07. A Big family

20.9K 1.3K 67
                                    

Ternyata semalam gak kuat ngantuk hehe.. Oke aku banyakin aja ya disini sebagai permintaan maaf.

Vote duluuuu!

***


Jet pribadi El baru saja mendarat, namun bukan di jet park. El memutuskan mendarat di halaman depan mansion setelah tahu acaranya sudah di mulai.

"Tuan muda." El yang baru turun dari jet sontak menoleh. "Jas yang tuan bawa tersisa dua warna," lanjut bodyguard itu.

"Warna apa?" El sekalian membuka jas hitamnya yang belum terlepas sejak pagi.

"Abu-abu, sama biru tua."

El diam sejenak, memandang dua jas mahal miliknya yang masih terlapisi plastik khusus. "Abu-abu." Karena El tahu kini adiknya memakai dress berwarna putih, ia sempat memandangi vidio cctv beberapa menit saat adiknya memilih dress dan saat adiknya di beri make-up tipis.

El menghela nafas berat.

Tubuhnya sudah lelah setelah pekerjaan yang padat dan perjalanan sejauh ini. Namun hari ini termasuk hari penting untuk adik satu-satunya, dia tentu tak ingin melewati momen langka saat adiknya akan di kenalkan di seluruh dunia. Konferensi pers yang membutuhkan waktu lama setelah bertahun-tahun berproses, akhirnya terjadi juga. El tak sabar melihat sapaan orang untuk adiknya yang paling berharga, El tak sabar melihat adiknya tersenyum manis saat jepretan kamera yang akan datang padanya, El tak sab-wait!!!

Buru-buru ia mundur beberapa langkah, pintu besar yang baru saja terbuka oleh bodyguard ia hiraukan dan menjadi fokus pada layar besar yang menampilkan live acara di dalam. Layar itu untuk orang yang tidak akan bisa masuk ke dalam, seperti para penjaga, atau orang-orang yang memang tidak terlalu penting lainnya.

Tapi ini penting! Bahkan mata kantuk El sebab kelelahan tadi langsung segar melihat pemandangan ini. Pemandangan saat opah berbicara mengenalkan perempuan kesayangannya yang justru tengah tertidur pulas di gendongan daddynya.

Haluan El yang begitu bahagia dan tak sabar memikirkan adiknya akan tersenyum manis pertama kali ke kamera para wartawan kini sirna, tergantikan dengan perasaan yang jika di definisikan, ini adalah definisi rasa gemas sesungguhnya.

Bibir ranum adiknya terbuka, ujung bibir itu ada noda coklat yang menempel dan yang lebih parahnya lagi adiknya memakai kain makan di leher dengan dress putih bercampur noda lagi,

dan sendal berbulu yang biasa di pakai tidur adiknya.

Rambutnya sedikit berantakan.

Make-up tipisnya sudah hilang.

Dan... Masih banyak lagi.

Senyuman El muncul pertama kali setelah seharian ini sibuk meeting.

Kedua tangannya ia masukan ke kantong, dan El mulai berjalan tegap dengan wajah dingin andalannya. Pintu masih terbuka lebar, beberapa kameramen di sekitarnya juga sudah bersahut-sahutan untuk menanyakan mengapa ia datang terlambat.

"Lewat sini tuan,"

El menoleh, lalu mengangguk dan melewati bagian pintu penghubung untuk sampai ke podium tempat keluarganya tengah berkumpul.

Inilah mengapa El lebih baik melihat tv besar di luar dulu. Karena saat memilih masuk lewat pintu depan, ia sudah yakin akan banyak wartawan atau penghalang lainnya untuk menyulitkan El masuk.

Ternyata konferensi pers sudah hampir selesai, El melihat opahnya tengah menjawab salah satu wartawan yang baru saja menanyai kehadiran El yang terlambat.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang