04. Soon

21.2K 1.5K 62
                                    

Beberapa karyawan kembali berdatangan lalu mencari tempat duduk untuknya makan. Sandra kembali tersenyum paksa, ia mengulurkan daftar menu sambil menawarkan segala hal yang biasa diucapkan oleh seorang waiters.

Setelah bertemu istri bos dan anaknya di depan lift tadi, bosnya langsung mengajak dua perempuan itu untuk makan, Sandra awalnya senang bisa ikut gabung sama mereka. Namun saat sampai kantin, waiters-waiters perusahaan bosnya tiba-tiba kosong, karena hanya dia yang bukan orang penting di sana, istri dari bosnya langsung saja menyuruhnya menjadi waiters dadakan. Sandra menyanggupi dengan biasa saja tadinya, tapi sudah sejaman lebih ia sibuk mengantarkan makanan untuk orang yang satu demi satu bermunculan. "Rajin banget, San." Celetukan temannya dari devisi lain, Sandra lagi-lagi hanya bisa tersenyum paksa. "Mau pesan apa?"

"Serius gue pesen ke lo?" tanyanya tak enak.

"Iya, ck. Cepetan gue capek," kesal Sandra menyiapkan pulpen untuk menulis pesanan di note kecilnya.

"Ayam bakar tapi paha atas, kentang goreng pake saos tomat aja, sama jus apel tapi apel ijo, biasanya tau kok yang suka masak." Wanda mendongak setelah  menutup daftar menunya. "Udahlah, nanti lo capek lagi, gue kasian sama lo, sekolah tinggi-tinggi malah jadi babu."

Sandra memutar matanya malas, dan segera pergi untuk memberikan catatan pesanan pada chef. Setelah selesai, Sandra menghela nafasnya lega. Sebentar lagi, jam istirahat akan habis, semoga saja tidak ada orang yang akan datang ke kantin lagi. Namun setelah Sandra sampai di meja keluarga kecil bosnya, tiba-tiba seseorang kembali membuatnya tak bisa duduk.

"Eh, tolong pesenin jus mangga lagi dong. Dua aja." Perintah Beby sekenanya.

Sandra diam sejanak, peluh di dahi kembali terasa banjir membuatnya yakin ia harus menge-tapnya kembali dengan bedak.

"Kamu denger saya kan?" Beby mendongak, tersenyum manis, seakan-akan tengah mengejek Sandra yang kini sangat kucel dan bau.

"Saya denger mrs," jawab Sandra membuat Beby lagi-lagi tersenyum dan mengangguk. "Dua ya. Yang satu batu esnya jangan banyak."

Sandra menghela nafas sabar. "Baik mrs."

Beby mengangguk lagi dan mempersilahkan Sandra untuk segera pergi.

Setelah melihat Sandra pergi, Beby mendatarkan wajahnya kembali. Ia tetap tak ingin berbicara pada pria yang sejak tadi di sampingnya.

"Jangan makan sambal." Raka mengambil beberapa sambal yang sudah tersaji di meja. Syasha yang baru saja akan mencoleknya dengan daging sontak cemberut. "Dikit doang."

Raka tetap menggeleng, ia mengambil tissu basah lalu mengusap bibir putrinya yang benar-benar belepotan dengan saos tomatnya. Setelah selesai, Raka menarik dagu perempuan yang sejak tadi belum bicara kepadanya, dengan penuh kelembutan juga Raka membersihkan noda-noda makanan yang tertempel di ujung bibir.

"Katanya mau absen jadi mommy," tanya Raka seraya menatap mata Beby lembut.

Beby tak menjawab.

"Sama siapa kesini?" tanyanya lalu Raka melepaskan tangannya yang sejak tadi merengkuh pinggang istrinya. Sorot matanya sangat lembut.

Karena mommynya hanya diam, Syasha memegang tangan daddynya untuk menarik perhatian. "Tadi kita sama sopir dad, tapi ada paman Jeto juga kok."

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang