14. Surat cinta

14 2 0
                                    

Hawa pov

Selesai solat magrib aku dan yang lainya lanjut pergi ke aula untuk mempelajari tafsir qur'an bersama, dan malam ini kelas santri putra dan santri putri di satukan, hanya sekat gorden saja yang memisahkan jarak antara santri putri dan putra.

Mereka semua sangat senang setelah mendengar bahwa malam ini ada kelas tafsir qur'an karena setiap ada kelas ini, santri putra dan putri di satukan dalam aula yang cukup besar dan luas, kelas ini di adakan satu pekan sekali, lalu yang membuat malam ini ditunggu tunggu oleh mereka karena di akhir kelas akan ada petugas keamanan memanggil para santri putra dan putri untuk maju kedepan membacakan surat surat yang tidak tersampaikan kepada yang dituju.

"Aish, senang kali lah aku. Akhirnya malam yang ku tunggu tunggu datang juga" ujar sita.

"Kalau bisa nih, da aku mah mendingan gak usah ikutan kelas ini aja" timbal abel.

"Kenapa?" Tanya ku.

"Kamu tau sendiri kan setiap ada kelas ini diakhir nya pasti ada surat surat yang di pegang petugas kemanan untuk di bacakan. Dan pasti nama ku selalu ada di salah satu isi surat mereka." Balas abel.

"So cantik kamu" ledek fatonah.

Aku hanya terkekeh melihat tingkah mereka. Umi aisyah dan abi idris yang akan menjelaskan tafsir qur'an ini sudah datang dan duduk di depan kami semua.

Penjelasanya sangat menarik bagi ku yang sedang mendalami qur'an dan ingin tau isi al qur'an. Kenapa umi aisyah dan abi idris tidak pernah menjelaskan sedetail itu kepadaku? Tapi tidak apa, yang penting malam ini aku mendapatkan banyak ilmu baru dari penjelasan yang sudah umi dan abi jelaskan.

Selesai kelas umi dan abi sudah pergi kini giliran petugas kemanan santri putra dan putri yang maju kedepan untuk menyuruh pengirim surat cinta itu membacakanya di depan semua santri.

"Ya allah semoga kali ini tidak ada namaku di sana. Aamiin" ucap abel berdoa.

"Baik sebelum kita tutup kelas ini, seperti biasa saya akan memanggil para pengirim surat ini yang sudah di kumpulkan selama satu pekan" ujar petugas keamanan.

Mereka memanggil si pengirim surat terlebih dahulu untuk maju kedepan ada sekitar sepuluh santi putra dan enam satri putri yang ketahuan ingin mengirimkan surat tapi tidak tersampaikan kepada si penerima.

Dimulai dari santri putri terlebih dahulu membacakan suratnya dan menyuruh yang di tuju dari surat itu untuk ikut maju kedepan. Dilanjut santri putra yang membacakan suratnya.

"Silahkan"

"Dari rido untuk hawa" ujarnya.

Aku pun terkejut saat surat itu di tuju untuk yang mempunyai nama hawa.

"Yang merasa namanya hawa silahkan maju ke depan" ada sekitar delapan orang yang merasa memiliki nama hawa untuk maju kedepan salah satunya aku, aku berdoa semoga bukan aku yang dia maksud.

"Masyaallah banyak juga yang namanya hawa, hawa yang mana yang surat ini kamu tuju" tanya petugas keamanan itu. Lalu santri putra yang bernama rido itu menunjuk aku.

Sontak membuat ku lagi lagi terkejut dan aneh, padahal selama aku tinggal di sini jarang sekali menemui santri putra, bahkan orang orang nya pun aku tidak hafal saking banyak nya.

"Silahkan hawa berdiri dulu di sini" ujar petugas kemanan putra.

"Kamu, silahkan bacakan tujuan surat itu"

"Dari ilham untuk hawa" orang ini kembali menunjuk aku.

"Selanjutnya, silahkan"

"Dari fahmi untuk hawa" tiga orang sudah memanggil nama hawa dan mereka masih menunjuk aku.

ustadz untuk hawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang