Chapter 23

96 7 13
                                    

Elsyra dan Micah—yang sudah jelas-jelas bolos doa Rosario pagi—sekarang sedang berkumpul bersma anak-anak lainnya di Goa Maria* untuk melaksanakan doa susulan. Karena sistem doa susulan ini masih baru dilaksanakan, Goa Maria yang biasanya sepi kini menjadi ramai. Tentu saja hal tersebut terjadi karena banyak anak yang ketahuan bolos.

"Bentuk barisan!" Perintah Damian dari depan yang segera dipatuhi oleh anak-anak yang hadir. "Satu orang maju buat pimpin doa. Cepet, gak perlu saya tunjuk."

Tak lama seorang siswa yang berada di barisan belakang berlari kecil menghampiri Damian yang sudah tampak bete di depan. Siswa tersebut menawarkan dirinya untuk memimpin doa Rosario dan disetujui oleh Damian.

"Sebagai hukuman karena kalian bolos doa Rosario, semua doanya berlutut ya."

Ucapan Damian tersebut sontak dihadiahi oleh ragam protes dan keluhan dari siswa-siswi SMA SKAT. Rata-rata menolak karena tidak mau kakinya sakit. Berhubung Goa Maria SMA SKAT disatukan dengan taman belakang sekolah, oleh karena itu Goa Maria tersebut menggunakan batako taman sebagai lantainya.

"Dih kok pada protes?" Tangan Damian membakar korek untuk menyalakan lilin doa. "Siapa suruh bolos doa pagi? Padahal doanya cuma sebentar, tapi yang bolos sebanyak ini. Ckckck."

"Tadi telat Frater, belom bikin PR makanya nyalin LKS dulu. Tau-tau doanya udah selesai."

"Lupa kalau udah bulan Oktober, Frater."

"Tadi di-cancel terus sama abang Grab jadi telat buat doa."

Dan berbagai alasan-alasan lainnya dilontarkan satu per satu kepada Damian oleh siswa-siswi SMA SKAT. Damian membalikkan badannya sehabis menyalakan lilin-lilin doa. Ditatapnya kerumunan siswa tersebut dengan dingin, kemudian dengan tenang namun tegas dia berujar. "Saya gak mau denger alasan kalian. Dalam hitungan ketiga semuanya sudah dalam posisi berlutut! SATU—"

Keluhan protes masih terdengar samar-samar dari barisan-barisan belakang.

"DUA!"

Semua sudah resmi berlutut pada hitungan kedua. Jangan ditanya kenapa mereka bisa nurut, muka Damian aja sekarang udah berubah macam singa yang siap menerkam siapa saja yang cari ribut dengannya.

Damian melihat beberapa siswi di barisan tengah berlutut sambil menekuk lututnya, membentuk posisi duduk. "Itu yang di tengah." Tunjuknya pada siswi-siswi tersebut. "Jangan ditekuk kakinya, berlutut yang tegap."

Para siswi tersebut pun mau tak mau menuruti ucapan Damian. Tadinya mereka mau bercandain Damian sekalian nawar-nawar supaya mereka boleh doa sambil duduk, tetapi gak ada yang berani karena Damian udah bete maksimal sekarang.

Setelah merasa semuanya sudah dalam posisi masing-masing, Damian berjalan ke barisan paling belakang untuk duduk dan mengawasi dari sana. "Mulai aja doanya." Serunya dari belakang kepada si pemimpin doa. Tanpa aba-aba lagi, sang pemimpin doa segera memulai doa Rosario susulan tersebut.

Satu per satu siswa membacakan doa Salam Maria bait pertama, kemudian bait keduanya dibacakan secara bersama-sama. Saat lantunan doa Salam Maria tersebut telah mencapai hitungan ke 10 maka sang pemimpin doa kembali mengambil alih, membacakan doa Kemuliaan sampai Peristiwa yang berikutnya, kemudian para siswa kembali bergiliran membacakan doa Salam Maria.

Saat sudah mencapai Peristiwa yang ketiga, Micah merasakan kakinya sudah cukup pegal karena berlutut tanpa jeda sama sekali. Ia pun menoleh dan berbisik pada Elsyra. "Ra, pegel ga?"

Elsyra mengangguk pelan. "Banget weh."

"Sama nih gue juga."

"Oh gue tau Mike." Elsyra menarik lengan baju Micah pelan. "Lo izin aja, Frater pasti bolehin kalo lo yang izin. Entar gue ngekor bilang mau jagain lo di UKS."

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang