El terbangun saat mendengar tangisan keras seseorang di sampingnya, tubuhnya bergerak hingga menyerong ke arah nakas. Setelah itu mata pandanya melirik jam di atasnya yang ternyata masih menunjukkan pukul empat pagi.
"Jangan nangis..." bisik El lembut. Dia menenangkan adiknya yang menangis, plester demam di kening adiknya El ganti yang baru. Dia juga membenarkan cupluk di kepala adiknya yang terbuka.
Setelah itu El kembali memeriksa adiknya dengan termometer untuk di informasikan ke bundanya nanti. Setelah selesai, ia hanya mengelus adiknya lembut sampai pagi menjelang.
Sudah pukul enam pagi. El memutuskan mandi. Sampai beberapa menit, ia selesai juga memakai baju. El memeriksa adiknya yang ternyata masih terlelap. Untuk itu ia keluar, berniat untuk menyuruh maid membuatkan bubur.
***
"Lho non Syasha udah bangun?"
Syasha hanya diam, kepalanya masih merasakan sakit namun tidak sesakit semalam sebelum ia akan tidur dengan abangnya.
"Minum susunya non," ujar maid yang baru membersihkan kamar El.
Mata Syasha melirik nakas, dan melihat segelas susu yang masih utuh. Tiba-tiba ia teringat daddy dan mommynya yang katanya sedang ke Rusia.
"Lhooo... Non! Kok nangis???" panik maid menghampiri Syasha yang sesegukan. Dia di peluk, dan Syasha berusaha mengatur nafasnya yang tiba-tiba sesak.
"Daddy.." gumamnya sedih. Matanya menatap lemah ke arah maid. Seakan tahu maksud dari tatapan itu, maid tersebut tersenyum menenangkan.
"Tuan besar lagi perjalanan pulang katanya, non Syasha gak usah nangis. Semalam sudah banyak nangis lho." Air mata Syasha di usap lembut oleh maid tersebut. Syasha masih sedih, tidak terhibur walau mendengar pernyataan itu.
"Abang?"
"Tuan muda lagi ngambil sarapan buat nona di bawah."
Pasti bubur! Tiba-tiba dia beranjak duduk, membuat maid di sampingnya heran. "Mau kemana non? Mau ambil susu? Biar saya ambil."
Syasha menggeleng. "Awas."
"Lho?" heran maid itu lalu menyingkir dan berdiri.
Tak lama Syasha pun berdiri membuat maid tersebut melotot. "Non mau kemana? Kamar mandi? Mau pipis ya?"
Syasha membisu, saat berdiri tiba-tiba semua di sekelilingnya bergoyang. Perutnya pun bergejolak, entah makanan apa yang membuat perutnya bisa sampai seperti ini.
"Non?"
"Syasha mau ke abang," beritahu Syasha setelah perutnya lumayan membaik.
"Tapi non harus istirahat, nanti abang non Syasha kesini kok," ucap maid itu sedikit cemas karena Syasha mulai berjalan ke arah pintu.
Sedangkan Syasha semakin merasakan kepalanya berat, apalagi maid di dekatnya terus saja mengoceh, namun karena keras kepalanya, ia masih saja meneruskan jalan walaupun perlahan.
Namun saat akan membuka pintu, pintu kamar abangnya sudah dibuka. Maid di belakang mulai tersenyum melihat El datang. Berbeda dengan Syasha yang panik saat perutnya semakin bergejolak mencium aroma bubur yang di pegang di tangan kiri abangnya.
Syasha menutup mulut. Namun El segera melepaskannya dan Syasha tak bisa menahannya lagi.
Yash! El sudah merangkul Syasha yang kini memuntahkan isi perutnya. Alih-alih jijik, justru El cemas dan menyuruh maid tersebut mengambil mangkuk di tangannya, dan El sendiri dengan cepat mengambil rambut Syasha dan menjadikannya satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syasha (Sudah Terbit)
Non-Fiction(Follow because private) Saran, mumpung masih lengkap, mending baca. Sebelum di hapus untuk terbit. *** Syakila Ratu Anderson, seorang gadis yang terlalu indah untuk menjadi manusia. Dia mempunyai 1 abang kandung dan 4 abang sepupu laki-laki yang b...