[29]. why

3.3K 534 43
                                    

Sungguh, Jeno baru menyuruh Jaemin pergi jika Haechan sudah berada di gerbang. Tadi, Jeno menghubungi Haechan dengan ponselnya dan bertanya dimana keberadaan pemuda berpipi gembil itu. Saat tahu Haechan sudah ada di dalam, Jeno menyuruh pemuda itu untuk pergi ke gerbang. Dan menemani Jaemin masuk ke dalam. Rasanya Jaemin ingin mengubur dirinya saja. Kenapa kekasih tampannya ini sangat berlebihan.

Tak lama Haechan tampak melambaikan tangannya pada Jaemin, membuat pemuda manis itu dengan cepat turun dari moobil mengabaikan teriakan Jeno. Jaemin mendekat kearah Haechan yang berdiri di depan gerbang, Jeno masih memperhatikan.

Jeno bisa melihat pemuda bernama Hyunjin itu mendekat kearah Jaemin, tampak berbicara namun Jaemin menggelengkan kepalanya. Dan Hyunjin  masih tetap berusaha berbicara pada Jaemin, hingga Haechan buka suara lalu merangkul Jaemin, meninggalkan Hyunjin dengan wajah kusutnya.

Setelah melihat Jaemin dan Haechan benar-benar menghilang dari pandangan, Jeno menyalakan mobilnya. Berniat untuk pergi ke rumah mamanya. Jeno akan bertemu Lami sekarang, mama Yoona bilang si bungsu itu tidak pergi ke sekolah karena sakit perut. Jadi, Jeno berinisiatif untuk pergi sekarang.

Lagipula ia masih memeiliki banyak waktu sebelum rapat di mulai. Karena rapat akan diadakan siang, sekitar jam satu. Dan sekarang jam baru menunjuk pukul sembilan.

Perjalanan menuju rumah mama Yoona itu tidak lama. Jeno bahkan sudah sampai. Pemuda tampan itu turun dari mobil lalu berjalan kearah pintu utama. Jeno membuka pintu yang sama sekal tidak terkunci itu, lalu berjalan santai ke dalam rumah. Jika diingat lagi, sudah berapa minggu Jeno belum pulang kemari.

Semakin Jeno masuk kedalam rumah, Jeno bisa mendengar suara dari volume TV yang begitu besar. Tanpa harus bertanya Jeno yakin sekali jika mamanya tengah berada di café sekarang, menyisakan adik perempuannya yang menurut Jeno tidak normal.

Dan benar saja, lihat. Adiknya itu tengah bermain ps sekarang dengan volume TV yang kencang dan itu sungguh memekakan telinga. Denga pelan, Jeno berjalan lalu menyentuh bahu Lami pelan. membuat tubuh adiknya meloncat kecil karena terkejut.

“YAK! AKU KIRA MAMA!” teriak Lami mengalahkan volume TV yang tengah menampilkan game basket.

Jeno mengambil remote TV lalu mengecilkan volume TV. “apa-apaan ini, katanya sakit perut tapi malah main game.” Ucap Jeno, tangan Jeno megambil beberapa bungkus makanan ringan yang ada dimeja  “aku baru tau orang sakit makannya yang begini. Kamu bohong ya sama mama!”

“ih! Bener kok, udah deh! Kak Jeno diem aja, cowok gak akan tau gimana sakitnya dapet tamu dadakan.” Balas Lami sewot.

Jeno hanya diam. Ia mendudukan dirinya disamping Lami. Lalu mengambil satu stick ps yang ada di meja. “ganti, jadi dua player.” Suruh Jeno.

Lami menghentikan gamenya. Dan memulai semuanya dari awal, keduanya fokus bermain game untuk beberapa menit kedepan hingga Lami membuka suara.

“ngapain kesini kak? Pasti ada maunya.” Ucap Lami benar.

Jeno tertawa saat mendengar ucapan Lami. Ya, adiknya ini memang bermulut pedas. Untung ia sudah kebal.

“tau aja kamu.” Balas Jeno lalu tertawa canggung, membuat Lami memilih untuk menggeser menjauh dari Jeno, takut tertular karena kakaknya ini terlihat aneh. Jeno mempause game, lalu melihat kearah Lami serius, yang malah dibalas tatapan menatang oleh adiknya itu.

“kamu mau ngajak kakak berantem!?”

“ya udah ayok!” balas Lami, Jeno terdiam. Ia lupa, adiknya ini tengah datang bulan.

WHO LOVE CATS • nomin (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang