23. Why not?

12K 1.2K 82
                                    

Dinda, gadis berkulit putih, wajah yang oval dan berwajah cantik juga dewasa. Tubuhnya tinggi membuat sebagian orang menyangkanya adalah model, sebab bajunya yang di pakai pun ber-ootd dengan baik.

Seperti saat ini, dengan rok sepaha berwarna putih, dilapisi baju branded tanpa lengan. Membuat gadis itu menjadi pusat perhatian laki-laki yang ada di taman. Terkecuali El tentunya.

Karena cowok itu sejak tadi hanya diam menjaga adiknya. Tidak ke perempuan yang sejak setengah jam ini sudah ikut gabung bersamanya, sesekali berusaha mengajak dia mengobrol.

El kadang hanya berdehem untuk menjawabnya, sisanya diam tak menanggapi atau pura-pura mengajak adiknya ngobrol. Namun sayangnya, El yang justru di cuekin. Sebab, perhatian Syasha tepat pada anak-anak yang tengah bermain, wajah adiknya cerah, senyuman bahagianya selalu terpatri di wajah adiknya.

Inilah satu hal yang di sukai Syasha. Yaitu anak kecil. Syasha akan tertawa saat melihat tawa lepas anak-anak kecil itu. Namun juga akan menangis hingga sesegukan saat melihat anak kecil itu menangis dengan hebat.

El memang selalu melihat adiknya seperti adiknya melihat anak kecil. Hati adiknya seakan mengerti. Mereka akan menangis saat sakit, dan tersenyum saat bahagia.

Sesimpel itu.

Drrrttt...

El tersentak saat sakunya bergetar, adiknya menoleh sekilas sedangkan gadis itu sontak berhenti berbicara. Deringan ponselnya memang memiliki suara yang besar, El segera merogoh hpnya, lalu melihat nama yang tertera di telpon, setelah dirasa penting dia segera menatap adiknya cepat.

"Abang angkat telfon dulu, jangan kemana-mana," perintah El, lalu segera beranjak dan menjauh ketempat sepi. Namun El langsung berbalik, dia menelpon seraya mengawasi adiknya dari beberapa meter di belakang kedua gadis itu.

"Halo tuan?"

"Kenapa?" jawab El tanpa basa-basi.

"Saya di perintahkan untuk memberitahu tuan untuk segera ke kantor, tuan Raka ingin bertemu tuan."

Alis El terangkat satu, dia menerka-nerka apa yang ingin daddy lakukan lagi.

"Tapi tuan. Kali ini non Syasha tidak boleh ikut, saya kesini untuk menjemput non Syasha. Saya sudah ada di parkiran taman."

El diam sejenak, namun saat matanya melihat Syasha tengah beranjak dari duduknya ia spontan berdiri tegak.

"Saya gak yakin, dia mau," jawab El.

"Tapi tuan besar yang memintanya," ucap orang itu lagi.

"Biar saya yang urus," putus El, sebelum mematikan sambungan telfonnya.

Dia segera berjalan cepat, adiknya tengah berjongkok seraya berbicara pada seorang bocah. Dan dia melihat adiknya membersihkan kotoran di tangan bocah tersebut membuat tangan putih adiknya kini ternodai kotoran tanah.

"Bangun," perintah El menarik tangan adiknya pelan. Syasha menoleh kaget, sedangkan El menatapnya kesal.

"Abang, tadi dia jatuh, terus Syasha bangunin." Syasha menatap wajah anak kecil tadi dengan khawatir. El melirik juga, saat benar-benar anak kecil itu kesakitan, ia menghela nafas lalu segera membantu anak kecil itu berdiri.

"Orang tua kamu mana?" tanya El, datar.

"El, dia mana ngerti ucapan kamu," tegur seseorang yang tiba-tiba sudah ada di sebelahnya.

Dinda terkekeh, mereka saling tatap sejenak sebelum El kembali menatap anak kecil di depannya.

"Sayang," panggil Dinda dengan suara lembut, membuat Syasha terkejut sedangkan El menatap heran.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang