Ch. 32 - The Game

259 35 1
                                    

Aku mengendap-ngendap dari satu pohon ke pohon lainnya sambil mendekati gema aneh itu. Lama-kelamaan aku bisa mendengar jelas bahwa itu suara laki-laki. Ketika kudengar lebih cermat dan jelas, ....

"KIIMMM!!! KIIMMM!!!."

Suara gema dari tadi itu adalah orang yang memanggil namaku. Tidak mungkin pemilik suara ini menyebut nama 'Kim' selain memanggilku. Lagipula, aku tahu pemilik suara ini.

Aku keluar dari persembunyian dan berjalan mendekat. Kulihat dia dari jauh berkeringat dan berjalan kesana kemari. Rambut silvernya entah kenapa mengkilap seperti dedaunan pohon sihir dan mata hijau itu tidak bisa menyembunyikan perasaan cemas yang dia rasakan.

"Theo?" aku memanggil namanya hati-hati.

Orang itu langsung menoleh kearahku begitu kupanggil. Seketika tatapan Theo berubah dari cemas menjadi lega. Dia menghampiriku kemudian mengamati dari atas hingga bawah. "Kau ..... baik-baik aja?"

Aku mengangguk santai, "Gak ada luka serius kok. Santai aja."

Lalu tiba-tiba Theo memukul kepalaku.

"Aw!!!"

"Bodoh, santai dari mana?!!!" Tiba-tiba Theo meledak. "Semua panik dan sibuk mencarimu yang tiba-tiba hanyut di sungai! Bisa engga sekali aja gak buat onar!?!?"

"Yaa ... kan bukan aku juga yang mau kecebur ke sungai."

"Hah, jawab aja terus!!!"

Dia kenapa, sih? Aku tahu temperamennya buruk, tapi tidak perlu memakiku di hutan begini, kan?!

"Dasar kau-" Theo mengangkat tangannya dan aku refleks menutup mata kuat-kuat karena fakut dia akan memukulku lagi. Bukannya aku merasakan pukulan kedua, melainkan aku justru mendapati tubuhku hangat seperti ada yang memelukku. Dan tahu-tahu aku sudah berada didalam pelukan Theo.

"Sekali ajaa ... jangan bikin buat orang cemas ..."

"Maaf, maaf ..... aku salah, Theo. Aku akan hati-hati lain kali." Aku mengelus punggung Theo dan kurasakan tangannya melingkar semakin kuat di pinggangku.

Setelah Theo mulai tenang, dia membawaku ke tempat Dylan dan yang lain. Tim Theo dan Tim ku berkumpul dan membangun tenda tim berdekatan satu sama lain.

Teman-teman setim langsung menghampiriku dan menghujani aku berbagai pertanyaan dengan inti yang sama: Apa aku baik-baik saja?

"Aku udah ngira kalo setim sama Kim bakal ada masalah, tapi aku gak nyangka bakal kek gini."

"Ahahahaha ..... maaf aja ya kalo aku emang bawa sial kemana-mana." ledekku.

"Kami beneran minta maaf, Kim. Serius, kami juga ga nyangka bakal kejadian gini." kata Jessi sedih.

"Iya Jess, gak papa, kok." jawabku. "Terus, gimana hasil duel tadi?"

Ben menggeleng dan menjawab, "Kami gak berhasil membuat ikatan."

"Hah? Serius? Setelah duel besar-besaran gitu?"

"Aku juga gak paham kenapa, tapi kalo bisa menyimpulkan, ada spirit penjaga sungai yang kesal dan merasa terganggu dengan kehadiran kita disekitar sungai, jadi itu sebabnya golem-golem air itu muncul dan menyerang membabi buta." jelas Ben.

"Berarti kita gak bisa kemah dipinggir sungai, dong?"

Jessi menggeleng, "Makanya kita bangun tenda disini. Terus juga tim Mattheo mau gabung dengan tim kita."

Aku mengedarkan pandangan dan melihat Theo sudah kembali berkumpul dengan anggota timnya. Mereka kelihatan tengah berunding dengan Zenith yang nempel pada Theo. Ya, Zenith menggandeng tangan Theo dan menyandarkan kepala di pundak Theo. Aku hanya melihat punggung mereka berdua jadi aku tidak bisa melihat ekspresi Theo. Orang-orang tahu mereka berdua mempunyai hubungan yang dekat jadi pemandangan itu sudah wajar.

Kimberly Academy 2 : Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang