Sejak pengumuman siswa terpilih dalam lomba Xaphione Cup tiga hari yang lalu, Namaku dan Yuri jadi perbincangan hangat ke seluruh penjuru akademi. Alasannya karena hanya aku dan Yuri peserta dari tingkat satu padahal ini lomba yang cukup bergengsi. Entahlah, aku belum tahu banyak soal lomba itu. Yang jelas aku tidak senang dengan tatapan orang-orang saat aku melewati mereka. Mereka semua jelas tidak senang melihatku, terutama yang ingin sekali mengikuti perlombaan itu. Karena lomba itu juga, Theo jadi agak menjauh dariku. Sifatnya kembali dingin seperti dulu. Aku paham dia bersikap begitu karena ingin meminta penjelasan dariku. Makanya aku minta dia menungguku sebelum berangkat makan malam kali ini supaya aku bisa menjelaskan nya. Sekalian aku juga ingin memberi 'itu' padanya.
Aku keluar dari kamar tidurku. Didepan kamarku langsung kulihat pintu kamar tidur nya bertuliskan Theo Agatha. Aku heran kenapa dia memakai nama singkatan nya padahal bukannya lebih bagus dia pakai nama lengkapnya itu.
Aku mengecek ruang tengah. Kosong. Echa dan Danielle sepertinya juga sudah pergi. Apa Theo berangkat dengan mereka? Dia menghindari ku lagi? Tak apalah jika dia tidak mau menungguku. Aku paham dia marah padaku. Dia berhak kok.
"Kau udah keluar?"
Seorang cowok keluar dari kamar Theo. Ya siapa lagi kalo bukan dia. Dia langsung menghampiri ku dan tanpa basa basi, "ada apa?" dan bertanya padaku.
Aku melirik jam dinding, masih ada dua puluh menit lagi sebelum makan malam. Aku langsung mengeluarkan bingkisan untuknya. Theo jelas heran melihatku menyodorkan bingkisan padanya. "Apa ini?"
"Ambil saja."
Theo mengambil dan membukanya. Isinya adalah topi rajut bewarna hijau. Ya, itu adalah topi yang aku buat saat aku waktu itu. Aku hampir tidak punya waktu untuk memberikan bingkisanku padanya karena Xaphione Cup. "Aku gak tahu kenapa kau ngambek, tapi anggap aja ini kado permintaan maaf dariku."
Dia agak bingung saat melihat topi itu tapi dia memakainya. "Agak kecil."
"Ah, kekecilan ya?". Sepertinya aku lupa untuk mengukurnya saat membuat itu dengan bu Rinn. Bodohnya aku. Theo melepas nya lagi dan aku mengambil balik topi itu darinya. "Nanti ku buatkan lagi."
Aku sedih karena Theo kelihatan tidak menyukai topi itu. Namun aku bisa buatkan topi lagi kok. Atau... aku beli aja, ya?
"Kau membuat topi ini?" Theo terdengar terkejut. Aku hanya mengangguk. Dia bertanya lagi. "Darimana kau belajar?"
"Aku belajar dari mamah. Aku membuat nya saat bersantai dengan bu Rinn di istana Emerald." Jawabku. "Sayang kali karena kekecilan, tapi gak apa lah. Aku buat ulang aja." Aku tertawa hambar sendiri. Entah kenapa aku merasa sangat sedih dan payah. Theo selalu membantu ku tapi aku tidak pernah bisa membalas kebaikannya. Cewek macam apa aku ini?
".... kembalikan topinya."
"Apa?".
Theo merebut topi itu balik dari ku dan memakainya. Dia tersenyum padaku. "Aku pakai ini. Tapi kalau kau mau buat dua gak masalah, nantiku pakai lagi."
"Ih, tapi kan ini kekecilan." Ucapku.
"Aku tetap mau pakai.". Theo keras kepala. Kemudian dia mendekap ku dan mencium pipiku. "Makasih." bisiknya.
"E, anu, itu...". Aku jadi salah tingkah karena Theo. "Ki, kita harus cepat ke kantin. Na, nanti telat makan malam." Aku mendorong Theo dan meninggalkan kamar lebih dulu. Theo hanya terkekeh kecil melihat ku gugup didepannya.
"Kau imut kalo lagi canggung." katanya terdengar olehku.
🍃🍃🍃
Senior Tobias, Senior Allan, senior Oscar, Yuri dan aku pergi ke ruang latihan tertutup yang ada di lantai empat gedung sekolah. Besar ruangan nya sebesar setengah aula akademi dan tahan dari segala jenis kerusakan sihir dan mantra. Tempat paling sempurna untuk persiapan diri untuk perlombaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy 2 : Lost And Found
FantasíaDianjurkan membaca terlebih dahulu Kimberly Academy pertama. UPDATE based on life's schedule ^^ 🍃🍃🍃 KIMBERLY ACADEMY SERIES : LOST AND FOUND Kimberly berusaha untuk hidup senormal mungkin diantara teman-temannya, sembari menyembunyikan fakta tent...