Sisa waktuku di VA kuhabiskan dengan mengurung diri didalam kamar. Aku menonton Orias mondar-mandir di kamar tetapi pikiranku melayang jauh. Aku tidak percaya orang yang sempat mengobatiku dan berjumpa denganku sesaat adalah istri dari pak Gio. Andaikan aku tahu dan menyadarinya lebih cepat, aku pasti tidak akan terlihat bodoh seperti ini.
"Haaahh ... yang benar saja .... ini semua lelucon, kan?" Aku meratapi diriku sendiri, mengingat betapa payahnya aku. Aku melihat Orias yang sibuk bermain bola benang dari Gavin.
"Hei, Orias," panggilku, "Aku bodoh, ya? Bisa-bisa nya aku tidak menyadari dokter itu adalah orang penting bagi pak Gio. Tapi bukan salahku juga, ya? Pak Gio tidak pernah cerita apapun padaku dan aku malah mendengarkan kebenaran ini dari mulut orang lain."
Orias terlalu sibuk dengan bola benangnya, dia tidak menanggapiku.
"Ya iyalah kau gak jawab, kau kan kucing." Aku menertawai diriku dan aku merasa lebih baik setelah tertawa sendiri.
Tok tok tok
"Kim, ini Allan. Ayo kita berangkat."
Sahutan senior Allan membangunkanku dan aku langsung merapikan tempat tidur sebelum meninggalkan kamar. Aku memasukkan Orias kedalam koper yang sudah kukosongkan setengah isinya agar dia bisa berada didalamnya."Sudah cukup main bolanya." Aku merebut bola benang dari Orias lalu menyembunyikan Orias didalam koper. Aku sudah menyusun barang-barangku agar lebih lapang untuknya didalam kemudian menutup koper sebelum dia melonjak ingin mengambil kembali bola. Aku menyimpan bola di tas lainnya dan keluar kamar seakan tidak ada yang aneh.
"Ayo, senior Allan. Aku sudah siap."
Kami tiba di gerbang VA dengan para ketua asosiasi yang menunggu untuk berpamitan. Dari semua orang yang ada, Hugo lah yang paling sedih. Namun, alasan kesedihannya bukan karena aku akan pergi dari VA.
"Kenapa Cia sudah ada yang punya??? Jadi dari awal aku gak ada kesempatan, yaa??" Begitu katanya.
"Maaf, teman-teman. Kalian semua terlalu baik, aku tidak bisa menolak kebaikan kalian."
"Bukan salahmu, Cia,"ucap King. "Hugo memang selalu mengincar setiap cewek yang ada."
"Hei, King!! Kau juga sama!!!" Hugo tidak terima hanya dia yang dikatai.
"Sudah, sudah, kalian berdua. Cia semakin tidak enak hati, tuh." ujar Evelyn. "Cia, orang-orang seperti mereka ini harus diberi penolakan yang tegas. Tapi aku tidak menyalahkanmu. Mereka memang begini, kok. Kau jangan merasa bersalah. Oke?" Kata-kata Evelyn justru membuatku semakin bersalah pada mereka, tapi aku hanya diam mengangguk.
"Jangan lupa untuk mampir dan saling bertukar kabar ya, Cia." ucap Nick.
"Terimakasih, semua." ucapku kemudian memeriksa sekitar, "Ngomong-ngomong, Gavin mana?"
"Dia memeriksa kondisi kucingnya. Katanya ada seekor yang sakit." jawab Jefry. "Roi juga didalam kamar karena masih galau ditinggal Yuri. Aku tidak paham kenapa temanmu itu bisa tahan dengan laki-laki seperti dia."
Aku hanya terkekeh kecil, tetapi aku sedikit bersalah dengan Gavin yang tidak ada disini. Aku belum ada bicara lagi dengannya setelah pak Gio membeberkan soal pacarku. Aku masih berhutang maaf padanya.
Pak Gio tiba tak lama kemudian. Kami bertiga memasukkan muatan kami kedalam mobil dan berangkat pulang. Aku melambai pada teman-teman VA untuk terakhir kali, tidak tahu kapan kami akan bertemu lagi.
Setelah cukup jauh dari VA, aku menaikkan kaca mobil dan pak Gio mulai bicara pada kami.
"Tampaknya kalian membuat banyak teman baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy 2 : Lost And Found
FantasíaDianjurkan membaca terlebih dahulu Kimberly Academy pertama. UPDATE based on life's schedule ^^ 🍃🍃🍃 KIMBERLY ACADEMY SERIES : LOST AND FOUND Kimberly berusaha untuk hidup senormal mungkin diantara teman-temannya, sembari menyembunyikan fakta tent...