Dirga: Penyesalan

175 8 0
                                    

Saat seluruh pandangannya berputar, hanya Ingrid yang saat itu ada dalam pikirannya. Semua ingatannya bersama Ingrid seketika terputar bagai kilat.

Di saat dirinya sudah kembali terbentur dengan tanah, ia melihat darah mengalir dari tubuh Ingrid yang sudah terbujur lemas di atas jalan.

Setelah riuh ditolong warga setempat dan dibawa ke rumah sakit, Dirga masih tetap diam. Kedua tangannya bersimbah darah karena menggendong Ingrid bahkan sampai dilarikan ke gawat darurat. Hanya Ingrid yang terluka parah, Dirga hanya mengalami sedikit lecet pada beberapa bagian tubuhnya.

Aneh.

Mengapa dirinya masih selamat dan sehat di saat Ingrid hampir sekarat? Benarkah bahwa Dirga memang pembawa sial?

•••

Untuk pertama kalinya, Dirga bertemu secara langsung dengan kedua orang tua Ingrid. Rupanya mereka bernama Eri dan Fidelis. Walaupun sedikit takut, Dirga harus tetap bertanggung jawab atas insiden ini.

Fidelis sejak awal datang memang mengacuhkan Dirga. Tak ingin berbicara dengan kepala sekolah yang menurutnya, akhir-akhir ini membawa banyak masalah untuk Ingrid. Bahkan sampai menimbulkan pertengkaran besar antara Fidelis dan Ingrid.

Eri yang sedang terduduk lemas di ruang tunggu, hanya bisa pasrah akan keadaan Ingrid.

Dirga kemudian berlutut sambil menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya, "Sa-saya, minta maaf, Pak..."

Tangisan Dirga tak tertahankan. Ia yakin, ini semua karena dirinya yang lalai dalam menyetir.

"Kalau saja saya lebih berhati-hati, pasti saya bisa menghindari t-truk tanpa lampu itu le-lebih awal," ucap Dirga dengan penuh penyesalan sambil menangis.

"Bangun," pinta Eri sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Dirga berdiri dan berpindah ke bangku kosong di sampingnya.

"Ceritakan kepada saya, kronologi kecelakaan kalian."

•••

"Saya bisa memilih untuk memidanakan kamu atas insiden ini, atau kamu harus menghilang dari hidup Ingrid. Bahkan setitik jejak pun harus dihilangkan," ujar Fidelis pada Dirga yang saat ini sedang terduduk lemas di samping Ingrid.

"Beri saya waktu," pinta Dirga. "Beri saya waktu tiga hari, apabila Ingrid masih tetap belum sadar, saya akan pergi. Bahkan saya akan resign dari jabatan saya," tambah Dirga.

Fidelis mengangguk setuju, "Saya akan pastikan tidak ada jejak sedikitpun tentang kamu yang masih tertinggal untuk Ingrid."

Dealing with My Principal  (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang