Outher pov
Baru saja mereka selesai belanja tiba tiba hujan turun dengan deras di tambah suara petir yang sangat jelas sehingga membuat hawa yang memang takut mendengar suara petir meringis ketakutan dibelakang sita sambil memejamkan matanya.
"Anti gak papa hawa?" Tanya teh balqis memastikan.
"Afwan teh balqis, hawa memang takut dengan suara petir. Apalagi ini sangat jelas suaranya." Jawab sita.
"Yowes kita cari tempat yang agak kedap suara dari luar. Kita masuk ke dalam lagi saja" tawar teh fitri dengan ciri khas logat jawa nya yang kadang kadang masih ke bawa ke kehidupan sehari harinya.
"G-gak usah teh, gapapa kita di sini saja. Hujannya juga sudah mereda dan suara petirnya pun sudah tidak terdengar." Balas hawa dengan sopan.
"Kalau begitu ada baiknya kita segera balik ke pondok" usul teh balqis.
Di pondok
Sesampainya di pondok sita dan fitri segera pergi ke dapur untuk menyimpan bahan masakan sedangkan hawa dan balqis mengembalikan motor kepada para pemiliknya.Hawa memarkirkan motor yusuf di halaman asrama putra lalu segera menghampiri yusuf yang sedang membantu para pengurus dan santri yang sedang merapihkan dan mengosongkan lapangan untuk pemasangan panggung besok pagi.
"Santri putra pada kemana ya? Padahal aku mau nitip kunci motor gus yusuf." Ujar hawa berdialog sendiri.
"Anti masih mencari ustadz yusuf ya hawa" tanya teh bilqis yang kebetulan saja lewat.
"Na'am teh. Teh balqis udah ngasih kuncinya ke kang hilman?" Tanya hawa.
"Sudah. Ustadz yusuf juga ada di sana" tunjuknya ke arah lapangan yang lumayan banyak orang.
"Na'am teh. Syukron" jawab hawa lalu segera menghampiri yusuf di lapangan.
Sesampainya di lapangan hawa langsung menghampiri yusuf yang sedang memungut sampah bersama para pengurus dan santri yang lain.
"Afwan gus. Ini kunci motornya" kata hawa menyerahkan kunci motor.
"Kalian bereskan sampah dedaunan yang ada di sebelah sana" perintah yusuf kepada para santri putra.
"Na'am gus"
"Tadi hujan" kata yusuf sambil menepuk nepuk tanganya yang kotor.
"Na'am gus." Jawab hawa.
"Kenapa gak basah?" Aneh. Pertanyaan macam apa yang yusuf ajukan.
"Memangnya kalau hujan baju saya harus basah biar ada bukti?!" Tanya hawa geram. Manusia ini memang tidak bisa di tebak kadang menyebalkan kadang juga bisa membuat jantung hawa tidak aman.
"Kenapa marah?"
"Saya gak marah"
"Saya hanya bertanya karena saya khawatir sama anti." Ucapnya.
"Oh. Yasudah saya izin pamit gus, assalamualaikum" pamit hawa.
"Jangan dulu pergi. Tolong ambilkan air mineral dus jangan lupa makanan ringanya."
Hawa hanya mengangguk mengiyakan. 'Dasar manusia menyebalkan gak tau apa kalau aku cape!' Ujar hawa dalam hati.
"Yang ikhlas jangan gerutu gitu." Ucapnya.
Aneh tapi nyata, kenapa dia tau isi dalam hati hawa. Tidak mau berurusan lebih lama, hawa pun segera pergi.
Sesampainya di dapur hawa langsung menyiapkan makanan ringan.
"Untuk apa wa?" Tanya teh anisa.
"Ustadz yusuf minta di bawakan makanan ringan dan minumnya untuk para santri dan pengurus di lapangan" jawab hawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ustadz untuk hawa
Teen Fictionkisah perjodohan antara putri dari pemilik ponpes darul ta'lim dan ustadz killer dari lulusan ponpes darul ta'lim. sungguh tidak pernah terfikir kan sedikit pun di benak hawa kalau dia harus di jodohkan dengan santri orang tuanya sendiri yang saat i...