Author pov
Di istana Black Shadow, pasukan sudah berbaris dan sebagian ada yang masih dalam pelatihan sebelum terjun ke medan perang. Laporan terakhir dari Sandra adalah pasukan sudah 80% siap dan mereka bisa menjalankan rencana kapan saja. Sandra tidak tahu kapan semua persiapan ini akan selesai dan terjun ke medan perang, namun Hars tidak menunjukkan tanda-tanda akan langsung memulai penyerangan.
"Pastikan saja kota Carmine tetap berada dibawah pengawasan." perintah Hars. "Bagaimana dengan persiapan proses kebangkitannya?"
"Maaf, Yang Mulia, Karena buku sihir sudah berumur, spesialis sihir kita sulit menafsirkan isi dari buku tersebut."
"Sayang sekali." kata Hars. "Tidak ada gunanya semua pasukan itu jika membaca buku saja tidak selesai-selesai."
Sandra segera berlutut di hadapan Hars begitu Hars bicara dengan nada dingin. "Maaf, Yang Mulia."
Sandra sudah keringat dingin, takut jika Hars mulai murka. Namun Hars hanya kelihatan tenang sampai dia akhirnya meminta Sandra pergi dari hadapannya. Sandra segera pergi meninggalkan ruang tahta dan dibalik pintu ada Shreya yang sudah menunggunya.
"Apa maumu?" tanya Sandra.
"Sandra, apa kau baik-baik aja?" tanya balik Shreya. Sandra kaget karen Shreya balik bertanya padanya.
Shreya melanjutkan, "Aku dengar Marissa sudah tidak ada lagi di ruang bawah tanah. Apa kau yang ..."
Sandra langsung menarik tangan Shreya menjauh dari ruang tahta dan masuk kedalam kantor pribadinya untuk bicara lebih lanjut.
"Kenapa?"
"Kau tanya kenapa?!!!" Shreya mulai histeris. "Kau menghabisi sahabatmu sendiri dan masih sanggup berhati dingin seperti ini!!! Sandra, aku yang harusnya bertanya kenapa!!!"
"Itu perintah dari Yang Mulia." jawab Sandra dingin.
"Oh, aku tahu." Tapi tampaknya Shreya tidak mendengarkan dan hanya terus bicara. "Sandra yang kukenal sudah termakan api cemburu oleh pernikahan Marissa dengan Gio. Apa aku salah?"
"Tutup mulutmu!!!" Dan Sandra langsung menutup mulut Shreya. Shreya meronta minta dilepaskan tetapi tangan Sandra terlalu kuat.
"Ini namanya pengorbanan. Kalo kau tidak tahu apa-apa, lebih baik kau diam." Sandra menurunkan tangannya sedangkan Shreya yang panik mengatur napasnya setelah tersengal-sengal.
"Keluar."
Tanpa perlu dikatakan dua kali, Shreya pergi meninggalkan kantor Sandra. Sandra duduk di balik meja kerja nya dan merenungkan pikirannya. Sudah sebulan berlalu sejak malam itu dan sekarang Shreya tiba-tiba mengungkit luka terdalam dari dirinya. Tanpa Sandra sadari, meja yang terbuat dari kayu mahoni itu sudah basah oleh tetesan air mata.
🍃🍃🍃
Di Kimberly Academy...
3 hari setelah kepulangan Kim, rumor tentang murid bermata merah masih tersebar di kalangan para murid dan sudah sampai ke telinga para guru. Akan tetapi, bukti yang kurang membuat para guru tidak bisa menyelidiki kebenaran dari rumor tersebut. Penyelidikan pun terpaksa dihentikan, apalagi mengingat ada hal lain yang membuat akademi lebih gempar daripada kabar angin itu.
Theo, Echa, dan Dannielle mendapat panggilan ke kantor Ms. Asha. Mereka bertiga cukup terkejut karena panggilan mendadak ini. Echa sendiri sudah keringat dingin dan mengingat kembali hal apa yang dia lakukan akhir-akhir ini sampai membuat pihak akademi memanggil dirinya.
Padahal aku anak baik-baik, tapi kenapa aku dipanggil sih? Batin Echa tidak tenang.
Dan yang lebih mengerikan lagi bagi Echa adalah bu Jyra yang secara pribadi menyampaikan pesan itu ke kamar asrama dan mengantar mereka hingga tiba di kantor. Bu Jyra bahkan juga membukakan pintu untuk mereka masuk. Echa sempat bertatapan sekilas dengan bu Jyra, lantas bu Jyra memberikan senyuman pada Echa. Bukan sebuah senyuman biasa melainkan sebuah senyuman sedih. Echa semakin terheran-heran.
"Duduklah dulu." ucap Ms. Asha lembut. Namun, ada yang aneh dengan suara beliau, tidak setegas seperti biasanya. Ms. Asha tidak menunjukkan tanda-tanda marah atau emosional lainnya, justru tatapannya terlihat sayu.
Bu Jyra berdiri tidak jauh dari mereka yang duduk di sofa. Ada ketegangan lebih didalam ruangan, membuat ketiga murid itu merasa tertekan sejak mereka duduk di sofa. Ms. Asha menarik napas dalam sekali-dua kali sebelum membuka percakapan.
"Mungkin diantara kalian ada yang tahu jika tadi ada orang-orang dari prajurit penjaga." ucap Ms. Asha. "Mereka memberi saya sebuah kabar dan saya sudah mempertimbangkan akan memberitahu kalian kabar yang akademi terima."
Ms. Asha bangun dan mengambil sesuatu dari meja kerja lalu kembali duduk di sofa dan meletakkan barang diatas meja tamu. Barang itu adalah rompi seragam musim semi akademi bewarna silver didalam sebuah kantung plastik transparan. Rompi itu tampak kusut tetapi yang mengejutkannya adalah noda merah yang hampir menutupi semua bagian depan rompi. Terlebih lagi mereka menandai bet nama yang ada di rompi itu. Di rompi itu tertulis Kim. Patricia.
"Benar yang kalian pikirkan." ucap Ms. Asha sambil memerhatikan ekspresi masing-masing para muridnya. "Rompi ini milik siswa kita, Patricia."
Echa tersentak kaget dan langsung memeluk Dannielle yang duduk disampingnya. Isak tangisnya memenuhi keheningan dalam ruangan. Mata Dannielle terpaku menatap rompi itu seperti dihipnotis sedangkan Theo langsung membuang muka begitu mendengar pernyataan kepala sekolah.
"Apa .... Kim bagaimana?" tanya Dannielle ragu-ragu. Mereka tahu sesuatu terjadi pada Kim meskipun Ms. Asha tidak memberitahukan detail-nya. Namun Dannielle masih menaruh harapan walau sedikit bahwa Kim masih baik-baik saja. Tidak, dia harus baik-baik saja. Itu yang Dannielle pikirkan.
Sayangnya, Ms. Asha memberikan jawaban yang hanya memperburuk kondisi mereka.
"Dalam perjalanan ke Carmine, Kim diserang oleh bandit Red Eye yang menguasai jalur transportasi kota Carmine. Saat bantuan datang untuk menolong Kim dan rombongan lainnya, sebagian sudah berhasil mereka culik dan sekarang bandit Red Eye masih dalam tahap investigasi dibantu oleh pasukan penjaga."
Semua yang mendengarnya terkejut, tidak terkecuali Theo. Namun, Theo terkejut bukan dengan fakta bahwa Kim diculik oleh para bandit itu.
"Kenapa dia pergi ke Carmine?" tanya Theo menatap kembali Ms. Asha.
"Patricia mendapatkan izin untuk menjenguk ibunya selama seminggu. Dilihat dari lokasi tujuannya, sepertinya keluarga Patricia berasal dari sana." Bu Jyra menjawab pertanyaan Theo tapi bukan itu yang ingin dia dengar sekarang.
Kenapa dia harus pergi ke Carmine? Satu tanda tanya besar muncul dalam benak Theo. Mau dipikir bagaimanapun juga, Kim tidak punya alasan sama sekali untuk pergi kesana. Gio sedang pergi dalam misi rahasia dan seharusnya Kim pulang ke rumah yang pernah dia katakan dia tempati bersama Gio. Kim tidak punya keluarga di Carmine karena ibunya berasal dari bumi. Theo tahu semuanya tentang Kim tetapi dia tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan ini tidak peduli sekeras apapun dia berpikir.
Semuanya hanya menyisakan satu fakta: hari ini mereka kehilangan satu sahabat mereka.
🍃🍃🍃
Kimberly Academy Series : Lost and Found akhirnya tamat gaes 🤧😭
Mungkin ending kali ini agak menggantung, tapi petualangan yang sebenarnya baru mau dimulai lho!!!
Kimberly Academy bakal ada seri ke-3 nya yaa, sekaligus penutup dari kisah Kim dan teman-temannya.
Semua potongan teka-teki akan terungkap di akhir cerita, so stay tune terus untuk kelanjutan Kimberly Academy yaa 😉
Salam hangat, Ann Mone⚘
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy 2 : Lost And Found
FantasíaDianjurkan membaca terlebih dahulu Kimberly Academy pertama. UPDATE based on life's schedule ^^ 🍃🍃🍃 KIMBERLY ACADEMY SERIES : LOST AND FOUND Kimberly berusaha untuk hidup senormal mungkin diantara teman-temannya, sembari menyembunyikan fakta tent...