51. Died

7K 1K 213
                                    

Voteeee!

***

Dengan perasaan marah yang luar biasa, El sudah meretas beberapa data milik keluarga Dinda dan semuanya sudah berada dalam ambang kehancuran.

Dia juga baru ingin mencari tempat tinggal Dinda saat ini.

Cewek terbodoh yang sudah buta karena cinta.

El paling benci dengan kata cinta seperti itu. El tak suka jika rasa cinta itu membuat sebagian manusianya hilang, yang justru menumbuhkan perasaan tak jelas seperti sekarang.

Dinda harus dihukum hingga jera. 

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi. Kata beberapa orang suruhannya, cewek itu tinggal di tempat tantenya.

Dan saat mereka kesana. Semua sudah kosong. Tidak ada satupun barang yang tersisa.

El akan terus mencari walaupun kembali tak akan tidur semalaman. Semua yang dilakukan cewek gila itu harus dibayarkan secara spontan secepatnya.

Lagi-lagi El kembali emosi saat mengingat adiknya selesai dioperasi beberapa jam yang lalu.

Kini El tidak diberi kabar oleh siapapun tentang keadaan adiknya perihal operasi tersebut. El akan fokus mencari hilangnya Dinda terus hingga keujung dunia sekalipun.

Tidak ada kata ampun untuknya.

El harus membalasnya hingga benar-benar cewek itu menyesal telah membuat adiknya sakit seperti sekarang.

***

Bugh!

El semakin emosi saat orang suruhannya tak menemukan apapun. "Saya sudah mencari dikediaman ibunya, di negara Jerman. Tapi tidak ada pelaku disana," ucap bodyguard lainnya.

Brugh!

Dor!

Suara tembakan itu menggema di jalan sepi. Bodyguard yang baru bicara dengan El langsung terjatuh bersimpah darah di dadanya.

El menatap tajam ke bodyguard yang lain.

"T-tuan.."

El menoleh.

Bodyguard yang El tugaskan untuk mengecek bandara keberangkatan.

"Tidak ada namanya dibandara, yang berarti pelaku masih ada di negara ini."

"Dimana?"

"S-saya hanya menemukan tantenya."

Dor!

Bugh!

Brugh!

Dengan emosi El memukul dan menembak bodyguardnya. Walaupun tidak sampai mati, tapi El selalu bisa melumpuhkannya hingga ia sekarat.

Mata merah El yang tak tidur semalaman kini semakin terlihat menyeramkan karena emosi.

"Sekap tantenya di markas!"

"Baik tuan!"

El segera memasuki mobil hitamnya, dengan perasaan kalut.

Dia ingin mencari obat penenangnya.

Adiknya yang sampai saat ini belum bangun dari tidur panjangnya. Kini harus berada dalam jangkauan El.

El tak bisa berlama-lama jauh dari adiknya.

Saat mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Akhirnya El sampai diparkiran rumah sakit. Tubuh El yang masih kotor kini ditutupi dengan jaket miliknya. Lalu El berjalan dengan tegap dengan aura yang masih menakutkan saat orang melihatnya.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang