48. Dinda's plan

6.6K 1.1K 805
                                    

"DINDA!"

Dinda tersentak kaget. Dia mendongak, lalu menoleh cepat ke belakang dan tersadar kalau lampu villa mati mendadak.

Dinda sudah setengah jam duduk di balkon. Setelah menangisi nasibnya sendiri. Dan tak sadar kalau ia ketiduran di balkon dengan bersandar di pembatasnya.

Dan saat mendengar seruan itu, Dinda akhirnya segera beranjak masuk, pasalnya suara Yuni memanggilnya terdengar panik yang berlebihan.

"Listriknya mati!" Yuni segera memeluk temannya setelah Dinda sampai di ranjang.

Dinda mematung, mengernyit keningnya heran saat merasakan tubuh Yuni bergetar hebat.

"Lo kenapa?" herannya.

"Phobia. Gue punya phobia gelap, tolongin gue Din, gue mau keluar aja," lirih Yuni yang kali ini adalah hal pertama bagi Dinda. Pasalnya setaunya, Yuni sosok wanita yang tangguh, mandiri, dan galak. Dan baru kali ini ia mengetahui Yuni memiliki kelemahan.

Dinda mengangguk cepat. "Ayok!"

Dinda tidak pernah takut apapun. Dia sudah merasakan kesendiriannya selama hidupnya, dia selalu berada diruang gelap, pengap, dan kosong.

Mansion besarnya yang selalu tak berpenghuni, tak jarang membiarkan gelap gulita agar Dinda tak melihat barang-barang orangtuanya yang masih tertinggal.

Akhirnya mereka sampai di teras Villa, Yuni segera mengambil nafas banyak-banyak setelah duduk di bangku.

Sedangkan Dinda segera mengambilkan air untuk cewek itu. "Lo punya riwayat sesek juga?"

"Nggak. Kalo orang phobia gelap emang gini, nggak bisa napas normal, susah buat hirup udara, kayak lo lagi ada di ruangan kecil, sempit dan gak bisa kemana-mana."

"Cuma pikiran dan tubuh lo yang bergerak ketakutan."

Dinda mengangguk paham.

Sedangkan Yuni meminum airnya hingga tandas. Lalu dengan tangan yang masih tremor, ia memberi gelas kosongnya pada Dinda. "Anak cowok masih disana?"

"Iya." Dinda diam memperhatikan Yuni yang terus mengatur napasnya.

Yuni mendongak. "Lo liatin kamar Manda sama Syasha, nanti kalo gue udah enakan gue panggil cowok-cowok buat benerin listrik."

Pasalnya tebing yang di tempati mereka memang membelakangi villa karena tempat duduk mereka menghadap perbukitan. Dan mereka memang memiliki jarak dari villanya, walaupun tidak jauh, mereka tetap tak sadar bahwa ternyata villa terjadi korslet listrik seperti ini.

Dinda akhirnya meninggalkan Yuni di teras, lalu kembali lari ke atas, membuka pintu kamar utama yang di huni gadis-gadis yang lebih muda darinya.

Manda tengah tertidur pulas. Namun netranya terfokus pada Syasha yang tengah menarik nafasnya banyak-banyak di dalam tidurnya.

Gadis itu tidak tenang.

Sama seperti yang Dinda lihat dari gejala Yuni barusan.

Dinda perlahan mendekati ranjang.

"Manda," Dinda menepuk pipi gadis itu berkali-kali, wajahnya panik, Manda yang baru menggeliat di kasur langsung menatap heran ke arah kakak kelasnya.

"Kenapa kak?" tanyanya yang masih lemas.

"Ayok ke teras, listriknya mati."

Manda melenguh malas. "Gak usah kak, gue disini aja."

"Lo mau sendiri? Semuanya ada diluar."

Manda langsung menggeleng. "Takuttt."

"Yaudah ayok!"

Dinda membantu adik kelasnya berdiri, lalu saat Manda sudah memakai sendalnya, dia berjalan dengan melangkah gontai keluar kamar.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang