Damian menatap Elsyra yang sedang asyik menyeruput teh hangat di ruangannya. Sekarang sudah jam pulang sekolah, dan bukannya pulang Elsyra malah bersantai di ruangannya. Sesekali gadis tersebut tertawa pada layar handphone-nya, sekedar mentertawakan video-video lucu yang dilihatnya di Tiktok.
"Frater, Frater liat ini deh!" Handphone tersebut telah resmi mendarat di tangan Damian. "Lucu banget Tiktoknya, hahahaha!"
Damian mengembalikan handphone tersebut tanpa melihat isi Tiktoknya. "Bukannya pulang malah Tiktokan."
"Galak amat sih." Elsyra manyun. "Frater masih bete yaaaa?"
"Sedikit." Jawab Damian dengan jujur.
"Wah kenapa tuh?" Elsyra meletakkan handphone-nya kemudian berpindah posisi ke sebelah Damian. "Spill the tea!"
"Gak ah. Pulang sana."
"Ihhh!" Ekspresi manyunnya kembali ia pasang. "Gak adil banget! Aku aja udah ceritain tentang Joseph ke Frater, masa Frater gak mau cerita sih."
Damian mencubit pipi Elsyra dengan gemas. "Kepo banget nih bocil."
"Sakit!" Elsyra balas memukul lengan Damian pelan. Kemudian dengan hati-hati ia melontarkan pertanyaannya, "Frater bete gara-gara banyak yang gak doa Rosario?"
Damian menyenderkan badannya pada sofa ruangannya. "Engga, bukan karena itu." Helaan nafas berat menyertai ucapannya. "Gue ada ribut dikit sama Wakepsek tadi pagi."
"Pak Ryanto?" Elsyra mengubah posisi duduknya jadi menyamping, sekedar untuk melihat wajah lelah Damian. "Kok bisa?"
"Pokoknya gue kurang setuju sama sistem doa hukuman, tapi yah, you know him. Mana mau pak Ryanto ngalah."
"Ohh iya-iya." Elsyra mengangguk setuju. "Banyak juga guru yang gak suka sama dia tau. Katanya pak Ryanto orangnya batu banget sama suka godain guru-guru cantik yang masih muda."
"Terus yah, pak Ryanto kan guru Kimia," Elsyra melanjutkan. "Temenku pernah gak sengaja mecahin tabung reaksi dan anak ini bersedia gantiin, tapi tetep dimarahin sama pak Ryanto. Temenku ini dimarahinnya sampai dikatain anak setan! Bayangin coba."
"Abis itu ribut deh dia sama ortu temenku itu." Final dari cerita Elsyra.
Damian yang dari tadi hanya menyimak, akhirnya tertawa. "Hahaha hei, kok jadi julid sih?"
"Biarin aja. Siapa suruh dia bikin Frater-ku bete." Elsyra berkacak pinggang, merasa bangga telah membeberkan dosa-dosa Wakepseknya. "Well deserved!"
Damian mengacak rambut Elsyra dengan gemas, sebagai bentuk respon dari ucapan terakhirnya. "Besok jangan telat doa lagi. Sakit gak lututnya tadi?"
"Lecet nih!" Tunjuk Elsyra pada lututnya sendiri. Goresan-goresan luka terukir pada lutut Elsyra akibat terlalu lama menopang tubuhnya di atas batako.
Damian beranjak berdiri dan mengambil kotak P3K dari balik lemari ruangannya. P3K tersebut belum ia kembalikan ke ruang UKS walau kini goresan cutter pada tangannya sudah sembuh total dan hanya tersisa bekasnya saja.
"Nanti berbekas."
Dengan posisi berlutut, Damian mengoleskan betadine ke lutut Elsyra kemudian menempelkan beberapa plaster luka di sana. Entah sejak kapan Elsyra mulai merasa jantungnya berdegup lebih cepat ketika Damian memperlakukannya dengan baik seperti sekarang. Elsyra buru-buru mengalihkan pemikirannya untuk menetralisir detak jantungnya sendiri.
"L-lusa tanggal merah ya?" Suara kikuk nan kaku berhasil Elsyra ciptakan agar dapat memberikan ruang untuknya menenangkan diri.
"Kebetulan Sabtu." Kotak obat tersebut kini sudah tersimpan rapih kembali di dalam lemari Damian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
RomancePastor. Begitu mereka menyebutnya. Pastor adalah sosok pemimpin Imam dalam Gereja Katolik. Seorang Pastor haruslah dekat dengan Tuhan, berbelas kasih, bijaksana dan memegang janji untuk hidup selibat, yaitu tidak menikah dengan wanita manapun. Menja...