut seperti tadi.

Saat kami semua sudah selesai makan, Allisya berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk segera berangkat ke kantornya saja.

"Mah, Pah. Aku pamit berangkat kerja dulu," ucap Allisya, mencium tangan milik kedua orang tuanya untuk segera berpamitan. Setelah itu ia buru-buru berjalan keluar dari dalam rumahnya. Tak ingin berangkat berdua dengan bosnya itu.

"Sya, kekasih kamu kok ditinggal sih. Tungguin dia dulu dong." Mamahnya menegur Allisya, mengapa dia pergi begitu saja tanpa menunggu kekasihnya ini lagi.

"Gapapa Tan, saya pamit berangkat dulu." Adit pun mengucapkan kepada Mamahnya Allisya, bagi dirinya itu sama sekali pun tidak masalah. Ia segera mencium tangan kedua orang tua Allisya lalu berpamitan untuk segera pergi dari rumah ini.

"Hati hati di jalan," ucap Mamahnya Allisya, melihat lelaki itu sudah mulai pergi dari ruang makan.

"Sya tungguin saya dong," tegur Adit, meminta Allisya untuk menunggu dirinya sebentar saja.

Allisya berdiri di depan rumahnya dengan melipatkan kedua tangan di dadanya. Melihat bosnya baru saja keluar dari dalam rumahnya itu.

"Bapak Kenapa sih, pakai bilang ke orang tua saya. Kalo kita ini pacaran, padahal sama sekali kita tidak pacaran." Allisya segera mengomeli lelaki itu, karena sudah membuat dirinya malu di depan keluarganya. Yang benar saja bosnya mengatakan seperti kepada keluarga dirinya.

"Memangnya tidak boleh kalau saya ingin serius dengan kamu," kata Adit, bertanya pada Allisya. Apa mungkin yang dikatakan dirinya kepada keluarganya itu salah. Padahal ia hanya ingin memperkenalkan dirinya di depan keluarganya saja. Lagi pula, dirinya pun ingin serius dengan dia.

"Apa sih. Jangan bercanda deh," ucap Allisya, tak ingin mendengar ucapan dari bosnya. Tidak mungkin lelaki itu mencintai dirinya ini, mungkin saja lelaki hanya bercanda.

"Saya sedang serius Sya," ujar Adit, bahwa dirinya ini memang sedang serius. Lalu mengapa gadis itu sama sekali pun tidak percaya dengan dirinya. Apa mungkin yang dikatakan dirinya ini, hanya seperti sedang bercanda saja. Padahal ia sedang mengatakan serius dengannya.

"Kita ini baru bertemu jangan ngelantur deh," ucap Allisya, mengapa bosnya ini sangat ngelantur sekali. Baru saja kami berdua bertemu, lalu mengapa bosnya itu bisa menyukai dirinya sama sekali pun tidak habis pikir.

"Sya, apa kamu tidak menyukai saya?" Adit bertanya-tanya pada Allisya, apa gadis itu sama sekali tidak menyukai dirinya ini. Padahal ia sangat mencintainya.

Sekretaris & CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang