Ch. 40 - Her Eyes

298 34 0
                                    

Aku tidak punya kegiatan akademik di sore hari dan sesuai rencana, aku membawa Orias keluar untuk bermain di halaman belakang.

Tadinya begitu .....

"Dan entah kenapa aku bisa melupakan hal sepenting ini."

Aku sekarang berada di rumah kaca. Klub botani sibuk untuk menyambut musim semi tiba. Banyak tanaman yang harus diganti tanahnya dan lainnya. Kami semua mendapatkan tugas masing-masing, Sanha dan aku bertugas menyiapkan peralatan untuk berkebun. Padahal ada cukup banyak laki-laki di klub kami, entah kenapa Sanha bersikeras ingin melakukannya denganku.

"Bisa repot nanti kalo Dyego marah karena aku bekerja berdua dengan siswa lain." katanya.

"Jadi kakak cari aman, ya?" tanyaku datar. "Ini lagi nyindir aku?"

"Ahahaha ... engga kok, tapi aku cuman belajar dari orang-orang disekitarku aja." jawab Sanha santai. "Tapi, Kim, kamu serius gak papa? Kami jadi gak enak hati, apalagi Dylan."

"Biasa aja, kak. Theo nya aja yang gak pengertian. Kami berdua lagi butuh waktu sendiri."

"Oh iya, Kim, kamu tahu kan kalo disini, musim semi itu-" Sanha tidak bertanya lagi dan langsung mengganti topik pembicaraan. Aku menghargai sikap peduli Sanha.

Kami melanjutkan pekerjaan kami hingga 80% selesai. Bagian Sanha dan aku sudah selesai dan tinggal dua siswa lagi yang membawa karung pupuk dari gudang penyimpanan kedalam ruang kaca, maka semuanya selesai.

Kami semua menunggu dua siswa yang akan kembali ke ruang kaca. Aku lihat mereka kesusahan membawa karung di pundak dan terlihat kelelahan. Saat salah satu dari mereka hendak berjalan melewatiku malah kehilangan keseimbangan dan menjatuhkan karung tepat didepanku hingga isinya berantakan. Sebagian pupuk yang jatuh mengenai mataku.

"Hei!! Kalian gak papa?!"

"KIM!"

Aku mendengar Sanha memanggil namaku tetapi aku tidak bisa melihat dengan jelas karena mataku sangat perih.

"Hei, hei, kau gak papa?" tanya Sanha sambil menenangkanku. Aku hanya mengangguk.

"Kak, tolong ambil kotak lens dan obat mata di sakuku."

Aku melepas lens mata kananku dan meletakkan di kotak lens yang Sanha berikan padaku. Aku hanya meraba-raba untuk membukanya lalu Sanha membantuku membuka kotak nya. Dia juga membantuku memakai obat mata dan setelah beberapa saat, aku bisa melihat dengan lebih jelas.

"Matamu merah." ucap Sanha.

"Iya, kak, habisnya perih kali." jawabku menatap Sanha.

"Bukan, bukan itu." Sanha menunjukkan wajah ketakutan seperti sehabis melihat hantu. Dia melangkah mundur dariku seakan ada sesuatu yang mengerikan dibelakangku. Lalu aku mendengar gumamannya.

"Iris matamu ... merah ..." gumam nya.

Mataku membelalak begitu mendengarnya. Aku melihat kotak lens ku dan menyadari aku melepas lens nya. Ini bukan pertanda baik.

Aku mendongak dan melihat reaksi Sanha dan yang lain. Semua anggota klub Botani yang bertemu dengan mataku terkejut seakan tidak percaya. Iris merah yang mencolok pasti mulai membuat mereka berpikir yang tidak-tidak.

"A, a, aku pergi dulu."

Aku berjalan sambil menunduk dan mereka semua mundur selangkah memberiku jalan namun aku tahu pikiran mereka sedang diisi dengan berbagai spekulasi negatif.
Ini benar-benar akhirku.

🍃🍃🍃

"Aku serius!!! Dia sendiri yang bilang dia lihat ada murid bermata merah!!"

"Masa'?!! Jadi, dia keturunan Wonderrose dong!!"

Kimberly Academy 2 : Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang