Jangan jadi pembaca gelap!
Selamat membaca👌
Hawa tidak habis fikir mengapa Bilal sangat senang bermain dengan orang menyebalkan seperti Yusuf itu.
'awas aja kalau nanti ketemu lagi, bakal aku hajar dia habis habisan' ucap dalam hatinya.
****
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 malam, saat ini hawa adam dan kedua orangtuanya sedang berkumpul di ruang tamu rumahnya sembari membicarakan tentang sekolah hawa.
"Jadi bagaimana hawa?" Tanya Abi Idris to the poin.
"Bagaimana apanya Abi? Hawa gak ngerti" jawabnya dengan polos, Abi Idris tersenyum kepada anak perempuan satu satunya ini.
"Maksud Abi itu kamu mau mulai sekolah kapan? Dan mau tinggal di sini atau mau bergabung dengan santri lain di pondok?" Tanya umi Aisyah dengan jelas.
"Hawa mau tinggal di pondok aja bareng santri lain, tapi umi Abi ataupun bang Adam jangan cerita cerita ya kalau hawa anaknya Abi sama umi" ujarnya.
"Loh kenapa wa? Malu?" Tanya Adam bingung.
"Bukan malu bang, tapi hawa gak mau kalau hawa tidur di pondok nanti teman sekamar hawa jadi canggung sama hawa" jawabnya dengan polos.
ketiga orang dewasa itu tak habis fikir dengan pemikiran hawa yang sebegitu tidak ingin nya di akui sebagai anak dari penerus pemilik pesantren darul ta'lim yang cukup terkenal di kota Bandung yaitu KH. idris dan ustadzah Siti Aisyah.
"Hawa pengen dipandang biasa aja kaya santri santri lain, nanti kalau mereka tau kalau hawa anak umi sama Abi pasti mereka akan sangat menghormati hawa sebagai anak dari pemilik ponpes ini, dan juga hawa gak mau nanti temen temen santri berteman sama hawa bukan semata mata mereka tulus temenan sama hawa tapi mereka malah alasan saja agar bisa dekat sama umi dan abi" sambungnya panjang lebar.
Umi Abi dan Adam pun mengangguk paham akan maksud dari hawa ini.
"Ok, jadi mau kapan kamu tidur di pondok?" Tanya Adam.
"Besok, oh iya nanti kalau pada nanya bilang aja kalau hawa itu hanya anak dari teman umi sama Abi" ucap hawa lagi agar besok tidak ada salah kaprah.
Keesokan paginya tepatnya pada pukul 06.20 pagi umi Aisyah memanggil salah satu santri senior yang juga saat ini sudah mengabdi menjadi pengajar di ponpes darul ta'lim ini.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh umi Aisyah"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh Anisa, ayo sini masuk" balas umi Aisyah dengan ramah lalu mempersilahkan Anisa duduk.
"Afwan umi, ada apa ya manggil anna ke sini?" Tanya Anisa dengan sopan.
"Begini Anisa, jadi seperti yang sudah kamu lihat kemarin ada seorang gadis yang masih berusia 16 tahun ingin mondok di sini, namanya hawa beliau anak dari teman saya di surabaya" balasnya Anisa hanya mengangguk saja.
"Sebentar umi panggilkan, hawa sini nak" panggil umi Aisyah dengan lembut.
Hawa sedari tadi memang sudah siap di dalam kamar dengan menggunakan gamis berwarna hitam ditambah jilbab instan berwarna hitam juga.
"Iya umi?"
"Sini nak duduk" ajak umi menepuk sofa kosong yang berada di sampingnya.
"Nah hawa perkenalkan beliau ini namanya Anisa, Anisa ini hawa" ujar umi memperkenalkan mereka satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ustadz untuk hawa
Teen Fictionkisah perjodohan antara putri dari pemilik ponpes darul ta'lim dan ustadz killer dari lulusan ponpes darul ta'lim. sungguh tidak pernah terfikir kan sedikit pun di benak hawa kalau dia harus di jodohkan dengan santri orang tuanya sendiri yang saat i...