Bagian -08. (Revisi).

22.2K 1.9K 85
                                    

     

    _____🌟🏜️_____

Di balik sebuah keluarga yang hangat, bahagia dan berkecukupan, tak jarang ada luka yang tersembunyi. Apa yang dilihat orang lain hanyalah permukaanya saja. Setiap keluarga pasti memiliki rahasianya masing-masing.

Tak terkecuali keluarga Pranaya. Orang-orang selalu melihat keharmonisan di dalamnya, keluarga ini berkecukupan, saling menyayangi, harmonis, dan hangat. Tapi tak di pungkiri itu hanya lah permukaan nya saja. Pertikaian antara sulung dan bungsunya, selalu membuat Dina dan Gustav merasa menjadi orang tua terburuk, yang tidak bisa membuat kedua putranya akur.

Seperti saat ini. Dina berusaha membujuk El supaya mau keluar dari kamarnya, setelah pulang sekolah tadi  El langsung mengunci diri di kamar. Ia berucap jika mama dan papanya tidak mau memberi tahu kebenaran padanya, ia tak akan keluar dari kamar.

Dina takut, sungguh takut kenyataan ini justru membuat bungsunya sakit dan kecewa, kebenaran yang ia sembunyikan tanpa jejak harus terungkit karna Riana, bungsunya tak bersalah ia dan Gustav lah yang bersalah.

Kesalahan orang dewasa dimasa lalu.

Arka bilang El ngambek karna tidak di belikan es crim, tentu saja gustav tak percaya, bungsunya bukan tipe seperti itu.

"Papa tau, Arka berbohong, dia hanya berpura-pura," ucap Gustav pelan, tersisip kecewa yang begitu besar pada setiap bait kata yang terucap, pria paruh baya itu menyenderkan tubuhnya pada sofa.

"Maksud papa gimana?" Dina tampak terkejut.

"Papa tau semuanya lewat cctv kamar adek, anak itu bahkan mengikuti semua rencana busuk Arka," Jelasnya pada Dina, tak terasa air matanya meluruh, Dina terisak pelan.

"Arka kenapa.." Gustav mendekap sang istri dengan sayang.

"Tenang ma, kita bujuk Elvano pelan-pelan, supaya gak maksa buat tahu semua ini," ucapnya menenangkan.

Dina mengangguk lemah."Papa dobrak aja kamarnya, adek belum makan apa-apa sejak pulang sekolah."

"Iya, ayo."

Pemandangan pertama yang Dina dan Gustav lihat bukan lah pemandangan yang baik, melihat bungsunya terbaring tak sadarkan diri dengan obat yang berceceran di lantai, begitu membuat mereka tersentak, gagal, sekaligus hancur.

Gustav langsung menggendong anak kecilnya menuju rumah sakit diikuti oleh Dina yang sudah terisak kuat.

                  

____🌟🏜️____


Dina mengusap tangan dingin yang terbebas dari infus anaknya dengan teratur, menatap sendu sang bungsu, yang lagi-lagi harus kembali ke tempat ini, bahkan belum lama El juga sempat di rawat. Keadaan bungsunya semakin melemah, anak itu terus saja menolak untuk melakukan operasi jantung, Elvano bilang takut meninggalkan semua orang, terlebih lagi belum bisa membuat abang menyayainya.

Masker oksigen bertengger apik antara bibir dan hidungnya, Gustav mengelus pucuk kepala Elvano, tidak pernah tega melihat buah hatinya harus merasakan sakit yang teramat, bisakah rasa sakit bungsunya berpindah padanya saja?

"Adek sabar ya nak, bungsu papa kuat," ucapnya melirih.

"Abang---maafin adek," Dina dan Gustav tertegun, saling memandang satu sam alain, bahkan dalam tidurnya saja El tak bisa melupakan barang sejenak apa yang baru anak itu lalui.

''Hey sayang... buka matanya pelan-pelan, tenang jangan takut," instruksi dari Dina, El menurut, membuka matanya dengan perlahan, sesekali mengerjap lucu karna cahaya yang masuk ke dalam retina mata sang empu.

ELVANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang