Ingrid: Memori

149 8 0
                                    

Lagi-lagi Dirga muncul di depan matanya. Namun Ingrid sudah terbiasa untuk tetap membisu. Setiap kali tangannya berusaha menggapai Dirga, mobil truk sialan itu selalu datang dan membawa Dirga pergi.

Ah, Ingrid sangat kesal. Ia tahu saat ini ia sedang tidak hidup atau pun mati. Berada di ambang kehidupan.

"Sini, saya kepang dulu rambutmu," ajak Dirga sambil memberikan senyuman tercerahnya.

Ingrid hanya bisa diam dan menatap. Tak berani untuk mendekat.

"Sampai kapan kamu mau panggil saya 'Pak'?" kali ini Dirga malah terkekeh dengan pertanyaannya sendiri.

"Ingrid, you saved me..."

Semua kenangan itu terus datang dan berputar di depan Ingrid. Hanya satu yang memilukan, mobil truk itu.

"Nama saya Dirga Dewata, kalian bisa memanggil saya pak Dirga."

Ah, Ingrid ingat kejadian ini. Ia melihat Dirga yang tengah berdiri di atas podium saat upacara pembukaan tahun ajaran baru. Kejadian di mana ia akan bertemu seseorang yang mengubah hidupnya.

Scene kembali berganti ketika ia sedang berlari-lari di pantai bersama Dirga. Walau Ingrid tetap diam, Dirga tetap terus berlari dan bergerak. Bersuara dan tertawa.

•••

"Sampai kapan kamu mau tertidur?"

Suara lirih penuh keputusasaan itu kembali datang.

"Kalau saja bukan karena saya, kamu pasti gak akan begini..."

Karena siapa?

"Sepertinya saya memang pembawa sial."

Astaga! Ingrid menyadarinya! Ini suara Dirga!

Tidak, tidak. Ini bukan salah Dirga. Ingrid harus melakukan sesuatu.

"Maaf, Ingrid..."

Jangan meminta maaf! Ingrid sudah ingin berteriak namun tetap saja ia tak bisa.

"Mungkin memang saya tidak seharusnya ada dalam kehidupanmu,"

Ingrid ingin menangis namun tidak bisa.

"Terima kasih, Ingrid."

Setelah suara itu, tak ada lagi suara Dirga yang penuh penyesalan. Bahkan sampai Ingrid menunggu sekian lamanya, suara Dirga tak kembali terdengar.

Dealing with My Principal  (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang