"ABANGGG AYO! ANGKAT BANGG! ANGKAT!" teriak Syasha heboh. Marvel mengepal tangannya dan mengangkatnya terus menerus untuk memberi semangat pada Revan yang tengah berjuang di medan perang.
Dua kali, gagal.
Sembilan kali, gagal.
Empat belas, lima belas, dua puluh.
Gagal.
Revan mengangkat kedua tangan. "Abang nyerah."
Syasha dan Marvel mengikuti arah mesin capit itu yang kembali ke sisi permula.
Syasha melotot lucu, lalu segera menoleh ke arah Revan. "Gak! Abang harus dapetin!"
Revan menggeram lelah. "Abang gak bisa sayang."
"Syasha mau itu! Titik. Gak ada ada koma!" Syasha segera menyilangkan tangannya di dada.
Revan menghembuskan nafas lelah, dia menoleh ke arah Marvel. "Lo Vel! Gantian," titahnya, namun Marvel segera menggelengkan kepalanya.
"Lo mau gue ngelakuin hal konyol tiba-tiba nonjok ni kaca?"
"Boleh!" balas Revan sangat setuju.
"Gak-gak!"
"Ck! Ini coba dulu!" perintah Revan sambil memberikan beberapa koin yang tersisa.
Marvel menatap koin itu perlahan. "Menurut lo kenapa harus ada mesin capit ini kalo udah ada toko boneka?" gumamnya yang hanya bisa di dengar Revan.
Revan ikut memandangi koin-koin di tangan Marvel. "Apa harus nyuruh kakek musnahin?"
"Ide bagus."
"ABANGGGG CEPETANNN!"
***
Suasana di mobil begitu hening, hanya terdengar beberapa kendaraan yang tak begitu berisik, Syasha juga sama sekali tak bersuara. Hanya Revan yang tengah sibuk bermain ponsel, sedangkan Marvel tengah menyetir dengan fokus.
"Mau tidur?" tanya Revan setelah menaruh ponselnya di kantong.
Syasha tak menjawab, matanya masih terbuka dengan menatap jalanan di luar. Lalu Revan kembali menghela nafas, sedangkan Marvel hanya bisa ngintip di kaca atas sebab Syasha ingin duduk di belakang.
Dugh.
"Bangs-" Marvel segera menghentikan umpatannya dan menatap tajam ke arah kaca. "Apa-apaan sih lo?!"
Revan berdecak. Setelah itu, dengan perlahan ia mendekati Marvel. "Ngebut sedikit, kita di tungguin," bisiknya.
Marvel melirik sekilas. "Kita bawa Syasha."
"Sedikit, bodoh!" kesal Revan seraya kembali duduk di samping Syasha. Dia kembali menatap adiknya, sedangkan Marvel tengah mengumpati saudaranya dalam hati.
"Tidur yuk," ujar Revan pelan. "Udah malam," sambungnya. Perlahan ia memberanikan diri memeluk adiknya, sebab sejak pulang dari mall tadi, dia dan Marvel tidak boleh menyentuhnya sedikit pun.
Namun Revan akhirnya tersenyum lega, karena kini, adiknya sudah di dalam dekapan dirinya.
"Besok coba lagi ya."
"Syasha udah gak mau," jawab Syasha dengan suara pelan.
Revan menghela nafas, perlahan ia mencium pucuk kepala adiknya sekilas. "Maaf."
Setelah dua jam di perjalanan, akhirnya mereka bertiga sampai, mereka menunggu pagar terbuka, saat Marvel sudah memasuki area mansion, di teras dia bisa melihat ada beberapa yang menunggu termasuk El.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syasha (Sudah Terbit)
Non-Fiction(Follow because private) Saran, mumpung masih lengkap, mending baca. Sebelum di hapus untuk terbit. *** Syakila Ratu Anderson, seorang gadis yang terlalu indah untuk menjadi manusia. Dia mempunyai 1 abang kandung dan 4 abang sepupu laki-laki yang b...