Ch. 39 - We Break Up

270 37 0
                                    

Haiii Balik lagi nih sama Anna 😄

Sesuai janji Anna, hari ini double up yaaa

Happy Reading, guys!!! 📖

🍃🍃🍃

Theo membawaku ke atap asrama. Sudah lama aku tidak kemari. Mungkin momen saat Theo menembakku disini adalah pertama dan terakhir kalinya aku berada di atap gedung. Aku juga pernah berada diatap gedung putih Kimberly Academy sebelumnya tetapi itu tidak dihitung karena sedang bertarung.

"Kita sudah disini." kataku sambil melepas tangan Theo dalam sekali hentakan. "Siapa yang mau bicara duluan? Aku atau kau?"

Theo berbalik dan menatapku lekat. Dia memberiku tatapan bingung seperti orang yang kesulitan bermain puzzle.

"Kau gak mau bicara?"

Theo terus diam.

"Kalo gitu, aku yang bicara." kataku. "Aku engga tahu apa yang terjadi denganmu dan Zenith tetapi kau harus membuat keputusan yang jelas. Aku tidak mau digosipkan sebagai orang ketiga antara kau dan Zenith sementara kita berdua tahu apa yang benar."

"Kau tidak cemburu?"

"Apa?"

"Kau tidak cemburu?" tanya Theo sekali lagi.

"Kenapa tiba-tiba?" tanyaku balik.

"KAU MENGABAIKANKU SEBULAN PENUH DAN SEKARANG KAU MEMINTAKU MEMILIH ANTARA DIA DAN KAU!!!" Theo tiba-tiba membentakku. "Apa kau gak waras?"

Pertanyaan selanjutnya memicu amarahku tetapi masih bisa aku pendam. Aku menarik napas dalam dan menjawab setenang yang aku bisa. "Aku disini bicara baik-baik, Theo, aku ma-"

"Aku juga bicara baik-baik." ucap Theo dengan suara gemetar tetapi bukan karena takut melainkan karena marah. "Dia siapa? Dia bukan siapa-siapa. Kau pacarku, Kim. Itu yang pasti. Tapi sikap acuhmu membuat orang berpikir kebalikan dari kenyataannya."

"Apa segitu inginnya kau ingin lepas dariku? Aku tahu aku memanfaatkan taruhan kita agar kau jadi pacarku. Tapi aku tidak bisa yakin pada diriku kalo kau akan bertahan bersamaku." Theo mengatakan segalanya. Sebelum sempat aku mengatakan apa yang ada dipikiranku, Theo terus saja bicara.

"Atau mungkin kau mau berhubungan dengan putra sulung keluarga Visser itu? Pacaran dengannya pasti lebih mudah daripada denganku karena kau selalu tertekan dengan statusku, kan?"

Plaakkk!!!!

Aku tidak tahan lagi.

Tanganku melayang dan meninggalkan bekas di pipi kiri Theo. Disaat yang bersamaan, mulutnya juga berhenti mengatakan kata-kata payah itu. Selama mengenal Theo, baru kali ini aku tidak sanggup menoleransi sikap ego dan posesifnya.

"Udah? Udah puas bicaranya?" Kali ini suaraku yang gemetar. "Untuk pertama kalinya, Theo, aku gak bisa menahan diri karena keras kepalamu."

"....." Theo diam sesaat. "Jadi apa? Kau mau ini berakhir?"

"Kau yang bilang." jawabku. "Karena aku selalu mengalah padamu, kali ini juga. Dan ini bakal jadi yang terakhir."

Aku berbalik menuju pintu atap saat aku mendengar suara Theo. "Jangan pergi."

Aku berbalik dan membiarkan mata kami bertemu sekali lagi. "Sudah kubilang, kan? Tadi adalah terakhir kalinya aku akan mengalah padamu."

Aku menuruni anak tangga dengan pandangan kabur karena air mata. Langkahku kian melambat untuk berhati-hati dan segera berlari begitu aku sampai di lorong lantai empat. Tidak banyak siswa yang berkeliaran di lorong saat itu dan aku tidak memerhatikan wajah mereka apakah tengah melihatku berlari atau membiarkanku saja.

Kimberly Academy 2 : Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang