Di dalam hutan ...
Marissa tidak memahami apa yang terjadi. Yang dia lakukan hanya berlari mengandalkan naluri sambil menahan pendarahan di perutnya. Luka ini cukup dalam tapi Marissa harus bertahan dan lari dari Sandra sejauh mungkin.
Setelah lari cukup lama, Marissa menghentikan langkahnya. Bukan karena nyeri di perutnya semakin terasa, tapi karena Marissa menyadari tidak ada langkah lain didalam hutan selain langkahnya.
"Sandra ... tidak mengejar." Marissa memberanikan diri untuk menoleh kebelakang. Yang benar saja, Sandra tidak mengejar dirinya sedari tadi.
"Dasar dia. Dia tahu luka di perut tidak akan membuatku mati." kata Marissa. Tapi kemudian dia menyadari rasa sesak di dadanya dan Marissa terjatuh ke tanah.
Ada rasa sakit dan lemas yang tidak biasa di tubuhnya. Marissa melihat telapak tangan kanannya yang tidak menahan luka perut, warnanya membiru.
"Hah ... hah ... Sandra ... dia pakai ... racun itu ... " Kemudian Marissa tertawa sendiri.
Marissa tahu ini adalah racun bunga sihir yang membuat penderita nya mengalami lemas selama dua belas jam sebelum akhirnya meninggal. Racun ini ada penawarnya tapi dengan kondisi lemas seperti ini dan sudah kehilangan banyak darah, Marissa tidak bisa menggerakkan badannya lagi.
"Dia melakukan tugasnya dengan baik." Disaat-saat terakhir, Marissa salut dengan Sandra. Dia tahu bahwa keluarga nya selalu memiliki pertahanan tubuh yang kuat dan racun ini adalah cara yang tepat untuk melemahkan dirinya. Jika diingat-ingat, sewaktu mereka di akademi, Sandra adalah murid yang paling malas belajar herbologi diantara teman-temannya.
"Dan sekarang dia belajar herbologi hanya untuk menggunakan racun ini padaku."
Marissa terlalu lelah, entah karena habis berlari atau efek dari racunnya.
Marissa menutup mata nya dan tertidur begitu saja, pasrah terhadap takdir nya. Hal terakhir yang dia ingat adalah wajah siswi yang dia temui di Verrilya Academy.
Author's pov end.
🍃🍃🍃
Kim's pov
Seluruh peserta perburuan sudah berkumpul didepan jembatan Haezel. Hutan sihir Castadele ada didepan mata dan hanya tinggal hitungan menit saja hingga kami mulai berburu didalam sana.
Pak Gio memberikan kami pengarahan ulang tentang apa yang harus dilakukan dan beliau terus menegaskan untuk melapor apa yang kami dapatkan setelah dua hari berburu.
"Terutama bagi kalian yang mendapatkan tawaran dari roh magis. Saya benar-benar menegaskan agar kalian meminta waktu pada roh magis dan berdiskusi dulu dengan guru di akademi."
"Mau berapa kali beliau mengatakan itu?" keluh salah satu peri air di kelompokku. Kalau tidak salah, namanya Jessi.
"Itu sudah biasa kan, Jess? Tiap tahun pak Gio selalu begitu." kata peri air lainnya-namanya Ben.
"Tiap tahun, Ben?" tanyaku heran.
"Aku dengar dari sepupuku, sih. Dia alumni sini dan selalu membantu pak Gio untuk persiapan perburuan. Dia sering cerita betapa repotnya mengurus murid yang menarik perhatian roh magis dan membuat kesepakatan. Banyak yang ketakutan tapi ada juga yang terlalu berani tapi sembrono." jelas Ben.
Kelihatannya kesepakatan bersama roh magis benar-benar sulit dan berbahaya. Kalau begitu, aku harus hati-hati untuk tidak menarik perhatian para roh magis.
Setelah upacara pembukaan yang isinya hampir ocehan pak Gio tentang peringatan bahaya perburuan, para peserta pun mulai bersiap masuk kedalam hutan sihir Castadele. Panitia memanggil kelompok bergilir lalu menyebrangi jembatan Haezel untuk masuk ke hutan sihir Castadele. Lalu tiba lah giliran kami untuk pergi.
Kami berpapasan dengan pak Gio sebelum menyebrangi jembatan Haezel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy 2 : Lost And Found
FantasiaDianjurkan membaca terlebih dahulu Kimberly Academy pertama. UPDATE based on life's schedule ^^ 🍃🍃🍃 KIMBERLY ACADEMY SERIES : LOST AND FOUND Kimberly berusaha untuk hidup senormal mungkin diantara teman-temannya, sembari menyembunyikan fakta tent...