Dua Puluh Empat - Rekonsiliasi

171 11 0
                                    

Dirga yang sedang menyesap kopi panas langsung menyembur sambil terbatuk-batuk saat melihat apa yang tampil di ponselnya saat ini.

Sejak meninggalkan Ingrid, Dirga langsung pergi ke sebuah kedai kopi untuk meredakan emosinya. Sambil menikmati kopi, Dirga membuka aplikasi yang berisi unggahan video-video. Betapa terkejutnya Dirga saat melihat wajah tiga murid SMA Wardana terpampang nyata dalam video yang kini tengah ia tonton.

Video viral itu terbagi menjadi beberapa bagian, masing-masing bagian hanya berdurasi sekitar 30 detik.

Hot News! Video Ibu dan Anak Ribut di Kafe! Seru dan Wow! Anak Durhaka atau Malah Ibu Durhaka? - Part 1
#viralkan #tbltbltbl #cbl #polaradish #bukanpopoberbi

Usai menonton semua video sampai bagian terakhir, tanpa pikir panjang Dirga langsung pergi dari kedai kopi. Hanya satu orang yang ada di pikirannya saat ini, siapa lagi kalau bukan Ingrid.

Beruntung sekali jarak rumah ke kedai kopi tidak sampai lima menit jika ditempuh dengan motor. Sesampainya di pekarangan rumah, Dirga hampir saja lupa untuk menstandar motornya karena terlalu terburu-buru. Ia kemudian memasuki rumah sambil melemparkan sepatunya asal entah ke mana. Dirga langsung berlari menuju kamar Ingrid.

Saat membuka pintu, Dirga melihat Ingrid yang sedang terduduk di atas ranjang sambil sesenggukan. Matanya sudah bengkak.

"Pak Dirga, maafin saya ...." rengek Ingrid saat melihat Dirga.

Dirga yang mendengarnya langsung berjalan dan menghambur ke dalam pelukan Ingrid. Ingrid kembali menangis tetapi kali ini dalam dekapan Dirga.

"Pak Di-Dirga gak ba-bawel kok," aku Ingrid dengan nada tersengal-sengal.

Dirga terkekeh karena pengakuan dari Ingrid. Ia kemudian mengusap-usap kepala Ingrid agar berhenti menangis. Bukannya berhenti menangis, Ingrid malah tambah sesenggukan.

"Saya tau pak Dirga peduli sama saya," kata Ingrid.

Dirga kemudian melepaskan dekapannya dan berhadapan dengan Ingrid. "Nah, itu tau. Jadi saya bawel atau tidak?" tanya Dirga dan dijawab gelengan oleh Ingrid layaknya seorang anak kecil.

Dirga yang melihat hal tersebut langsung tersenyum dan mencubit hidung Ingrid. Ah, ia jadi teringat Ingrid kecil yang sangat manis.

Suara perut Ingrid seketika menginterupsi senua orang. Ingrid dengan wajah jelek khas orang yang usai menangis malah tertawa cengengesan.

"Lapar?" tanya Dirga dan Ingrid menjawab dengan anggukan cepat.

Dirga pun bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya mengajak Ingrid untuk berdiri.

"Pak Dirga yang masak, ok?" pinta Ingrid seraya menyambut uluran tangan Dirga.

•••

"Kayaknya sekarang saya sudah harus pulang ke rumah saya deh, Pak," tutur Ingrid saat makanan di piringnya sudah habis.

Dirga yang masih belum menyelesaikan makannya tetap asyik menyeruput kuah supnya.

"Mungkin besok? Atau lusa?" lanjut Ingrid.

"Kenapa?" tanya Dirga.

Ingrid mengendikan bahunya, "Saya sudah gak punya alasan untuk masih tinggal di sini. Lihat nih, tangan dan kaki saya sudah sehat total. I'm fully recovered, Pak," jelasnya.

Dirga memerhatikan Ingrid dari ujung kepala sampai tangan Ingrid yang berada di atas meja, "Enggak ah, menurut saya masih belum," elak Dirga kemudian melanjutkan makannya.

"Ish," decak Ingrid kesal. "Kan saya yang tau kondisi tubuh saya, bukan pak Dirga," tambahnya.

Dirga tetap asyik tak menjawab Ingrid.

"Lagipula saya sudah terlalu banyak ngerepotin pak Dirga ...." cicit Ingrid kemudian.

"Kata siapa?" balas Dirga. Dirga kemudian meletakkan sendoknya, "Saya gak ngerasa direpotin tuh. Justru dengan adanya kamu, saya jadi punya alasan untuk gak pulang ke rumah utama."

Mendengar jawaban Dirga membuat Ingrid kini bingung harus senang atau sedih. Apabila Dirga mengambil keuntungan seperti ini dari Ingrid, ia yakin pasti akan ada masalah yang mengikutinya. Ada sesuatu yang masih misterius bagi Ingrid.

Dealing with My Principal  (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang