Chapter 6

191 13 2
                                    

Damian memasukkan alat tulis, buku gambar, crayon, pensil warna, cat air, kalkulator warna warni, serta makanan-makanan ringan ke dalam tas-tas berbentuk lucu yang dijamin bakal menarik perhatian anak-anak panti nanti. Sudah dua hari dia berasa menjelma jadi buruh pabrik, membungkus goody bag per goody bag yang gak selesai-selesai.

"Aduh kampret, punggung gue pegel." Keluhnya lelah. "Ini gak selesai-selesai dah capek banget." 

Damian mengambil handphone sebentar berniat bermain Mobile Legend untuk melepaskan penatnya barang sejenak. Baru saja saat dia mengeluarkan handphone pintu ruangannya diketuk dan muncul lah pak Henry sambil nyengir.

"Frater ini ada 20 box lagi yang saya bilang nyusul yah. Isinya macam-macam, keterangannya sudah ditulis di kardusnya kok jadi gak perlu repot-repot bongkar lagi kalo mau bikin goody bag. Makasih ya Frater ini saya tinggal dulu." 

Demikian lah pak Henry seperti jailangkung, datang gak ada yang ngundang, pergi juga gak dianterin. Bahkan sebelum Damian protes dia langsung cabut aja. Damian menghela nafas sebentar kemudian keluar untuk ngeliat sebanyak apa kardus yang dimaksud pak Henry. Semoga aja 20 box kecil-kecil gitu jadi bakal cepet selesai goody bag nya. 

Pas Damian ngeliat keluar yang dia dapat justru tumpukan kardus-kardus besar seukuran setengah badan dia. 

"Anjrit, boro-boro main game. Ini mah fix gue harus pulang malem seminggu buat ngerjain ginian doang." Serunya pasrah.

✨✨✨

"Ah gila." Pekik Agnes.

"Kenape lo?" Tanya Yovie sambil buka IG.

"Lo gila tadi MTK mau meninggal gue." Jawab Agnes lemes. "Susah banget dah."

"Makanya belajar Nes." Jawab Echa santai.

"Gue uda belajar sama Nikki kemarin tapi tetap gak bisa."

Yovie noleh ke Nikki. "Lo bisa gak ujiannya?"

"Engga, hehehe." Jawab Nikki enteng gak berdosa.

"Pantesan. Salah berguru lo Nes." Ribka ketawain Agnes. "Yang lain pada bisa engga?"

"Gue b aja si, ada yang ngasal juga tapi yah yauda." Jawab Yovie masih sambil main handphone.

"Gue bisa sih tadi, Ribka mah gak usah ditanya. Minimal 90 dah dia." Jawab Echa.

"Gue-" Belom selesai Elsyra ngomong, langsung buru-buru dipotong Agnes.

"Lo juga gak usah ditanya sih Syr. Kalo gue gak bisa ya lo juga gak bisa. Kita kan sefrekuensi bego nya."

Elsyra cemberut. Mau nyangkal tapi bener emang dia gak bisa. "Seenggaknya otak gue gak bokep kayak lo."

Agnes mendelik. "Sialan."

"Eh btw lo uda minta maap belom ke Frater?" Tanya Yovie ke Syra.

"Belom lah, mana sempet gue kan lagi UTS."

"Lah lo ujian gak ujian emangnya belajar?" Tanya Nikki bingung.

Elsyra baru mau protes, tapi lagi-lagi gak jadi karna dia emang gak pernah belajar.

"Mending lo jangan kelamaan. Sesuatu yang ditunda-tunda itu gak baik, apa lagi minta maaf. Ntar Fraternya keburu lupa juga." Ucap Ribka selaku mami dari 5 anak kadal ini.

"Sekarang aja sih Syr mumpung besok uda gak ada mata pelajaran yang penting." Nikki ikut mengiyakan kata-kata Ribka.

"Temenin dong." Pinta Elsyra.

Yovie memutar bola matanya. "Uda gede jangan manja."

"Minta maaf doang masa harus ditemenin sih? Sendiri lah." Tambah Echa.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang