Ch. 34.1 - Penyelamatan, lalu Perjanjian

276 36 2
                                    

Aku memberikanmu kekuatanku dan yang kuinginkan darimu adalah ingatanmu. Pertukaran yang cukup adil bukan?

"Adil dari mananya ..." gumamku tidak habis pikir.

Aku terjebak di perbatasan dimensi dan tidak bisa keluar dari sini kecuali aku mengikuti perkataannya. Kenapa malah jadi begini?

🍃🍃🍃

Beberapa jam sebelumnya ...

Perjalanan malamku dengan Theo cukup melelahkan hingga aku tertidur pulas. Namun entah kenapa saat aku bangun, aku merasa tubuhku sakit semua. Mungkin ini karena aku tidur sambil duduk bersandar di pohon.

Tunggu dulu .....

Aku tidak kembali ke tenda malam tadi. Jadi dimana aku tidur?

Aku menoleh dan mendapati wajah Theo yang menunduk dan hampir menyentuh wajahku. Aku langsung terbangun dari pundaknya setelah semalaman tertidur bersamanya. Theo tidak kelihatan terusik dengan tidurnya. Aku memandang pundak Theo dengan penyesalan.

"Theo, kau masih tidur, ya?"

Aku melambaikan tangan didepan wajahnya. Tidak ada respon. Dia kelihatan sangat lelah, mungkin tidur nya pun tidak nyenyak. Aku semakin merasa bersalah padanya.

Aku hendak bangun mencuci muka di sungai tetapi tanganku tertahan oleh sesuatu. Kulihat tanganku masih tetap menggenggam tangan Theo sepanjang malam. Ah, yang benar saja! Aku malu banget!!

Aku cepat-cepat melepas tanganku dari Theo tetapi bahkan Theo tidak bangun juga dari tidurnya.

"Dia gak mati kan?" kataku.

Jari telunjukku mendekati lubang hidung Theo dan kurasakan masih ada deru napas. Fiuh, syukurlah dia masih hidup.

Aku beranjak dan segera mencari sungai disekitar. Tidak butuh waktu lama karena juga sebenarnya tempat kami duduk malam tadi tidak jauh dari sungai.

Ah, rasanya segar sekali. Membasuh muka dengan air sungai disaat fajar memang yang terbaik.

Samar-samar kelihatan pantulan wajahku didalam air. Meskipun aku sudah merasa segar setelah mencuci muka, tetapi kelelahanku tidak bisa disembunyikan dari raut wajahku. Mata panda-ku terlalu jujur.

Baammm!!!

Aku tersentak kaget mendengar suara keras itu dan refleks berdiri siaga dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kemudian aku mendapati Theo yang juga berdiri siaga setelah mendengar suara yang sama. Bisa kulihat deru napasnya cukup cepat karena kaget. Saat matanya bertemu dengan mataku, Theo segera menghampiriku dan bertanya mengenai kondisi.

"Suara apa tadi?"

Aku menggeleng, "Apapun itu, itu jelas gak baik."

Baammm!!! Baammm!!!

Suara itu terdengar lagi, bahkan hingga dua kali. Suara seperti ledakan atau bantingan, atau keduanya.

"Dari sini!!"

Theo langsung menunjuk sembarang arah sebelum aku sempat memproses apa yang sedang terjadi. Kakiku spontan mengikuti langkah Theo dari belakang seperti bayangan.

Baammm!!!

Suara misterius itu semakin terdengar jelas. Aku berlari sembari memerhatikan sekitar kami. Meskipun matahari belum naik sempurna ke langit, aku merasa aura-aura pohon di hutan sedikit berbeda.

Ketika sumber suara itu sudah ada didepan kami, Theo dan aku sama sekali tidak berkomentar. Diluar dugaan, kami justru menyaksikan kejadian mengerikan.

Beberapa murid tengah bertarung dengan tiga wanita berpakaian satin hijau panjang menjuntai kebawah, tetapi kusadari bahwa tidak satupun dari ketiganya berkaki. Aku langsung menebak cepat mereka adalah creature penghuni hutan.

Kimberly Academy 2 : Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang