13. Lamaran

15 3 0
                                    

Saat ini hawa tengah berduaan dengan nenek mariam di kamar hawa, hawa sedang bercerita tentang semua hal termasuk pertunangan yang akan di adakan sore ini.

"Sekarang hawa dengarkan nenek ya." Ujar nenek mariam, hawa pun mengangguk lalu mendengarkan satu persatu nasihat yang nenek mariam ucapkan.

"Nenek yakin dengan keputusan kedua orang tua mu, insyaallahy ini adalah hadiah terbaik yang diberikan orang tuamu untuk teman di masa tuamu nanti. Dan kamu jangan menolak nya hanya karena alasan kalau kamu tidak suka dengan dia atau alasan yang sepele lainya"

"Bismillah insyaallah ini yang terbaik ndok. Yowes sekarang kamu siap siap mandi dan ganti pakaian mu, sebentar lagi keluarga yusuf datang kemari" titah nenek mariam kepada hawa.

Walaupun dalam hati hawa masih bersih keras untuk menolak perjodohan ini. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur.

'Tenang hawa, ini hanya acara lamaran saja belum sampai ke jenjang pernikahan. Masih ada waktu untuk kamu membatalkan pernikahan ini' ujar hawa dalam hati.

Selepas solat ashar kedua keluarga sudah berkumpul di ruang tamu menyisakan hawa yang masih terdiam di kamar seorang diri memikir kan nasibnya setelah menerima lamaran dari yusuf. Ingin sekali dia menolak lamaran ini, tapi dia juga tidak ingin mengecewakan pihak keluarganya.

Setengah jam berlalu, hawa pun di panggil oleh uminya untuk segera menghampiri keluarga yusuf.

"Hawa. Ayo kita hampiri keluarga yusuf" ujar umi aisyah.

"I-iya umi" jawab hawa gugup.

Saat hawa keluar kamar, semua mata langsung tertuju pada hawa. Setelah mengetahui kalau semua mata tengah tertuju padanya, hawa langsung menundukan pandangannya karena malu.

Hawa di persilahkan duduk di samping umi aisyah dan ibu fatimah lalu di hadapanya ada abi idris, yusuf, dan ayah mail. Juga kerabat lainya yang juga ikut dalam acara lamaran ini. Hanya keluarga inti saja yang ikut dan hadir dalam acara ini.

Setelah selesai dan hawa menerima lamaran ini acaranya pun selesai, keluarga yusuf kembali pulang kecuali yusuf yang mulai besok sudah mulai beraktifitas seperti biasa di pondok.

18.00
Karena hari ini hawa masih belum selesai haid makanya dia tidak ikut solat magrib berjamaah di masjid, dan memutuskan untuk tetap diam di kamar sendirian dengan pikiran yang berkecamuk kesana kemari sampai tak terasa hawa ketiduran sampai pagi.

"Ndok, bangun ndok sudah pagi. Hari ini anak pondok sudah kembali ke sini" nenek mariam membangunkan nya sembari mengusap pelipis dahinya yang tertutup rambut hitamnya.

"Na'am nek. Hawa bangun"

"Hawa mandi dulu ya" lanjutnya lalu pergi ke kamar mandi.

Selepas mandi hawa segera mengganti pakainya, hari ini belum masuk sekolah tapi hari ini para santi sudah selesai berlibur dan kembali ke pondok. Saat sedang merapihkan kerudungnya dia melihat pantulan cincin di cermin, hawa lupa melepasnya semalam.

"Aku lepas aja deh cincinya. Pokonya jangan ada anak pondok satupun yang tau kalau aku sudah lamaran dengan ustadz yusuf" dialog nya pada diri sendiri di depan cermin. Lalu dia meletakan cincinya kembali ke dalam kotak dan memasukanya ke dalam laci.

Nenek mariam dan om badrul hari ini kembali pulang ke surabaya karena ada pekerjaan yang tidak bisa om badrul tinggalkan lama lama.

"Assalamualaikum fii amanillah nenek, kalau sudah sampai kabari ya" ucap hawa memberikan salam perpisahan sebelum nenek dan om nya di antar ke bandara oleh adam.

"Kalau begitu hawa kembali ke pondok ya umi, assalamualaikum." Pamitnya kepada umi yang juga ikut ke gerbang untuk mengantarkan nenek dan om badrul.

ustadz untuk hawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang