[48]

1.1K 143 8
                                    





Mata bulat Haechan sudah memerah dan berair, rasa kantuk hinggap dengan begitu saja. Membuat pemuda manis dengan pipi gembil itu harus menutup mulutnya sendiri yang menguap lebar, sambil mata memerahnya melirik kearah sahabatnya yang sedaritadi tidak berhenti berbicara. Setiap kata yang keluar dari bibir Jaemin sama sekali tidak membuat Haechan kehilangan rasa kantuk, rasa kantuk justru semakin bertambah seiring dengan banyaknya kata yang keluar dari mulut sahabatnya itu.

"Haechan! Dengarkan aku!" seru Jaemin saat menyadari jika Haechan sama sekali tidak memperhatikannya. Bukan hanya menyeru, Jaemin juga mencubit pinggang Haechan saat menyadari jika sahabatnya itu mengantuk.

"Aku mengantuk! Apa kita tidak bisa berbicara tentang ini besok?" tanya Haechan sambil melihat kearah layar ponselnya. Ini sudah hampir tengah malam, bagaimana mungkin Haechan tidak mengantuk. Diam-diam, Haechan juga berharap Mark membalas pesannya agar segera menjemputnya dari sini.

Jaemin menerima tamu hari ini. Tidak! lebih tepatnya, pemuda cantik itu menarik tamu secara paksa untuk membicarakan tentang konsep photoshoot untuk pre-wedding yang akan ia lakukan dengan Jeno. Jaemin pikir ia akan membutuhkan saran, karnanya ia menarik Haechan kemari saat pulang dari kampus. Haechan pada awalnya sama sekali tidak masalah dengan hal itu, namun kini ia menyesalinya. Heachan ingin pulang dan tidur.

"Jaeminie, kita sudah membicarakan hal ini dari tadi siang. Bukannya, kamu sudah memilih konsep yang kamu inginkan." jelas Haechan, "Yang harus kamu lakukan sekarang adalah menghubungi Jeno, dan bertanya apa ia setuju dengan konsep yang kamu pilih untuk photoshoot." Lanjut Heachan sambil kembali melirik kearah layar ponselnya, menyeru senang saat melihat Mark membalas pesannya.

Jaemin menghela napasnya pelan, "Bagaimana jika Jeno tidak menyukai konsep yang kupilih?"

Mendengar pertanyaan itu, Haechan mendelik malas, "Jeno tidak akan berkata tidak, percaya padaku." ucap Haechan dengan sangat yakin. "Oh! Kak Mark sudah ada di depan rumahmu, aku pulang sekarang!" tanpa menunggu jawaban dari Jaemin, Haechan berdiri, dengan cepat mengambil tas miliknya dan berlari kearah pintu untuk keluar dari rumah Jaemin.

Jaemin terpaku untuk beberapa saat, hingga suara pintu ditutup terdengar nyaring menyadarkannya. Pemuda cantik itu melihat ke sekeliling, lalu menghembuskan napasnya kasar, berjalan kearah pintu dengan niat untuk mengunci pintu itu. Jaemin bahkan tidak menyadari keberadaan Lala [kucing dengan bulu warna putih] yang mengikutinya dari belakang, dan mengusapkan kepalanya pada betis Jaemin saat Jaemin diam untuk mengunci pintu.

Siapapun tidak akan tahan untuk mengelus bulu putih bersih milik Lala, karenanya setelah mengunci pintu, Jaemin sedikit menunduk dan memangku tubuh mungil berbulu putih milik Lala, lalu dengan gemas memberikan kecupan-kecupan ringan pada wajah kucing mungil itu.

"Sudah malam, kenapa tidak tidur?" tanya Jaemin gemas sambil kembali memberikan kecupan pada kucing menggemaskan itu.

Langkah Jaemin terarah menuju tangga untuk pergi ke kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat melewati pintu kamar tamu yang di tempati oleh Lami sekitar 1 bulan lebih, langkah Jaemin terhenti karena mendengar Lami yang sepertinya tengah sibuk mengobrol dengan seseorang. Ini sudah sangat malam, dan Lami sama sekali belum tidur.

Jaemin menurunkan Lala dari pangkuannya, mengetuk pintu kamar tamu dan membukanya perlahan. Saat pintu terbuka, Jaemin bisa melihat Lami yang duduk di ranjang, dengan mata memerah karena menangis, tangan kiri Lami memegang ponsel sedangkan yang satunya memegang pensil dengan buku tulis di hadapannya.

"Kenapa menangis?" tanya Jaemin khawatir dan menghampiri adik dari kekasihnya itu, Lami tidak menjawab dan malah menangis semakin kencang sambil menunjuk kearah buku tulis, membuat Jaemin terbingung namun ingin tertawa disaat bersamaan. "Tugas?"

WHO LOVE CATS • nomin (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang