43. Boston

6.8K 897 68
                                    

Beberapa hari yang lalu, setelah Syasha megungkapkan keresahan perutnya di depan semua keluarganya, ia menjadi pasien bunda Farah selanjutnya.

Berlangsung seharian. Sebab, Syasha sudah uring-uringan dan berusaha membuat mereka percaya bahwa dia tidak kenapa-kenapa. Syasha memang tidak merasa sakit apapun lagi. Jadi setelah itu semua membaik.

Keputusan berlibur pun diperbolehkan namun dengan syarat-syarat tertentu.

Dan akhirnya, hari yang dinanti pun tiba. Kini para perempuan sedang menunggu para laki-laki untuk membersihkan tubuh setelah berlatih sejak pagi.

Karena tak ada waktu bagi Celo dan yang lain untuk berbelanja. Para perempuan dengan berbaik hati mengganti peran mereka.

Belanja kebutuhan mereka disana.

Kecuali, Syasha tentunya. Gadis itu tidak diperbolehkan oleh El. Jadi hanya gadis itu yang tengah menunggu dimansion Dafa dan Dafi. Kebetulan mansion mereka yang dijadikan tempat berkumpul.

"Banyakin sosisnya, banyak yang suka pasti."

Dinda menyetujui. Dia mengambil beberapa bungkus sosis yang khusus untuk di panggang. "Ini yang ada isinya juga enak."

"Iya kak," Manda mengambil mie samyang dua puluh bungkus. "Campur samyang enak."

"Cukup mie segitu?" tanya Dinda saat melihat sekilas. "Jangan lupa saos barbeque nya."

"Iya kak." Manda mengambil beberapa keperluan untuk membuat saos barbeque nanti.

Sudah terhitung setengah jam mereka berbelanja. Dinda dan Manda yang paling sibuk mencari bahan, sedangkan Yuni berpisah untuk memborong segala jajanan untuk mengemil mereka disana.

"Nambah gak?" tanya Manda memperlihatkan keranjangnya.

Dinda melirik sekilas. "Cukup-cukup."

Sambil menaruh keranjangnya di lantai, Manda memutuskan menghampiri Yuni saat perempuan itu tengah berada di stand minum.

"Banyak banget kak," seru Manda tak percaya. Dia berhenti di dekat Yuni yang sempat menoleh.

"Menurut gue ini sih kurang, paling abis semalam, gue tuh tau tabiat antek-anteknya Dewa tuh kek anjing kelaparan."

Manda tertawa. Tidak mempermasalahkan kata-kata kasar yang keluar dari mulut cewek itu.

Tawanya mereda saat Yuni berkata untuk mengambil makanan sepuasnya. Setelah itu dengan semangat Manda mengikuti saran kakak kelasnya.

"Gue ngambil keranjang apa campurin punya kakak?" tanya Manda.

"Campurin aja, nanti kalo gak muat baru ambil."

Manda mengangguk. "Kak Dewa baik ya ternyata, gue kita cuma ke Syasha aja baiknya," gumam Manda.

Yuni melirik sekilas sebelum matanya memutar malas. "Berarti cewek itu di anggep temennya. Dewa bakal royal sama orang yang udah bener-bener di anggap temen."

"Ohh," Manda mengangguk pelan. "Gue kira karena dia suka Syasha."

Tangan yang baru terulur mengambil sebotol minuman kaleng, kini berhenti bergerak. Yuni tertegun beberapa saat, dadanya bergemuruh, sesaat Yuni kembali menghembuskan nafas kasar lalu kembali melanjutkan kegiatannya. "Bukan."

Manda yang tengah sibuk mengambil snack dibelakang tubuh Yuni hanya mengangguk-angguk.

Sedangkan di lain tempat. Tepatnya di mansion Fantelio, seorang gadis tengah mengobrol ria bersama Merry, mama Dafa dan Dafi.

Merry berkali-kali mendengarkan curhatan gadis di depannya dengan kekehan yang tak bisa lepas dari bibirnya. Lalu terlihat serius saat gadis itu menceritakan tentang kekhawatiran keluarganya.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang