"Manda lama!"
Manda yang tengah memberi polesan bedak ke wajahnya hanya bergerak santai, ia tidak menghiraukan gerutuan Syasha yang sejak tadi terdengar. Setelah tiga menit berlalu, akhirnya ia puas dengan wajahnya yang kembali fresh seperti semula.
"Ayooo," rengek Syasha begitu kesal.
Manda mengangguk lalu menyimpan bedaknya kembali, setelah itu ia berhenti menatap kaca sebentar, melihat penampilannya yang sudah lebih baik dari sebelumnya, saat benar-benar tengah memuja dirinya sendiri, tiba-tiba tangannya di tarik oleh Syasha hingga keluar dari kamar mandi.
Manda menghela nafas gusar. "Biasa aja sih, abang lo gak bakal ninggalin lo ini."
Syasha berdecak, dia melepaskan tangannya lalu kembali berjalan dengan normal. "Manda ngapain sih dandan segala, kita kan mau pulang." Lagi-lagi Manda mendengar omelan itu.
Manda menoleh sekilas sebelum kembali memperhatikan koridor yang masih tampak ramai. "Penampilan itu nomor satu Sya, setidaknya kalo gue gak cantik-cantik amat kayak lo, gue harus good looking dari groomingnya," beritahu Manda lalu diam sejenak. "Lagian gue cuman pake bedak, sama pelembab bibir," lanjut Manda cuek.
"Tapi Manda biasanya gak gini," keluh Syasha.
Manda mulai tersenyum ke arah Syasha. "Gue dapat pencerahan dari kak Dinda. Lo harus belajar juga dari dia!"
Syasha menggeleng. "Kata daddy. Syasha udah cantik."
Manda berdecak. "Kok gue kesel sih dengernya?"
Syasha menoleh, dia mengangkat alisnya heran. "Kok?"
"Lo ngomong gitu seakan-akan paling sempurna," ujar Manda sambil mendesah. "Lo jangan ngomong gitu lagi deh," peringatnya.
"Kenapa?" Syasha menoleh membuat mereka bertatapan sebelum akhirnya Manda mengalihkan pandangannya kedepan.
"Nanti orang-orang bisa iri dengki sama lo, kalo ada orang yang punya penyakit hati, pasti jadi jahat sama lo." Manda menghela nafas. "Padahal lo cuman ngomong apa adanya," lanjutnya.
Syasha mulai tersenyum. "Tapi kalo sama Manda boleh kan?"
"Anying! Lo mau buat gue mati gara-gara iri sama hidup lo?" sentak Manda berubah judes membuat Syasha tertawa keras.
"Nggak juga," ucap Syasha di tengah tawanya. "Syasha cuman mau buat kesel Manda aja."
"KURANG AJAR!"
Sontak Syasha menyemburkan tawanya seraya berlari meninggalkan Manda, melihat hal tersebut, Manda akhirnya ikut mengejar, mereka berlarian di koridor tanpa memperdulikan orang-orang sekitar.
Setelah beberapa menit Manda berlari, dia mulai tersadar sesuatu. Manda akhirnya berhenti mendadak, lalu terdiam sambil memegang rambutnya sendiri yang kini acak-acakan, dan saat itulah ia menyesal mengejar Syasha. "Ngapain ngikutin dia lari sih!" gerutu Manda lalu berjalan santai sambil merapihkan rambutnya.
"SYASHAAA JANGAN LARI DI TANGGA!" teriak Manda saat melihat Syasha sudah akan menuruni tangga.
Syasha tak menjawab, dia mulai menuruni tangga dengan gerakan cepat, peringatan Manda tadi seakan angin berlalu. Karena ternyata, menuruni tangga dengan cepat bahkan sampai Syasha menghitung satu anak tangga dengan satu detik itu sangat menyenangkan.
Rambut panjangnya bergoyang mengikuti langkahnya yang cepat, sedangkan tasnya bergerak tak menentu karena Syasha yang sangat brutal menuruni tangga.
Syasha sudah hampir sampai bawah, senyumannya semakin lebar saat berniat akan meloncat di anak tangga kedua. Mungkin abangnya akan shock melihatnya jika tahu, tapi yang pasti Syasha senang melakukan ini. Karena dia seakan sedang tengah berolahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syasha (Sudah Terbit)
Non-Fiction(Follow because private) Saran, mumpung masih lengkap, mending baca. Sebelum di hapus untuk terbit. *** Syakila Ratu Anderson, seorang gadis yang terlalu indah untuk menjadi manusia. Dia mempunyai 1 abang kandung dan 4 abang sepupu laki-laki yang b...