Chapter 22

87 7 12
                                    

Setelah pulang dari Jogja, anak-anak SMA Katarina diberi waktu satu hari libur untuk beristirahat. Keesokan harinya kegiatan belajar dan mengajar pun langsung dimulai seperti biasa. Nah sekarang di sini lah Elsyra, sedang membereskan buku-buku di perpustakaan SMA SKAT karena tadi dimintai tolong oleh gurunya walau jam pulang sekolah sudah lewat.

Elsyra menaruh buku-buku paket fisika ke rak-rak di hadapannya. Satu persatu rak tersebut ia isi dari bawah ke atas hingga menyisakan rak yang paling tinggi. Tubuh mungilnya mencoba berjinjit untuk menggapai rak tersebut. Namun apa daya, dengan bantuan tangannya yang sudah terulur pun ia masih tak sampai. 

Karena malas mengambil kursi, ia memutuskan untuk memanjat rak buku tersebut. Kakinya menginjak shelving rak ketiga dari paling bawah dan tangannya bertumpu pada shelving rak paling atas. Setelah berhasil memanjat rak tersebut, dengan perlahan ia meletakkan dua buku fisika dan menatanya dengan rapi. Saat ia ingin turun dan mengambil buku yang belum diletakkan di dalam rak, kakinya tergelincir sehingga badan mungil Elsyra terhuyung ke belakang.

"Bahaya!" Pekik seseorang kemudian berlari ke arah Elsyra. Tangan orang tersebut dengan sigap menangkap tubuh Elsyra sehingga ia tidak jadi membentur lantai.

Elsyra memejamkan matanya karena terkejut. Kemudian setelah ia merasa tubuhnya tidak sakit karena terjatuh, barulah ia membuka matanya.

"Frater?!" 

Damian menurunkan Elsyra dari dekapannya. "Lo tuh ya emang gak bisa ditinggal sebentar aja. Baru masuk sekolah udah mau celaka lagi kan?!" 

Omelan Damian hanya dibalas cengiran sama Elsyra. "Abisnya aku gak sampe. Ketinggian raknya."

"Kalo gak sampe tuh ambil kursi! Atau minimal minta bantuan kek." Damian mengambil buku-buku fisika yang berceceran di lantai kemudian menatanya rapi ke dalam rak-rak yang belum terisi dengan mudah. Tinggi badannya tidak menjadi masalah untuk menggapai rak tersebut, berbeda dengan Elsyra. "Lo tuh orang apa monyet sih, kok manjat-manjat."

"Mana ada monyet cantik begini? Hehehe."

Dengan tangan yang masih membereskan sisa buku fisika tersebut, Damian berujar dengan acuh. "Siapa bilang lo cantik?"

"Loh emangnya engga?" Elsyra melangkahkan kakinya mendekati Damian, kemudian jari-jemarinya yang lentik ia letakkan pada pipinya sendiri. "Engga cantik?" Ia bertanya kembali pada Damian sembari memiringkan kepalanya, mencoba bertingkah imut.

"Bawel." Damian mencubit hidung Elsyra kemudian melangkah cabut meninggalkan Elsyra begitu saja. Dari belakang Elsyra dapat melihat kuping dan leher Damian yang memerah. Tawa jahil berhasil menghiasi wajahnya sebelum kemudian ia berlari menyusul Damian.

"Jangan blushing gitu dong," Elsyra kembali tertawa. "Masa Frater mukanya jadi kayak kepiting rebus kalau digodain cewe? Payah."

"Yehh, kan gue juga manusia ya." Damian mengusap tengkuknya yang masih memerah.

"Hmm aku kira Frater udah gak suka sama cewe tapi sukanya sama cowo macam serial Burhan."

"Gue jewer ya anak ini lama-lama." Damian berusaha meraih kuping Elsyra, namun tangannya ditahan oleh yang punya kuping. 

"Hahahaha. Jangan dong! Sakit tau dijewer!" Elsyra tertawa sambil tetap menahan tangan Damian yang berusaha meraih kupingnya. "Ampun-ampun ih, hahahaha."

"Btw kaki lo udah sembuh?" Tangan yang tadinya berniat menjewer kuping Elsyra kini beralih malah mengacak-ngacak rambut gadis tersebut.

"Udah dong! Keren kan aku speed recovery?"

Damian terkekeh. "Puji Tuhan deh, pantes tadi lo bisa manjat-manjat."

"Oh iya! Tadi kok Frater ada di perpus sih?" Elsyra memicingkan matanya dengan curiga. "Ih ngikutin aku yaa ke perpus?"

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang